09.09.2025
Waktu membaca: 4 menit

Yuki Tsunoda Kesal Usai Ditabrak Liam Lawson di Monza

Yuki Tsunoda Kesal Usai Ditabrak Liam Lawson di Monza

Grand Prix Italia 2025 di Sirkuit Monza meninggalkan drama besar, terutama bagi pembalap asal Jepang, Yuki Tsunoda. Alih-alih membawa pulang poin penting, ia justru kehilangan peluang karena insiden tabrakan dengan Liam Lawson. Usai balapan, Tsunoda terang-terangan menyebut insiden itu sebagai hal yang sangat tidak perlu dan membuat dirinya kehilangan hasil berharga (Formula1.com – 8 September 2025).

Kronologi Kejadian

Tabrakan antara Tsunoda dan Lawson terjadi ketika keduanya bersaing ketat di pertengahan lomba. Tsunoda sebenarnya sedang tampil impresif, mencatatkan kecepatan lebih baik dengan rata-rata sekitar satu detik lebih cepat per lap dibandingkan pesaing di depannya. Namun, ketika berusaha melakukan manuver, Lawson melakukan pertahanan agresif yang berujung kontak. Alhasil, mobil Tsunoda kehilangan momentum dan merusak strategi tim yang sudah direncanakan sejak awal balapan (GPBlog – 8 September 2025).

Tsunoda dan Lawson bersaing wheel-to-wheel di Grand Prix Italia 2025

Reaksi Tsunoda: “Sangat Tidak Perlu”

Pembalap asal Negeri Sakura ini tidak menutupi kekecewaannya dalam wawancara pasca lomba. Ia mengatakan bahwa Lawson sudah melewati batas sportivitas. “There’s a line, you can’t cross it,” ucap Tsunoda dengan nada kesal (Crash.net – 8 September 2025). Menurutnya, kontak yang terjadi sama sekali tidak perlu karena ia sudah memiliki kecepatan cukup untuk menyalip tanpa insiden.

Lebih jauh, Tsunoda menegaskan bahwa dirinya frustrasi lantaran peluang besar mengamankan poin hilang begitu saja akibat tindakan Lawson. Ia menyebut bahwa kesempatan emas itu seharusnya bisa diraih andai kedua mobil menjaga jarak aman (Formula1.com – 8 September 2025).

Lawson dalam Sorotan

Insiden ini membuat Lawson kembali berada dalam sorotan. Gaya balap agresifnya memang kerap menimbulkan perdebatan di paddock. MotorsportWeek menulis bahwa Tsunoda menjadi pembalap terbaru yang mengecam Lawson usai GP Italia, menambah daftar panjang kritik terhadap pembalap asal Selandia Baru tersebut (MotorsportWeek – 8 September 2025).

Meski begitu, Lawson tetap membela diri bahwa ia hanya berusaha mempertahankan posisinya. Namun, dengan semakin banyak komentar negatif dari rival, tak sedikit pengamat menilai Lawson harus mulai mengevaluasi pendekatan balapnya agar tidak terus menimbulkan kontroversi.

Dampak bagi Tim dan Klasemen

Kerugian akibat insiden ini tidak hanya dirasakan pembalap Jepang tersebut secara pribadi, tetapi juga tim. Dengan mobil yang kompetitif di Monza, Yuki berpotensi membawa pulang poin penting. Sayangnya, setelah benturan, semua rencana berantakan dan peluang finis di posisi 10 besar lenyap (Formula1.com – 8 September 2025).

Dalam klasemen, kehilangan poin membuat Yuki semakin terjepit di papan tengah. Sebaliknya, Liam pun tidak meraih keuntungan signifikan, sehingga insiden ini merugikan kedua belah pihak sekaligus memperburuk posisi tim di klasemen konstruktor.

Analisis: Antara Agresif dan Berbahaya

Formula 1 menuntut keseimbangan antara agresivitas dan kehati-hatian. Seorang pembalap dituntut tampil agresif untuk bisa menyalip atau bertahan, tetapi ketika batas itu dilanggar, hasilnya bisa fatal. Crash.net menyoroti bahwa Tsunoda merasa Lawson sudah melampaui batas itu, sehingga insiden ini seharusnya bisa dihindari (Crash.net – 8 September 2025).

Kejadian di Monza ini menunjukkan bahwa perbedaan tipis antara pertahanan brilian dan manuver berisiko tinggi sering kali menentukan jalannya balapan. Tsunoda berada di posisi kuat untuk mencetak poin, tetapi satu kesalahan kecil dari Lawson mengubah hasil balapan secara drastis (GPBlog – 8 September 2025).

Suara Media dan Publik

Media internasional ramai menyoroti kejadian ini. Crash.net menekankan ucapan Tsunoda yang menuding Lawson sudah “melewati batas” (Crash.net – 8 September 2025). MotorsportWeek menulis bahwa Tsunoda adalah pembalap terbaru yang menyuarakan kritik keras terhadap Lawson (MotorsportWeek – 8 September 2025). Sementara itu, GPBlog menyebut Tsunoda “speechless” karena kecepatannya yang sempat naik satu detik per lap hilang begitu saja akibat tabrakan (GPBlog – 8 September 2025).

Di media sosial, publik F1 terbelah. Sebagian mendukung Lawson dengan alasan bahwa pertahanan agresif adalah bagian dari balapan, sementara yang lain berpihak pada Tsunoda karena merasa Lawson bertindak terlalu sembrono. Perdebatan panas ini menambah dimensi lain pada drama di Monza (Formula1.com – 8 September 2025).

Potensi Hubungan Kedua Pembalap

Hubungan antara Tsunoda dan Lawson kini menjadi tanda tanya. Keduanya sama-sama masih muda dan tengah membangun karier di Formula 1. Jika ketegangan ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan bisa memengaruhi dinamika tim, terutama mengingat keterkaitan keduanya dengan struktur Red Bull.

MotorsportWeek menulis bahwa kasus ini bisa menjadi ujian bagi kedewasaan Lawson di lintasan, sementara bagi Tsunoda insiden ini adalah pembelajaran penting agar tetap fokus meski berada dalam kondisi penuh frustrasi (MotorsportWeek – 8 September 2025).

Yuki Tsunoda berbincang dengan Liam Lawson dalam persiapan Formula 1 2025

Insiden di Monza antara Yuki Tsunoda dan Liam Lawson menjadi salah satu momen paling disorot di musim Formula 1 2025. Yuki merasa dirinya dirugikan oleh “kontak yang sangat tidak perlu” dan menuding Liam sudah melewati batas sportivitas (Formula1.com – 8 September 2025; Crash.net – 8 September 2025).

Bagi Liam, insiden ini menambah panjang daftar kritik terhadap gaya balapnya yang terlalu agresif (MotorsportWeek – 8 September 2025). Bagi Yuki, kehilangan poin di Monza berarti kehilangan momentum penting dalam persaingan papan tengah.

Pada akhirnya, kasus ini memperlihatkan bahwa Formula 1 bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga soal etika dan batasan yang harus dihormati di lintasan. Pertanyaannya kini: apakah Tsunoda dan Lawson bisa melupakan insiden ini dan melanjutkan musim dengan fokus penuh, atau justru rivalitas mereka akan menjadi cerita baru yang mewarnai jalannya F1 2025?