Liverpool Terpuruk Usai Juara: Krisis Identitas di Era Arne Slot

Liverpool sedang menghadapi masa-masa paling sulit dalam satu dekade terakhir. Hanya berselang beberapa bulan setelah menutup musim 2024/2025 sebagai juara Premier League, The Reds kini terjun bebas dalam performa yang mengkhawatirkan. Hingga akhir Oktober 2025, mereka mencatat tujuh kekalahan hanya dalam kurun waktu 32 hari — sebuah periode kelam yang mengguncang kepercayaan diri tim, pelatih, dan penggemar. Dalam rentang waktu tersebut, Liverpool hanya mampu meraih satu kemenangan di semua kompetisi. Kekalahan demi kekalahan datang silih berganti, baik di Premier League maupun kompetisi lain seperti Carabao Cup dan Liga Champions. Kekalahan terbaru terjadi pada 29 Oktober 2025, ketika mereka dipermalukan Crystal Palace dengan skor 0–3 di Anfield pada babak 16 besar Carabao Cup. Arne Slot, yang baru beberapa bulan menukangi Liverpool menggantikan Jürgen Klopp, memilih menurunkan tim pelapis. Keputusan itu berujung bencana karena tanpa kehadiran pemain kunci seperti Virgil van Dijk dan Mohamed Salah, permainan Liverpool terlihat rapuh dan tanpa arah. Sebelum laga itu, mereka juga sudah tumbang dari Brentford, Manchester United, Chelsea, dan Galatasaray. Dalam sebagian besar pertandingan tersebut, Liverpool tampak kehilangan energi dan determinasi yang selama ini menjadi DNA mereka di bawah Klopp. Mantan bek sekaligus legenda klub, Jamie Carragher, menyebut bahwa Liverpool saat ini tengah “kehilangan jati diri” — tim yang dulu dikenal karena intensitas tinggi, pressing ketat, dan semangat juang tiada henti kini tampil pasif dan mudah kehilangan bola. (Suara.com, 27/10; CNN Indonesia, 30/10; Kompas, 28/10). Krisis ini bukan hanya persoalan hasil, tapi juga soal mental dan identitas. Setelah kepergian Klopp, Arne Slot dihadapkan pada ekspektasi besar untuk mempertahankan kultur kemenangan yang telah dibangun selama hampir satu dekade. Namun, adaptasi gaya permainan Slot — yang lebih menekankan penguasaan bola dan struktur taktik ketimbang intensitas fisik — tampaknya belum diterima sepenuhnya oleh pemain. Beberapa laporan dari ruang ganti menyebutkan suasana yang muram dan tegang. Setelah kekalahan dari Brentford, tidak ada satu pun pemain yang berbicara di ruang ganti, menggambarkan betapa rapuhnya atmosfer internal tim saat ini (Bola.com, 26/10). Media Inggris bahkan menyebut Liverpool sedang dalam “fase krisis penuh”. Statistik memperkuat anggapan itu: The Reds menjadi salah satu tim dengan performa terburuk di lima liga top Eropa sepanjang Oktober 2025, hanya mampu mencetak lima gol dan kebobolan 18 kali. Beberapa bintang utama seperti Darwin Núñez, Dominik Szoboszlai, dan Trent Alexander-Arnold juga tampil di bawah standar. Rotasi besar yang dilakukan Slot untuk menjaga kebugaran pemain justru memperparah situasi karena mengacaukan ritme dan konsistensi tim (IDN Times, 26/10). Selain faktor taktik, beban finansial turut jadi sorotan. Liverpool diketahui telah menghabiskan sekitar Rp9 triliun untuk belanja pemain sejak musim panas 2024. Namun investasi besar itu belum membuahkan hasil nyata. Banyak rekrutan anyar belum menunjukkan dampak signifikan, dan beberapa justru kerap absen karena cedera. Kondisi ini memicu kritik keras dari media dan penggemar, yang menilai manajemen terlalu cepat melakukan perombakan tanpa mempertimbangkan kesinambungan gaya permainan. Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Liverpool sedang mengalami kejenuhan era setelah masa keemasan di bawah Klopp? Banyak pengamat berpendapat bahwa transisi ke Slot seharusnya dilakukan secara bertahap, bukan revolusioner. Gaya bermain berbasis pressing tinggi yang sudah mendarah daging di skuad tiba-tiba berubah menjadi sistem penguasaan bola statis, membuat pemain kehilangan insting alami mereka di lapangan. Kini, tekanan terhadap Arne Slot semakin berat. Dengan jadwal padat di bulan November — menghadapi Arsenal, Manchester City, dan laga penting Liga Champions — setiap pertandingan akan menentukan nasibnya. Fans Liverpool yang dulu menaruh harapan besar kini mulai khawatir, sementara para legenda klub menyerukan perlunya “kembali ke akar”: intensitas, keberanian, dan kerja keras. Jika Slot tak segera menemukan formula yang tepat, musim 2025/2026 bisa berubah menjadi mimpi buruk bagi Liverpool. Dari klub juara menjadi tim yang kehilangan arah hanya dalam hitungan bulan — inilah potret krisis identitas yang kini tengah melanda Anfield.  

Details

Bryan Battle Bangkit Tanpa Pernah Kalah di UFC

Karier Bryan Battle dalam dunia MMA menunjukkan bahwa kemenangan saja tidak selalu cukup untuk mempertahankan posisi di puncak. Petarung asal Amerika Serikat itu belum pernah kalah dalam hampir tiga tahun terakhir, tetapi reputasinya di komunitas bela diri campuran sempat merosot setelah serangkaian masalah berat badan membuatnya dikeluarkan dari UFC. Dari “The Ultimate Fighter” ke Krisis Berat Badan Bryan Battle sempat melesat naik setelah menjuarai ajang The Ultimate Fighter. Ia tampil gemilang di kelas welter, bahkan hampir menembus peringkat 10 besar setelah meraih kemenangan spektakuler atas Kevin Jousset di UFC Paris yang memberinya bonus Performance of the Night. Namun, perjalanan positif itu terganggu ketika ia gagal mencapai batas berat badan dalam duel melawan Randy Brown—meskipun akhirnya tetap menang lewat keputusan terpisah. Masalah itu berlanjut ketika ia kembali gagal menurunkan berat badan untuk laga melawan Nursulton Ruziboev. Pertarungan pun dibatalkan, dan hanya beberapa hari setelahnya, kontraknya dengan UFC resmi diputus. Namun, Battle tidak membutuhkan waktu lama untuk bangkit. Ia langsung menandatangani kontrak dengan promosi Dirty Boxing dan mencatat kemenangan KO telak pada laga debutnya (MMA Fighting, 30 Oktober 2025). “Saya Harus Comeback Tanpa Pernah Kalah” Dalam wawancaranya bersama MMA Fighting, Battle menyampaikan pernyataan yang menggambarkan keyakinan sekaligus frustrasinya terhadap situasi tersebut. “Lucu ya,” kata Battle. “Saya masih satu-satunya motherf*cker yang harus melakukan comeback tanpa kalah satu pun pertarungan! Tapi tidak apa-apa. Saya masih yang terbaik di dunia, jadi saya akan terus melakukan apa yang saya suka” (MMA Fighting, 30 Oktober 2025). Ucapan itu menegaskan bahwa meski secara rekor ia tak terkalahkan, ia tetap harus membangun kembali reputasinya yang sempat tercoreng akibat kegagalan memenuhi berat badan. Belajar dari Kegagalan Battle mengakui bahwa 2025 menjadi tahun yang penuh gejolak dalam kariernya. Ia menyebut pengalaman itu “merendahkan hati” dan membuatnya sadar bahwa tidak ada yang bisa dianggap sepele. “Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali saya, tapi juga banyak yang sebenarnya bisa saya kendalikan. Ini pengalaman yang sangat mengajarkan kerendahan hati. Sekarang saya tahu, tidak ada hal yang bisa kita anggap enteng,” ungkapnya (MMA Fighting, 30 Oktober 2025). Ia menjelaskan bahwa saat bersiap untuk bertarung di Dirty Boxing, proses penurunan berat badan justru lebih berat dibanding sebelumnya. Ia berlari setiap hari dan bekerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya bisa disiplin. “Rasanya bodoh, tapi kalau saja saya melakukan sedikit penyesuaian kecil, saya pasti bisa mencapai berat badan untuk laga UFC itu. Tapi pelajaran sudah didapat, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama,” ujar Battle. Fokus Baru dan Rencana ke Depan Kini Battle berkompetisi di kelas menengah (185 pon) dan merasa lebih nyaman dengan kategori itu. Meski demikian, ia belum menutup pintu untuk kembali ke kelas welter di masa depan. “Saya akan menunjukkan bahwa saya bisa profesional, melakukan apa yang seharusnya. Saya akan jadi anak baik dan fokus satu pertarungan demi satu pertarungan,” ujarnya. “Kalau bisa memilih, saya masih punya urusan yang belum selesai di kelas welter. Orang mungkin menganggap saya gila, tapi saya tidak peduli.” Battle menegaskan bahwa fokus utamanya saat ini adalah menjaga konsistensi di Dirty Boxing dan mempersiapkan diri untuk karier barunya di PFL. Ia menolak untuk larut dalam kekecewaan dan memilih untuk memandang masa depan dengan optimisme. “Ada sedikit frustrasi, tentu saja. Tapi tidak ada gunanya kalau saya terus memikirkannya. Saya sudah belajar dari kesalahan dan sekarang waktunya melangkah ke hal-hal yang lebih besar,” tutupnya. Tekad untuk Membuktikan Diri Kembali Kisah Bryan Battle menjadi contoh nyata bahwa dalam MMA, karier bisa berubah bukan hanya karena kekalahan, tetapi juga karena faktor disiplin dan profesionalisme. Meski belum pernah kalah, ia tetap harus berjuang membangun kembali reputasi dan membuktikan bahwa ia layak kembali ke UFC. Dengan semangat pantang menyerah, Battle kini menatap babak baru dalam kariernya, membawa pelajaran dari masa lalu untuk memastikan masa depannya lebih gemilang.

Details

Onic ID Redam Agresi Evos untuk Melaju ke Final Pertama MPL ID Season 16

Tim Onic ID yang tampil spartan sepanjang Reguler Season MPL ID Season 16 kembali meneruskan form positif mereka usai menundukkan Evos dalam laga semifinal upper bracket sore ini dan menyusul Alter Ego yang telah memesan tiket ke babak final upper bracket beberapa jam sebelumnya. Menariknya, meski masih diunggulkan sebagai tim besar, anak-anak asuh coach Adi "Adi" Asyauri harus bersusah payah untuk menjalani rangkaian BO5 yang berakhir dengan skor 3-2. Sang Macan Biru sempat menggandakan keunggulan dan memaksa lawannya untuk menggunakan draft andalannya untuk mengunci nasib di Game penentuan. Selain itu, ini merupakan momen yang spesial karena untuk pertama kalinya Adi menghadapi Calvin "Vyn" sebagai pelatih. Sebelumnya, Ia telah menjadi mentor untuk mantan roamer populer tersebut saat masih menjadi juru taktik RRQ selama tahun 2019 hingga 2023. Meski terlihat jelas sang junior memiliki pemahaman strategi yang solid, pada akhirnya anak-anak asuhnya belum sanggup menyaingin mekanik keseluruhan Onic. Efektivitas Albert versus superioritas Kairi Tak disangka-sangka, Game 1 menjadi laga yang sangat sengit karena Evos yang sempat diremehkan dari aspek draft justru mengimbangi setiap pergerakan Onic. Albert "Alberttt" Iskandar yang pernah bermain bersama dengan sebagian besar skuad Onic ID yang sekarang terlihat masih ingat dengan pola permainan rekan-rekannya dan memanfaatkan pengetahuan itu untuk mengamankan titik-titik penting. Efektivitas Albert membuat permainan tetap sengit, memaksa sang Landak Kuning untuk berhati-hati. Celah yang dinantikan oleh mereka akhirnya terbuka ketika permainan memasuki menit ke-15, dan segera dimanfaatkan oleh Onic yang memberikan ruang bagi Kairi "Kairi" Rayosdelsol untuk mengamankan Lord. Hal ini memberikan mereka cukup waktu untuk regroup dan menekan balik Evos, memenangkannya setelah menit ke-17. Kekalahan tipis tersebut menyulut semangat Evos yang menaikkan intensitas mereka dengan komposisi agresif yang nyaris serupa. Strategi tersebut membuahkan hasil dengan minimnya gerakan dari pemain-pemain kunci Onic ID, mencegah mereka mendapatkan peluang untuk membalikkan keadaan di Game 2. Hanya kurang dari 14 menit, Albert dan kawan-kawan berhasil menyamakan kedudukan 1-1. Momentum ini mereka manfaatkan menuju Game 3, di mana mereka mengusung taktik seimbang antara serangan cepat dan daya tahan panjang. Lagi-lagi Albert menjadi pemain kunci yang membawa mereka memenangkan ronde itu setelah 14 menit dan 30 detik melalui permainan Hayabusa yang menyusahkan untuk dibendung. Sayangnya, Onic ID berhasil membaca pola permainan mereka setelah dua kekalahan beruntun tersebut, dan secepatnya membalikkan keadaan dengan draft yang lebih cerdas dari Evos: mengandalkan kombo Yve dan Grock untuk mengunci zona lawannya. Hanya dalam 11 menit dan 45 detik, Landak Kuning menyamakan kedudukan di Game 4 dan memaksa pertandingan menuju penentuan. Keperkasaan mereka makin bersinar di ronde penentuan melalui permainan Lancelot milik Kairi yang sempurna. Dengan kombinasi Ruby milik David "Skylar" Schevenko di gold lane, Onic ID memancing pergerakan lawannya untuk mengeksekusi pertarungan jarak dekat yang mematikan momentum Albert. Hanya dalam 10 menit saja, mereka berhasil menutup penentuan dengan total 10 kills versus 1 kill dari Evos. Laga seru menanti Keseruan dari laga tersebut tentunya telah menambah hype untuk kompetisi besok karena Onic ID dan Alter Ego sama-sama mengusung fleksibilitas taktik yang kuat untuk membuat strateginya makin sulit ditebak dari ronde ke ronde. Berkaca dari hasil babak grup terakhir saat Alter Ego mengalahkan Onic ID, tentunya para penonton MPL ID memprediksi peluang akan saling terbuka bagi kedua tim. Walau demikian, faktor mental tentu akan sangat berpengaruh dalam babak besar seperti playoff ini. Di sisi lain, lower bracket juga tidak kalah seru karena Evos yang kini turun akan kembali menghadapi Bigetron. Kedua tim tentunya termotivasi untuk membuktikan diri dalam laga tersebut: Evos sebagai underdog berharap bisa menjaga asa menuju M7 tahun ini dan meneruskan tren positif atas Bigetron di playoff, sedangkan sang Robot Merah ingin membuktikan bahwa komposisi kuat yang mereka miliki punya mental baja untuk bersaing dalam fase penting.

Details

Zverev Bertahan di Paris Usai Kalahkan Carabelli

Alexander Zverev berhasil melangkah ke babak ketiga Paris Masters 2025 setelah menyingkirkan petenis Argentina, Camilo Ugo Carabelli, dalam duel tiga set yang dramatis. Petenis asal Jerman itu harus berjuang selama lebih dari dua jam sebelum akhirnya menutup laga dengan skor 6-7, 6-1, 7-5 pada pertandingan babak kedua yang berlangsung di Accor Arena, Paris. Perjuangan Berat Sejak Set Pertama Pertandingan ini tidak berjalan mudah bagi Alexander Zverev, yang akrab disapa Sascha. Meski berstatus unggulan ketiga, ia justru kesulitan mengimbangi permainan solid dari Ugo Carabelli pada set pertama. Petenis Argentina yang bermain agresif dengan pukulan groundstroke tajam berhasil memaksakan tie-break dan menutup set pembuka dengan kemenangan tipis. Kekalahan itu sempat mengguncang ritme permainan Zverev, namun pengalaman dan ketenangan mentalnya menjadi faktor penting untuk bangkit. “Beberapa orang telah lupa bahwa saya masih bisa bermain tenis jika saya sehat dan bugar,” ujar Sascha setelah laga, mengingatkan publik akan performa terbaiknya yang sempat menurun karena cedera dan inkonsistensi beberapa bulan terakhir (Liga Olahraga, 30 Oktober 2025). Bangkit di Set Kedua Zverev yang baru saja menjadi finalis Vienna Open pekan lalu (kalah dari Jannik Sinner) menunjukkan kemampuan adaptasi luar biasa pada set kedua. Ia berhasil menemukan kembali sentuhan servis dan forehand yang menjadi kekuatannya. Dengan lebih banyak menyerang ke net dan menekan dari baseline, juara Olimpiade Tokyo 2021 itu mampu mematahkan servis lawan dan mendominasi jalannya set kedua. Tekanan mental juga mulai beralih ke sisi Ugo Carabelli, yang tampak kehilangan fokus di beberapa poin penting. Zverev memanfaatkan momentum tersebut untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1 dan membawa laga ke set penentuan. Menentukan di Set Ketiga Set ketiga menjadi ajang adu ketahanan fisik dan konsentrasi. Petenis asal Jerman itu sempat kehilangan servis lebih dulu setelah Ugo Carabelli tampil menekan di awal set, namun petenis asal Hamburg itu berhasil mengembalikan break dan menyeimbangkan keadaan. Di tengah permainan yang ketat, kesalahan beruntun dari lawan menjadi titik balik bagi petenis Hamburg ini. Dua double fault dan sejumlah keputusan tergesa-gesa dari Carabelli membuatnya kehilangan momentum di momen krusial. Zverev memanfaatkan kesempatan itu dengan tenang dan berhasil mengonversi match point pertamanya setelah 2 jam 35 menit pertandingan berlangsung. “Saya tahu pertandingan ini akan sulit. Lawan saya bermain sangat baik, tapi saya mencoba tetap fokus pada permainan saya sendiri,” ucap Zverev dalam konferensi pers usai laga (Liga Olahraga, 30 Oktober 2025). Tantangan Berikutnya di Babak Ketiga Kemenangan ini memperpanjang rekor head-to-head Zverev atas Carabelli menjadi 2-0, setelah sebelumnya ia juga menang di turnamen Roma pada musim ini. Zverev kini bersiap menghadapi unggulan ke-15 asal Spanyol, Alejandro Davidovich Fokina, di babak ketiga. Lawan tersebut melaju setelah menyingkirkan petenis tuan rumah, Arthur Cazaux, dengan skor 7-6, 6-4. Secara rekor pertemuan, Zverev unggul jauh 5-1 atas Fokina, termasuk kemenangan meyakinkan di Madrid Masters tahun ini. Namun, Zverev menegaskan bahwa ia tidak akan menganggap remeh siapa pun di fase akhir musim. “Saya masih punya target besar di Paris dan juga di ATP Finals nanti. Jadi saya harus tetap menjaga fokus dan kondisi fisik,” kata Zverev menutup wawancaranya. Dengan performa yang mulai stabil menjelang akhir musim, Alexander Zverev menunjukkan bahwa dirinya masih menjadi salah satu kandidat kuat untuk bersaing di level tertinggi. Setelah melalui musim yang penuh tantangan, kemenangan di Paris ini menjadi bukti bahwa mental juara dan pengalaman bertarungnya di ajang besar masih belum pudar.

Details

Indonesia On Fire! Enam Wakil Merah Putih Tancap Gas di Hylo Open 2025

Momentum awal sangat menguntungkan bagi tim bulu tangkis Indonesia di turnamen HYLO Open 2025. Enam wakil “Merah Putih” yang tampil pada babak 32 besar hari Rabu (29/10) sukses melangkah ke babak 16 besar, menambah daftar panjang hingga sembilan wakil Indonesia yang masih bertahan di ajang level BWF World Tour Super 500 tersebut. Jonatan Christie & Putri KW Tampil Melejit D sektor tunggal putra, unggulan ke-2 Jonatan Christie memimpin laju. Ia menghentikan perlawanan wakil India Tharun Mannepalli dengan skor dominan 21-11, 21-12 dalam waktu hanya 37 menit. Data dari situs resmi menunjukkan bahwa Jonatan tercatat sebagai pemenang sesi tersebut. — BWF Pada sektor tunggal putri, unggulan pertama Putri Kusuma Wardani juga menunjukkan performa meyakinkan. Ia menundukkan Anna Siess Ryberg dari Denmark dengan skor 21-18, 21-5 dalam 36 menit — sinyal bahwa persiapan mental dan teknisnya matang sejak awal. Ganda Putra & Ganda Campuran Ambil Peran Di ganda putra, pasangan unggulan Fajar Alfian / Muhammad Shohibul Fikri melanjutkan tren positif mereka. Menang 21-16, 24-22 atas duet Malaysia Nur Mohd Azriyn Ayub Azriyn / Tan Wee Kiong dalam laga ketat. Tiga pasangan dari ganda campuran juga memastikan tiket ke babak 16 besar: Jafar Hidayatullah / Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu; Amri Syahnawi / Nita Violina Marwah; serta Adnan Maulana / Indah Cahya Sari Jamil — semua tampil meyakinkan dalam dua gim langsung. Kenapa Awal Ini Sangat Penting Kepercayaan diri: Sukses besar sejak babak awal membantu tim menjaga momentum menuju pertandingan-lebih berat. Redam tekanan: Dengan hasil positif, beban mental sebagai wakil unggulan bisa sedikit terkelola. Poin penting: Turnamen Super 500 menghadirkan poin besar untuk peringkat dunia — jadi kemenangan di babak awal sangat berharga. Kesiapan lintas sektor: Dari tunggal hingga ganda campuran, performa solid ini menunjukkan kedalaman skuad Indonesia. Yang Harus Diwaspadai Sebentar Walau hasil awal luar biasa, jangan lupa: Setiap pertandingan selanjutnya adalah tantangan baru — lawan akan makin kuat dan tak mudah dihadapi. Konsistensi stamina dan mental menjadi kunci di turnamen panjang seperti ini. Tidak ada ruang untuk cepat puas — kemenangan awal adalah modal, bukan jaminan. Awal Manis, Ujian Sesungguhnya di Depan Mata Awal gemilang di HYLO Open 2025 jelas menjadi modal berharga bagi tim bulu tangkis Indonesia. Namun perjalanan masih panjang — babak 16 besar akan menghadirkan lawan yang lebih tangguh dan tekanan yang lebih besar. Konsistensi, fokus, dan semangat juang akan menjadi kunci untuk mempertahankan momentum ini. Dengan performa yang kian solid di semua sektor, tim “Merah Putih” kini berada di jalur yang tepat untuk merebut podium di Jerman. Jika mampu menjaga ritme dan percaya pada permainan sendiri, bukan tidak mungkin Indonesia kembali membawa pulang gelar dari Eropa.

Details
1 2 3 4 5

Sepak Bola

Lihat selengkapnya

E-sports

Lihat selengkapnya