05.09.2025
Waktu membaca: 3 menit

3 Poin Harga Mati: Vanenburg dan Misi Wajib Menang vs Makau

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Gerald Vanenburg dalam konferensi pers ASEAN U-23 Mandiri Cup 2025 di Sidoarjo.

Setelah imbang 0–0 vs Laos pada laga pembuka Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 di Gelora Delta, Sidoarjo (Rabu, 3 Sep 2025), target Indonesia U-23 jelas: wajib menang atas Makau pada Sabtu, 6 Sep 2025 pukul 19.30 WIB di stadion yang sama. Hasil seri kemarin bikin posisi kita belum aman, sementara jarak gol di grup mulai melebar. 

Dalam format kualifikasi yang umumnya memberikan tiket otomatis kepada juara grup dan jatah tambahan untuk beberapa runner-up terbaik, setiap poin (dan selisih gol) punya bobot besar. Hasil seri di partai pembuka membuat Indonesia harus mengejar, bukan hanya menang, tetapi bila bisa menang dengan selisih meyakinkan agar posisi di klasemen lebih aman menjelang partai terakhir yang biasanya lebih berat.

Kenapa 3 poin ini krusial?

Kenapa 3 poin ini krusial? Karena dalam kualifikasi Piala Asia U-23 2026 hanya juara grup yang lolos otomatis dan hanya empat runner-up terbaik yang mendapat tiket tambahan, sehingga setiap poin termasuk selisih gol sangat menentukan. Di Grup J setelah matchday 1, Korea Selatan U-23 menang 5–0 atas Makau sementara Indonesia baru mengumpulkan 1 poin karena imbang 0–0 melawan Laos; artinya, menang sekaligus memperbaiki selisih gol saat menghadapi Makau akan menjaga peluang Indonesia untuk menjadi juara grup atau setidaknya bersaing sebagai runner-up terbaik.

Mental Vanenburg di Uji 

PSSI sudah menegaskan Gerald Vanenburg tetap menukangi Timnas U-23 untuk kualifikasi ini. Ia juga yang memilih 23 pemain untuk Grup J di Sidoarjo. Usai hasil 0–0 lawan Laos, Vanenburg menyoroti minimnya menit bermain di klub sebagai salah satu kendala ketajaman. Artinya, solusi ada di tempo tinggi, variasi serangan sisi, dan perputaran posisi agar lebih banyak peluang berkualitas hadir sejak awal. 

Mental Vanenburg benar-benar diuji. PSSI sudah menegaskan ia tetap menukangi Timnas U-23 untuk kualifikasi ini sekaligus merilis daftar 23 pemain yang dibawa ke Grup J di Sidoarjo, sehingga semua keputusan teknis berada di bawah komandonya (Liputan6, 26/08; CNN Indonesia, 26/08). Usai hasil 0–0 melawan Laos, Vanenburg menyoroti minimnya menit bermain di level klub sebagai salah satu faktor tumpulnya penyelesaian akhir; solusi yang ia dorong adalah tempo lebih tinggi, variasi serangan dari sayap, serta perputaran posisi untuk menghadirkan peluang berkualitas sejak awal (iNews.id, 02/09; BolaSport, 02/09). Di saat yang sama, PSSI lewat Ketua Umum Erick Thohir menekankan pentingnya kebangkitan tim demi menjaga peluang lolos, sehingga Vanenburg harus bertanggung jawab penuh dalam misi tiga poin berikutnya di Sidoarjo (Bola.net, 04/09).

Kunci strategi Vanenburg adalah mengubah dominasi jadi gol. Bukan sekadar penguasaan bola, tapi konversi peluang berkualitas lewat tempo, variasi serangan, pergerakan cair, serta keberanian rotasi penyerang. Jika semua elemen ini jalan, tiga poin melawan Makau bisa diamankan sekaligus memperbaiki selisih gol.