11.12.2025
Waktu membaca: 4 menit

Tiga Kali Kalah Beruntun, Kok Jude Bellingham Masih Pasang Badan untuk Xabi Alonso di Depan Media?

Tiga Kali Kalah Beruntun, Kok Jude Bellingham Masih Pasang Badan untuk Xabi Alonso di Depan Media?

Real Madrid lagi limbung, sorotan tertuju ke Xabi Alonso, tapi justru Jude Bellingham yang maju ke depan kamera dan berdiri membela sang pelatih. Di tengah kritikan pedas usai kekalahan beruntun, Bellingham muncul di siaran langsung TNT Sports dengan wajah tegang, nada suara menahan emosi, tapi kalimatnya jelas: ruang ganti masih bersama Alonso, dan para pemain siap menanggung kritik. Mari bedah, sebenarnya apa yang terjadi?

Real Madrid Terpuruk, Alonso Jadi Sasaran : Ini Komentar Jude Bellingham

Tiga kekalahan beruntun di semua ajang membuat situasi di Real Madrid memanas. Media Spanyol dan Inggris ramai mempertanyakan taktik Xabi Alonso, kualitas permainan Los Blancos, hingga isu soal “kehilangan kendali ruang ganti”. Dalam wawancara pascalaga di TNT Sports, Bellingham dihujani pertanyaan soal:

  • performa Madrid yang menurun,
  • apakah pemain masih percaya dengan Alonso,
  • dan bagaimana kondisi ruang ganti setelah rangkaian hasil buruk.

Tekanan bukan cuma datang dari tribun dan media sosial, tapi juga dari panel pundit di studio yang terang-terangan mengkritisi cara bermain Madrid dan menilai Alonso tampak kehabisan ide.

Jude Bellingham: Defend the Boss

Alih-alih ikut “main aman” dengan jawaban normatif, Jude Bellingham justru memilih pasang badan untuk pelatihnya. Dalam wawancara yang disiarkan TNT Sports dan kemudian dikutip sejumlah media Inggris, Bellingham menegaskan beberapa poin kunci:

  1. Ruang ganti masih solid
    Ia menekankan bahwa para pemain masih kompak dan tetap berdiri di belakang Xabi Alonso. Tidak ada cerita bahwa pelatih kehilangan kontrol atau ditinggalkan pemain senior.
  2. Pelatih bukan kambing hitam tunggal
    Bellingham menyebut jelas bahwa kritikan bukan cuma untuk pelatih; pemain pun harus ikut disorot. Menurutnya, apa yang terjadi di lapangan adalah tanggung jawab bersama, bukan semata-mata salah taktik.
  3. Tim sedang dalam periode sulit, bukan “hancur”
    Ia mengakui performa sedang buruk, tapi menolak narasi bahwa Madrid sudah runtuh. Bagi Bellingham, ini fase yang harus dihadapi dengan kerja keras dan kejujuran, bukan saling menyalahkan.

Nada suaranya tegas, sesekali tampak menahan kesal, tapi garis besar pesannya jelas: kritik boleh, tapi jangan seolah-olah semua salah Alonso.

Terselip Kata Kasar: Emosi yang Tidak Benar-Benar Tertahan

Di titik inilah wawancara itu jadi viral. Saat membahas bagaimana pemain harus menerima kritik, Bellingham melontarkan kalimat yang kira-kira berarti: pemain harus siap “menelan sedikit omongan sampah itu” dan menerimanya di dada. Ia menggunakan kata kasar bahasa Inggris yang cukup vulgar untuk standar siaran TV.

Ucapan itu keluar spontan, dan presenter TNT Sports, Laura Woods, langsung meminta maaf kepada pemirsa bahasa yang digunakan Bellingham. Potongan video momen tersebut cepat beredar di media sosial, dengan banyak akun membagikan cuplikan ekspresi Bellingham yang tampak frustrasi namun tetap mencoba menjaga sikap profesional.

Di satu sisi, itu menunjukkan emosi yang belum sepenuhnya reda. Di sisi lain, justru memperlihatkan bahwa pembelaan Bellingham terhadap Alonso bukan jawaban template, melainkan keluar dari situasi mental yang benar-benar tertekan.

Loyalitas, Leadership, atau Strategi Komunikasi?

Pertanyaannya sekarang: kenapa Bellingham tetap membela Alonso di depan media, meski tim sedang terpuruk? Ada beberapa kemungkinan bacaan:

  1. Loyalitas pemain ke pelatih
    Bellingham dikenal dekat dengan pelatih yang mempercayainya. Dengan membela Alonso, ia ingin menunjukkan bahwa ruang ganti masih satu suara. Untuk klub sebesar Madrid, pesan seperti ini penting untuk meredam teori konspirasi soal friksi internal.

  2. Contoh leadership di usia muda
    Meski masih muda, Bellingham sudah diposisikan sebagai salah satu figur utama di tim. Maju bicara, mengakui kesalahan, dan membela pelatih adalah bentuk leadership yang sering diapresiasi di klub besar. Ia bukan sekadar bintang lapangan, tapi juga wakil ruang ganti.

  3. Lindungi tim dari tekanan berlebihan
    Dengan menahan diri tidak menyalahkan pelatih, Bellingham ikut mengarahkan fokus ke “kita sebagai tim”, bukan “dia sebagai pelatih”. Secara komunikasi, ini bisa membantu menjaga suasana internal tetap kondusif, setidaknya di depan publik.

  4. Pesan ke fans dan media
    Bellingham seolah ingin mengatakan: “Kalau mau kritik, kritik kami juga. Jangan semua diarahkan ke satu orang.” Di klub yang setiap detailnya diawasi seperti Madrid, bentuk framing seperti ini penting untuk menjaga keseimbangan opini.

Masih Layak Dipercaya?

Pada akhirnya, pembelaan Jude Bellingham di depan kamera TNT Sports justru memunculkan pertanyaan baru:
apakah ini tanda bahwa ruang ganti masih sepenuhnya percaya pada Xabi Alonso,
atau justru refleks alami seorang pemain yang memahami konsekuensi jika “melempar bus” ke pelatih di depan publik?

Yang jelas, di mata penonton, Bellingham tampil sebagai figur yang:

  • marah, tapi terkontrol,
  • kecewa, tapi tidak melempar kesalahan,
  • dan tetap memilih berdiri di barisan pelatihnya.

Tiga kali kalah beruntun memang menyakitkan, tapi dari cara Bellingham berbicara, satu hal terlihat jelas: untuk saat ini, Xabi Alonso belum ditinggalkan ruang ganti – dan Jude Bellingham adalah orang pertama yang berani menyampaikan itu lantang di depan media.