14.09.2025
Waktu membaca: 4 menit

Roket Adžić yang Menggetarkan Derby d’Italia

“Anatomi” Tendangan Adžić: Set–Orient–Strike

Derby d’Italia musim 2025/26 benar-benar naik-turun. Juventus dua kali memimpin, dua kali disamakan, sempat tertinggal, lalu menutup malam lewat roket jarak jauh Vasilije Adžić di masa tambahan. Igor Tudor bahkan mengakui hasil imbang mungkin lebih adil, tapi papan skor tetap menghadiahkan tiga poin dan puncak klasemen buat Juve. (Reuters, 13/09).

Kronologi Laga: Juventus 4–3 Inter

Menit 14 — 1–0. Serangan dari sisi kanan menghasilkan bola kedua: Manuel Locatelli mengirim umpan ke tiang jauh, Gleison Bremer menyontek voli ke muka gawang, dan Lloyd Kelly menyambar ke sudut . Juventus memimpin. (Reuters, 13/09).

Menit 30 — 1–1. Inter merespons lewat Hakan Çalhanoğlu. Kontrolnya mulus di depan kotak, tembakannya melengkung ke pojok jauh. (Reuters, 13/09).

Menit 38 — 2–1. Kenan Yıldız memutar badan dari jarak sekitar 30 meter dan melepas tendangan yang berbelok menjauhi Yann Sommer. Kiper Inter sempat menyentuh, tapi lajunya tak terbendung. (Reuters, 13/09).

Babak kedua — Inter menekan. Selepas jeda, Inter menaikkan garis. Juventus beberapa kali turun terlalu dalam: bloknya rapat, tetapi jalur untuk membangun serangan balik jadi seret—catatan yang juga disorot media pendukung Juve. (BWRAO/SB Nation, 14/09).

Menit 65 — 2–2. Terjadi “head-tennis” di kotak Juve. Umpan sundul Piotr Zieliński jatuh ke Çalhanoğlu; kontrol dada, lalu sepakan melengkung ke tiang jauh. (Reuters, 13/09).

Menit 76 — 2–3. Marcus Thuram menanduk sepak pojok Federico Dimarco. Untuk pertama kalinya Inter unggul. (Reuters, 13/09).

Menit 81 — 3–3. Dari tendangan bebas Yıldız, Khéphren Thuram meloncat paling tinggi dan menanduk keras ke tanah hingga memantul masuk. Duel keluarga “Thuram vs Thuram” kembali imbang. (Reuters, 13/09).

Menit 90+ — 4–3. Inilah momen Adžić. Jonathan David menahan bola dan memberi lay-off; Adžić mengambil satu sentuhan mengatur, lalu melepaskan tembakan jarak jauh yang tak terjangkau Sommer. VAR sempat meninjau fase awal, gol tetap disahkan. Juventus menutup derby dengan kemenangan 4–3. (Reuters, 13/09; BWRAO, 14/09).

Pergeseran taktik & peran pengganti

Tudor menggeser pola 3-4-2-1 menjadi 3-5-1-1. Dampaknya, Yıldız bermain lebih dekat dengan Dušan Vlahović, sementara Teun Koopmeiners menjaga kedalaman sebagian dipicu absennya Francisco Conceição. Tudor mengakui pressing Juve belum ideal, tetapi memuji “lapar” para pemain pengganti terutama Adžić. (BWRAO/SB Nation, 14/09).

Ulasan yang sama menilai Juve kerap terlalu mundur saat unggul, memberi Inter waktu membangun tembakan jarak jauh terlihat pada dua gol Çalhanoğlu. Pergantian di menit-menit akhir (David, Adžić, Openda) mengembalikan daya ledak untuk mengakhiri laga. (BWRAO/SB Nation, 14/09).

“Anatomi” tendangan Adžić: set – orient – strike

Gol penentu Adžić bukan kebetulan. Jika dirunut dari match report dan review taktik, polanya rapi dan berulang:

  • Set (sentuhan awal). Setelah menerima lay-off David, Adžić mengambil satu sentuhan untuk keluar dari jalur tekel dan menaruh bola di sisi kuatnya. Ini memberi ruang ayun tanpa perlu koreksi badan. (Reuters, 13/09; BWRAO, 14/09).
  • Orient (sudut badan). Badan sedikit terbuka ciri khas penembak jarak menengah membebaskan pinggul untuk menghasilkan tenaga sembari menyamarkan arah: bisa ke tiang jauh, menukik, atau mendatar kencang. (BWRAO/SB Nation, 14/09).Strike (ayunan cepat). Tanpa backlift berlebih, ia melepas drive yang melintas telat di garis pandang kiper karena “terscreen” pemain. Sommer bereaksi sepersekian detik terlambat tak heran media menyebutnya “stoppage-time screamer.” (Reuters, 13/09).
  • Pola set–orient–strike ini sangat cocok pada fase kedua (second phase): bola sapuan setengah, blok lawan belum stabil. BWRAO menggambarkan urutannya persis: salah kecil di tengah, bola jatuh ke David, lay-off, sentuhan set, tembakan dari 30-an meter. (BWRAO/SB Nation, 14/09).

Kenapa teknik itu “pas” untuk laga seperti ini?

Inter naik tinggi, zona 14 terbuka. Saat mengejar hasil, blok Inter terdorong; koridor depan kotak sesekali kosong. Penembak dengan set cepat seperti Adžić siap menghukum. Screen alami dari kerumunan. Di menit akhir, keramaian di depan kotak menutup line of sight kiper sepersekian detik cukup untuk bola “lepas” tanpa terbaca arah awalnya. Peluang berulang (repeatability). Tudor menilai Adžić punya senjata jarak jauh yang langka dan memuji dedikasinya. Tugas Juventus berikutnya: mendesain servis supaya skenario tembak dari tepi kotak lebih sering muncul ketika ia masuk. (BWRAO/SB Nation, 14/09).

Menurut pelatih 
“Igor Tudor: Kami menang, meski performa bukan yang terbaik… mungkin hasil imbang lebih adil….
Dia punya tembakan jarak jauh yang, jujur saja, langka di sepak bola.” (BWRAO/SB Nation, 14/09).

Laga ini menunjukkan dua hal ketahanan mental Juve dalam situasi liar, dan kualitas mikro teknik Adžić yang bisa mengakhiri pertandingan hanya dengan satu keputusan yang tepat. Skema 3-5-1-1 membawa risiko (blok terlalu rendah), tapi juga membuka jalan comeback lewat bola mati Yıldız dan “peluru” dari bangku. Jika Juve bisa terus menciptakan ulang konteks set–orient–strike buat Adžić, ancaman jarak menengah itu berpotensi jadi pola menang bukan sekadar momen sesaat.