23.10.2025
Waktu membaca: 5 menit

Real Madrid vs Juventus 1 – 0 : Bellingham Bangkit Usai Cedera

Real Madrid vs Juventus 1 – 0 : Bellingham Bangkit Usai Cedera

Jude Bellingham kembali menjadi maestro untuk Real Madrid. Setelah absen hampir sebulan akibat cedera bahu, gelandang asal Inggris itu langsung menandai kepulangannya ke Liga Champions dengan gol kemenangan melawan Juventus di Santiago Bernabéu, Kamis (23/10) dini hari WIB. Gol tunggal di menit ke-57 bukan hanya memastikan tiga poin penting, tetapi juga menegaskan status Bellingham sebagai motor utama Los Blancos di bawah kendali Xabi Alonso (Detiksport, 23/10).

Cedera yang diderita pada awal September sempat membuat Bellingham absen dalam beberapa laga penting di La Liga dan Liga Champions. Ia dikabarkan mengalami pergeseran bahu yang memaksanya menjalani perawatan intensif di Valdebebas. Momen comeback-nya melawan Juventus menjadi cerita emosional bagi publik Bernabéu. Dalam laga pertamanya sebagai starter setelah cedera, ia menunjukkan performa bertenaga penuh    seolah tidak pernah kehilangan ritme permainan (Radar Jogja, 22/10).

Belllingham Siap Secara Mental & Fisik Setelah Fakum 4 Minggu

Sebelum laga, Alonso sempat mengatakan bahwa Bellingham “lebih fokus dan matang secara mental” setelah pulih. Sang pelatih menilai absennya waktu justru memberinya ruang untuk memahami sistem permainan dan memperkuat chemistry bersama Mbappé serta Vinícius Júnior. Alonso sadar, dengan Bellingham di tengah, Madrid bisa menjaga keseimbangan antara serangan dan pertahanan    sesuatu yang sempat goyah tanpa dirinya.

Duel klasik menghadirkan intensitas tinggi sejak awal. Juventus yang dilatih Igor Tudor datang dengan formasi 3-5-2 defensif, mencoba memanfaatkan serangan balik cepat lewat Dusan Vlahovic. Tapi Madrid tampil dominan. Mereka menikmati 66% penguasaan bola dan menekan Juve dengan umpan-umpan pendek dari Tchouameni dan Brahim Diaz (ANTARA, 22/10).

Meski begitu, pertahanan Juventus solid di babak pertama. Madrid menciptakan peluang dari sepakan Brahim di menit ke-25 dan tembakan Mbappé di menit ke-40, tapi semuanya digagalkan kiper Michele Di Gregorio (Detiksport, 23/10).

Titik balik datang di babak kedua. Setelah Vlahovic hampir membuat Juve unggul dengan peluang berbahaya di menit ke-50, Madrid merespons cepat dengan serangan di sisi kiri. Vinícius Júnior menggiring bola, menembak keras dengan kaki kanan, bola membentur tiang, lalu disambar Bellingham dari jarak dekat. Bernabéu bergemuruh seketika (Bola.com, 22/10).

Gol itu menggambarkan insting Bellingham yang khas: datang dari lini kedua, membaca situasi lebih cepat dari bek lawan, dan menuntaskan peluang dengan ketenangan penuh.

Gol Bellingham Taklukan Pertahanan Juventus

(Bellingham cetak gol setelah diberikan umpan oleh Vinicius JR)

Gol di menit ke-57 menjadi simbol kehadiran kembali Bellingham. Gerak tanpa bolanya luar biasa, intuisi untuk menempatkan diri di posisi rebound menunjukkan naluri khas pemain Inggris modern: efisien, tajam, dan tak kenal kompromi di kotak penalti. Usai mencetak gol, ia tidak berselebrasi berlebihan, hanya memandang ke langit dan menunjuk lambang klub    ekspresi emosional yang seolah mengatakan: “Saya kembali.” (Kumparan, 22/10)

Menurut data UEFA, Bellingham menyentuh bola sebanyak 78 kali, menciptakan tiga peluang, dan mencatat akurasi operan 93%. Di sisi pertahanan, ia mencatat empat tekel berhasil dan satu intersepsi penting saat Juventus mencoba balik menyerang (ANTARA, 22/10).

Kehadirannya bukan sekadar sebagai pencetak gol, tapi juga pengatur ritme dan jembatan antar lini. Dengan ketenangan dan kecerdasannya, Real Madrid tampak lebih seimbang. Hal itu diamini Xabi Alonso selepas pertandingan:

“Ia bukan hanya pencetak gol. Ia pemain yang mengubah tempo dan cara tim ini bernapas di tengah tekanan,” ujar Alonso (Detiksport, 23/10).

Bellingham menunjukkan peran yang lebih luas: pemimpin muda yang mampu mengontrol situasi, menjaga rekan-rekannya tetap fokus, dan menjadi pusat koordinasi di tengah lapangan.

Bagi Juventus, kekalahan ini terasa menyesakkan. Mereka sebenarnya bermain disiplin dan sempat menguasai babak pertama lewat pressing tinggi. Federico Gatti dan Weston McKennie beberapa kali mengancam lewat tembakan jarak jauh. Namun Thibaut Courtois, yang tampil dalam laga ke-300-nya bersama Madrid, menjadi pagar terakhir yang sulit ditembus (Radar Jogja, 22/10).

Pelatih Igor Tudor mengakui performa Bellingham sebagai faktor utama kekalahan timnya.

“Kami kehilangan fokus sejenak dan pemain seperti Bellingham menghukummu tanpa ampun,” ujar Tudor pascalaga (ANTARA, 22/10).

Ucapan itu menggambarkan betapa satu momen kecil bisa menentukan hasil pertandingan di level tertinggi. Juventus sebenarnya punya rencana permainan yang jelas, tapi Madrid unggul dalam detail dan mentalitas.

Bellingham Cetak 9 Poin Untuk Gol Tunggalnya

Gol Bellingham memastikan Real Madrid mempertahankan rekor sempurna mereka di Liga Champions musim ini    tiga kemenangan dari tiga laga, sembilan poin penuh, dan nol kebobolan (Bola.com, 22/10). Bagi Bellingham pribadi, ini juga gol perdananya di kompetisi Eropa musim ini sekaligus pembuka jalan untuk tampil stabil jelang laga akbar El Clásico akhir pekan mendatang.

Pujian datang dari berbagai media Eropa. Marca menyebut penampilannya “tenang dan efektif”, sementara The Athletic menggambarkan Bellingham sebagai “pemimpin alami dalam tubuh muda.” (Bola.com, 22/10) Bahkan BBC memuja comeback-nya dengan kalimat “Bellingham’s return felt inevitable    he is Madrid’s heartbeat.”

Bagi Madridistas, momen malam itu terasa seperti pengingat: betapa pentingnya kehadiran gelandang Inggris ini di ruang mesin tim. Ketika ia bermain, permainan Madrid terasa lebih stabil, transisi lebih cepat, dan serangan lebih tajam.

Yang menarik, usai pertandingan, Bellingham tidak banyak berbicara soal golnya. Ia justru menekankan rasa syukur bisa kembali ke lapangan.

“Rasanya luar biasa bisa bermain lagi. Cedera itu berat secara mental, tapi dukungan dari tim dan fans membuatku kuat,” ucapnya kepada media klub (Detiksport, 23/10).

Komentar yang menunjukkan kedewasaan melebihi usianya. Di ruang ganti, Vinícius Jr. dan Mbappé dikabarkan memberi pelukan pertama untuknya. Tanda solidaritas di skuad yang semakin kompak di bawah Alonso    pelatih yang dikenal menuntut kedisiplinan taktik dan gaya pressing cerdas. Kombinasi ketiganya menciptakan serangan cepat penuh kreativitas yang terlihat jelas pada gol tunggal malam itu.

Comeback ini bukan sekadar catatan statistik. Bellingham mengirim pesan kuat: Real Madrid memiliki pemain muda yang bukan hanya hebat secara teknis, tetapi juga punya jiwa pemimpin yang mampu menanggung ekspektasi besar klub sebesar Madrid. Alonso sendiri menyebutnya sebagai “the soul of the locker room” (Radar Jogja, 22/10).

Dengan hasil ini, Los Blancos melangkah ke momen krusial musim dengan percaya diri. Xabi Alonso mendapatkan kembali jantung permainannya, sementara Bellingham membuktikan bahwa cedera tak bisa membungkam semangatnya.

Ketika sorotan kamera menyorot wajahnya di akhir laga, senyum tipis Bellingham cukup menjelaskan segala hal: dia telah melalui masa sulit, dan sekarang, dia kembali menjadi alasan Madrid terus melangkah tanpa ragu    menuju kejayaan Eropa yang selalu mereka dambakan (Detiksport, 23/10).