21.10.2025
Waktu membaca: 8 menit

Profil Alex Pastoor: Profesor Taktik dari Belanda untuk Indonesia

Profil Alex Pastoor: Profesor Taktik dari Belanda untuk Indonesia

Alex Pastoor lahir di Amsterdam, Belanda, pada 26 Oktober 1966. Ia tumbuh di lingkungan sederhana di tengah kota yang dikenal dengan budaya sepak bolanya yang kuat. Sejak kecil, Pastoor sudah akrab dengan permainan bola jalanan khas Amsterdam. Ia sering bermain bersama teman-temannya di lapangan kecil dekat rumah, tempat di mana teknik, kecerdikan, dan kerja sama menjadi bagian dari permainan sehari-hari (Wikipedia, 16/12).

Ketertarikannya pada sepak bola bukan karena ambisi menjadi profesional, melainkan karena kecintaannya terhadap bagaimana sepak bola bisa membentuk karakter seseorang. Orang-orang yang mengenalnya sejak kecil menggambarkan Alex sebagai anak yang tenang, tekun, dan suka menganalisis, bahkan dalam hal-hal sederhana seperti strategi bermain bersama teman. Ia bukan pemain tercepat atau terkuat, tapi punya kecerdasan membaca permainan yang luar biasa.

Alex Pastoor Berkarakter Tenang dengan Analisis Tajam

Sebagai pelatih, Alex Pastoor dikenal dengan gaya bicara yang lembut namun tegas. Ia punya karakter kepemimpinan berbasis pengetahuan dan pengendalian emosi. Jarang sekali ia berteriak di pinggir lapangan, tetapi setiap instruksinya selalu penuh makna. Gaya inilah yang membuat media Belanda menjulukinya “De Professor” atau sang profesor taktik (FootballFaktografi, 24/01).

Bagi Pastoor, memimpin bukan sekadar memberi perintah, tapi juga mendidik dan menuntun pemain agar memahami sepak bola secara menyeluruh. Ia percaya bahwa pemain bukan robot, melainkan individu yang berpikir. Sikap analitisnya menciptakan suasana profesional dan penuh rasa hormat di ruang ganti. Para pemain Almere City dan Sparta Rotterdam yang pernah dilatihnya menyebut dua hal utama yang selalu ia tekankan: disiplin dan kecerdasan taktik.

Jejak Karir Alex Pastoor dari FC Volendam ke Sparta Rotterdam

(Potrait Alex Pastoor masih muda)

Di setiap klub yang ia bela, Pastoor dikenal sebagai pemain disiplin dan visioner, selalu memperhatikan detail permainan dan strategi lawan. Pengalaman lintas budaya ini memperkaya pemahamannya tentang filosofi sepak bola dari berbagai negara  bekal penting yang kelak membentuk karier kepelatihannya (Kumparan, 09/01).

​​FC Volendam (1989–1995)

Pastoor memulai karier profesionalnya di FC Volendam, klub asal Belanda Utara yang saat itu bermain di Eredivisie. Ia mencatat 183 penampilan dan 9 gol bersama klub berjuluk Palingboeren tersebut. Di Volendam, Pastoor dikenal sebagai pemain yang cerdas secara taktik dan menjadi bagian penting dalam sistem permainan tengah tim (Wikipedia, 21/12).

SC Heerenveen (1995–1997)

Setelah enam musim di Volendam, Pastoor pindah ke SC Heerenveen, di mana ia tampil 63 kali dalam dua musim Eredivisie. Di bawah arahan pelatih Foppe de Haan, ia mengembangkan gaya permainan yang lebih disiplin dan belajar banyak mengenai struktur taktik yang kemudian membentuk identitasnya sebagai pelatih di masa depan (Sport Espos, 07/01).

KRC Harelbeke (1998–1999)

Pasca petualangan domestik, Pastoor melanjutkan karier ke luar negeri dengan bergabung ke KRC Harelbeke, klub Belgia yang saat itu bermain di kompetisi tertinggi Liga Pro Belgia. Ia mencatat 18 kali penampilan, menjadi salah satu dari sedikit pemain Belanda yang tampil di liga Belgia pada masa itu (Surabaya Tribun, 26/03).

Austria Lustenau (1999–2001)

Karier profesionalnya berakhir di Austria, saat bergabung bersama SC Austria Lustenau. Di klub ini, Pastoor lebih banyak berperan sebagai pemain senior yang membantu mengembangkan pemain muda serta menjadi panutan di ruang ganti sebelum akhirnya memutuskan pensiun pada 2001 (Koran Indigo, 15/02).

Ringkasan Karier Bermain Alex Pastoor

Klub Periode Liga Penampilan Gol
FC Volendam 1989–1995 Eredivisie (Belanda) 183 9
SC Heerenveen 1995–1997 Eredivisie (Belanda) 63 0
KRC Harelbeke 1998–1999 Belgian Pro League 18 0
Austria Lustenau 1999–2001 Austrian Bundesliga

Sepanjang kariernya sebagai pemain, Alex Pastoor memang tidak pernah menjuarai kompetisi besar, tetapi dikenal sebagai pemain yang disiplin, berwawasan luas, dan sangat memahami taktik permainan. Pengalaman lintas negara itulah yang kemudian menjadi pondasi penting dalam transformasinya menjadi pelatih profesional bertangan dingin di kemudian hari (Kumparan, 08/01).

Jejak Karier Sebagai Pelatih Sampai Dipanggil Timnas Indonesia

(Gambar kedekatan Patrick Kluivert dengan Alex Pastoor)

Setelah pensiun pada 2001, Alex Pastoor memulai karier kepelatihan di AZ Alkmaar U-19 sebagai pelatih muda. Ia kemudian melatih klub amatir AFC ’34 (2002–2005) sebelum dipercaya menangani Excelsior (2009–2011). Pada musim 2009/2010, Pastoor langsung membawa Excelsior promosi ke Eredivisie  prestasi besar bagi klub kecil dengan sumber daya terbatas (Sindonews, 08/01).

Setelah itu, ia menangani NEC Nijmegen (2011–2013) di mana inovasi taktiknya mulai dikenal luas. Tahun 2014, ia menjajal pengalaman luar negeri dengan melatih Slavia Praha di Republik Ceko dan sempat menjadi pelatih interim AZ Alkmaar. Pada 2015–2017, ia menukangi Sparta Rotterdam dan sukses membawa klub itu juara Eerste Divisie 2015/2016 sekaligus promosi ke Eredivisie. Prestasi ini menegaskan reputasinya sebagai “spesialis promosi”.

Tahun 2019, Pastoor berlabuh di klub Austria SCR Altach, lalu kembali ke Belanda untuk menangani Almere City (2022–2024). Di sanalah ia menorehkan sejarah besar: membawa Almere City promosi ke Eredivisie untuk pertama kalinya dalam sejarah klub (Liputan6, 09/03). Rangkaian pencapaian ini menunjukkan keahliannya dalam membentuk tim kecil menjadi kompetitif lewat pendekatan analisis dan pembentukan mental juara depan klub (Jawapos, 14/01).

​​Alex Pastoor tidak pernah tampil sebagai pemain Timnas Belanda di level senior maupun kelompok usia muda sepanjang kariernya sebagai pesepak bola profesional. Selama aktif bermain (1989–2001), ia hanya membela klub-klub seperti FC Volendam, SC Heerenveen, KRC Harelbeke, dan Austria Lustenau, tanpa catatan caps atau gol bagi Tim Oranye (Wikipedia, 15/12).

Namun, meski tidak memiliki prestasi pribadi di tim nasional, Pastoor punya kontribusi tidak langsung terhadap sepak bola Belanda modern karena berhasil mengembangkan sejumlah pemain yang kemudian menjadi tulang punggung Timnas Belanda di era berbeda (Liputan6, 23/01).

​​Beberapa nama pemain tim nasional Belanda yang pernah dilatihnya antara lain:

  • Jasper Cillessen, yang menjadi kiper utama Belanda pada Piala Dunia 2014 dengan 65 caps internasional. Ia sempat dilatih Pastoor di NEC Nijmegen musim 2011/2012.
  • Jordy Clasie, yang tampil 49 kali untuk Timnas Belanda. Clasie berkembang di bawah asuhan Pastoor saat memimpin Excelsior pada 2010/2011.
  • Denzel Dumfries, bek kanan Inter Milan yang kini berstatus pemain andalan Timnas Belanda dengan 63 caps, dibina oleh Pastoor ketika memperkuat Sparta Rotterdam musim 2015/2016 (Liputan6, 23/01; Merdeka, 23/01).

Alasan Dipilih Menjadi Co-Coach Timnas Indonesia

Ketika Patrick Kluivert resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia pada awal 2025, ia memilih dua asisten senegaranya, Alex Pastoor dan Denny Landzaat, untuk mendampinginya. Kluivert dan Pastoor sudah lama saling mengenal sejak mengikuti kursus kepelatihan profesional di Belanda. Menurut Kluivert, Pastoor punya kemampuan analisis dan pengalaman membangun tim yang sangat dibutuhkan untuk proyek sepak bola Indonesia (Bisnis.com, 09/01).

Dalam tim kepelatihan, Pastoor dipercaya sebagai otak taktik  merancang pola permainan sesuai karakteristik pemain Indonesia. Ia bertanggung jawab atas strategi pressing, transisi cepat, dan efisiensi ruang antar lini. Banyak pihak di Belanda menilai Pastoor sebenarnya punya kapasitas menjadi pelatih utama, namun ia memilih tetap rendah hati dan bekerja di balik layar (Superball.id, 08/01).

Kedekatan dengan pemain Timnas Indonesia

(Salah satu kedekatan Pastoor dengan Haye pemain Timnas Indonesia)

Alex Pastoor dikenal sebagai sosok yang komunikatif dan mudah diajak berdiskusi. Dalam wawancaranya dengan Voetbal International, ia menyebut bahwa salah satu prioritasnya bersama tim pelatih Kluivert adalah 

“membangun pemahaman bersama dengan para pemain mengenai apa yang diharapkan dari mereka di setiap pertandingan.” Ia tidak hanya fokus pada latihan taktis, tetapi juga membiasakan pemain untuk berpikir kritis atas keputusan di lapangan (CNN Indonesia, 21/10).

Beberapa pemain Timnas, terutama yang berlatar klub luar negeri seperti Jordi Amat dan Marc Klok, disebut cukup menghormati pendekatan teknis Pastoor yang menekankan penjelasan berbasis logika di setiap sesi latihan. Ketika menjelaskan strategi pressing, Pastoor selalu menggunakan video analisis agar pemain lebih mudah mencerna konteks situasi pertandingan (Bola.com, 20/10).

Meski dikenal ramah, Pastoor tetap menjaga jarak profesional. Ia tidak segan memberikan evaluasi keras terhadap pemain yang menurun performanya atau gagal menjaga disiplin taktik. Dalam salah satu diskusi internal tim, ia disebut menegur beberapa pemain yang kehilangan fokus saat menghadapi Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Baginya, disiplin dan kesadaran posisi adalah parameter utama dalam sepak bola modern (TVOneNews, 20/10).

Filosofi dan Julukan “Profesor Taktik”

Pastoor memiliki filosofi bermain yang khas: fleksibel, dinamis, dan menyesuaikan dengan karakter pemain. Ia dikenal kerap mengubah formasi sesuai lawan  berpindah dari 3-4-1-2, 4-3-3, hingga 4-2-3-1. Menurutnya, sepak bola tak boleh kaku; formasi hanyalah kerangka, sementara interpretasi di lapangan harus adaptif (Kompas, 03/02).

Baginya, kemenangan bukan hanya soal menyerang tanpa henti, tapi juga soal mengetahui kapan bertahan, kapan menciptakan ruang, dan kapan menyerang balik. Dalam sebuah wawancara, ia berkata, “Saya haus kemenangan. Jika harus bertahan dengan formasi 9-0-1 demi hasil, saya akan lakukan.” (Sindonews, 01/02). Ucapan ini mencerminkan mentalitas kompetitif yang tinggi.

Selain fleksibilitas, ia juga dikenal fokus pada pengembangan pemain muda. Di Almere City, ia memberi banyak kesempatan kepada pemain muda seperti Thom Haye dan Melvin Platje untuk berkembang. Filosofinya sederhana: membangun pemain sama dengan membangun masa depan klub

Alex Percaya Sepak Bola Bisa Melihat Karakter Pemain

(Sorotan TV nasional ketika Pastoor mendamingi Timnas Indonesia melawan Lebanon)

Motivasi utama Alex Pastoor terletak pada keyakinannya bahwa sepak bola bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi soal pembelajaran dan perkembangan kolektif. Ia selalu menanamkan tiga nilai dasar kepada timnya: disiplin, kerja keras, dan pengetahuan.

Dalam salah satu wawancara di Belanda, Pastoor berkata,

“Saya ingin setiap pemain memahami mengapa mereka melakukan sesuatu di lapangan. Ketika mereka mengerti alasannya, mereka tumbuh sebagai pemain dan juga sebagai manusia.”

Prinsip ini menjelaskan mengapa tim asuhannya jarang bermain tanpa arah  setiap tindakan di lapangan selalu didasari pemahaman taktik yang matang.

Alex Pastoor bukan hanya seorang pelatih, tapi juga pendidik dan pemikir sepak bola. Dari masa kecilnya di Amsterdam hingga menjadi pelatih yang sukses membawa tim kecil naik kasta, ia menunjukkan bahwa kecerdasan dan dedikasi bisa menembus batas.

Sebagai “Profesor Taktik”, ia menggabungkan logika dan intuisi dalam setiap keputusan. Di Timnas Indonesia, meski tidak menjadi figur utama, warisan metode kepelatihannya terus berpengaruh dalam pembentukan sistem pelatihan modern.

Alex Pastoor adalah sosok pelatih yang tidak mencari ketenaran, tapi terus berkontribusi bagi kemajuan sepak bola dengan satu prinsip sederhana: berpikir dengan kepala, bekerja dengan hati.