08.12.2025
Waktu membaca: 5 menit

Last Dance Ratchanok Intanon, Ancaman Serius untuk Indonesia di SEA Games 2025

Last Dance Ratchanok Intanon, Ancaman Serius untuk Indonesia di SEA Games 2025

Thailand vs Indonesia di bulu tangkis beregu putri SEA Games 2025 belum resmi digelar, tetapi aroma duel besar sudah terasa. Di balik nama-nama muda Indonesia, ada satu sosok yang jadi pusat sorotan di kubu tuan rumah: Ratchanok Intanon.

Bukan sekadar andalan tunggal putri Thailand, Ratchanok datang ke SEA Games 2025 dengan label spesial: “last dance” di ajang multievent Asia Tenggara. Dalam laporan Okezone, tunggal putri 30 tahun itu menegaskan bahwa SEA Games 2025 di Thailand akan menjadi penampilan terakhirnya di pesta olahraga kawasan. Dengan status legenda dan tuan rumah, setiap kata dan gestur Ratchanok jelang pertandingan otomatis jadi headline – termasuk ketika skenario ideal banyak pihak adalah final beregu putri antara Thailand dan Indonesia.

Last Dance di Rumah Sendiri, Ratchanok Incar Emas Beregu dan Individu

Dalam artikel bertajuk kisah “mimpikan emas perdana pada penampilan terakhir di SEA Games 2025”, Okezone menulis bahwa Ratchanok sudah bulat menjadikan SEA Games edisi kali ini sebagai panggung perpisahannya. Ia disebut sangat termotivasi karena belum pernah meraih emas tunggal putri SEA Games, meski sudah lama menjadi salah satu tunggal putri terbaik dunia dan berstatus juara dunia 2013. Media lokal Thailand dan regional menggambarkan situasi ini sebagai kombinasi antara misi pribadi dan tugas negara:

  • Di satu sisi, emas individu di kandang sendiri akan menutup lubang kosong di lemari trofi Ratchanok.
  • Di sisi lain, ia tetap jadi motor penting tim beregu putri Thailand yang selama ini sangat dominan di SEA Games.

Suara Merdeka Jakarta bahkan menyebut SEA Games 2025 sebagai “last dance pebulu tangkis cantik Thailand, Ratchanok Intanon”, menekankan bahwa ajang ini bukan sekadar kejuaraan rutin, melainkan babak pamungkas bagi sang ratu di level regional. Secara tersirat, pesan Ratchanok jelas: kalau ini memang panggung terakhirnya, ia ingin menutup dengan standar tertinggi – emas untuk Thailand.

Thailand Turun dengan Skuad Utama, Ratchanok Masih Jadi Tumpuan

IDN Times mencatat bahwa Thailand menurunkan skuad terbaik untuk bulu tangkis SEA Games 2025, baik di sektor putra maupun putri. Sebagai tuan rumah, mereka disebut benar-benar memburu hasil maksimal di hadapan publik sendiri. Di sektor putri, Ratchanok tetap menjadi wajah utama tim bersama deretan tunggal dan ganda putri papan Thailand. Rekam jejaknya di SEA Games juga bukan main-main: beberapa media regional mencatat ia sudah menyumbang emas dan medali berlapis di nomor beregu dan perorangan dalam edisi-edisi sebelumnya, menjadikannya ikon bulu tangkis Thailand di pentas Asia Tenggara.

Bagi PBSI dan tim Indonesia, fakta bahwa Thailand kembali all-out dan masih menumpukan harapan pada Ratchanok berarti satu hal: jalan ke emas beregu putri hampir pasti melewati sosok yang sama.

Peta Jalan Menuju Final: Indonesia di Jalur Berat

Hasil drawing nomor beregu putra dan putri yang diumumkan PBSI dan diberitakan beberapa media nasional menempatkan Indonesia di jalur yang tidak mudah.

  • Tim beregu putri Indonesia harus memulai dari babak pertama dengan menghadapi Myanmar. Jika menang, Indonesia akan berjumpa pemenang Vietnam vs Malaysia di semifinal. Hal ini dilaporkan antara lain oleh Bola.net, TVOne, VOI, dan Radar Madiun.
  • Sementara Thailand, sebagai unggulan dan tuan rumah, berada di sisi undian lain dan di kertas difavoritkan melaju ke final.

Artinya, jika semua berjalan “sesuai naskah”, final beregu putri sangat mungkin mempertemukan Thailand vs Indonesia. Di sanalah “last dance” Ratchanok berpotensi bertemu ambisi emas Indonesia.

Indonesia Siapkan Gregoria dan Skuad Putri untuk Hadapi Sang Ratu

Dari kubu Indonesia, nama Gregoria Mariska Tunjung banyak disebut media sebagai kandidat utama lawan Ratchanok di sektor tunggal putri. Semangatnews menulis bahwa laga di SEA Games 2025 ini diyakini bisa menjadi “laga perpisahan elegan” bagi sang ratu Thailand, sekaligus ujian besar bagi Gregoria sebagai tulang punggung tunggal putri Indonesia. Di beregu putri, PBSI menargetkan kontribusi besar dari kombinasi tunggal putri dan ganda putri yang diisi pemain berpengalaman dan talenta muda. Beberapa media menyebut Febriana Dwipuji Kusuma sebagai salah satu figur penting di tim, baik sebagai kapten maupun ujung tombak di nomor ganda.

Dalam konteks ini, “kata Ratchanok” jelang Thailand vs Indonesia bukan berupa serangan verbal, melainkan pesan halus lewat pilihan jadwal dan target:

  • Ia memilih tetap turun di beregu, padahal bisa saja fokus penuh hanya di individu.
  • Ia terang-terangan membidik emas terakhir di rumah sendiri, yang otomatis menempatkan Indonesia sebagai “tamu yang ingin merusak pesta perpisahan” jika kedua tim bertemu di final.

Tekanan di Pihak Thailand: Pesta Perpisahan atau Malam Pahit?

Tekanan di kubu Thailand jelas besar. Di satu sisi, publik berharap melihat perpisahan manis: Ratchanok mengangkat trofi emas di kandang sendiri, baik di beregu maupun, kalau bisa, di tunggal putri. Okezone menulis bahwa ia sangat termotivasi untuk “menutup SEA Games dengan keberhasilan gemilang” karena statusnya sebagai ikon dan fakta bahwa ini penampilan terakhirnya. Namun di sisi lain, format beregu putri yang pendek – hanya tiga partai (tunggal–ganda–tunggal atau sebaliknya) – selalu membuka peluang kejutan. Satu partai tunggal yang meleset atau satu ganda yang underperform bisa langsung mengubah skenario yang sudah disusun rapi oleh tuan rumah.

Bagi Indonesia, justru di situlah celah psikologisnya:

  • Jika bisa mencuri poin di partai yang melibatkan Ratchanok, tekanan ke Thailand akan berlipat.
  • Kalau pun kalah di partai tunggal pertama, peluang tetap terbuka selama ganda dan tunggal kedua mampu tampil lepas.

Sampai artikel ini ditulis, belum ada pernyataan langsung Ratchanok yang menyebut Indonesia sebagai calon lawan spesifik di final beregu putri. Namun dari rangkaian pemberitaan Okezone, Suara Merdeka, media Thailand, dan laporan soal drawing resmi PBSI, benang merahnya jelas:

  • SEA Games 2025 adalah last dance Ratchanok Intanon di ajang SEA Games.
  • Ia masih jadi pusat kekuatan tim beregu putri Thailand dan membidik emas di depan publik sendiri.
  • Jalur undian membuka peluang besar terjadinya final Thailand vs Indonesia di nomor beregu putri.
  • Jika skenario itu benar-benar terjadi, final tersebut bukan hanya soal perebutan emas SEA Games. Itu akan menjadi panggung pertemuan antara perpisahan seorang ratu dan ambisi generasi baru Indonesia.

Dan di titik itulah, kata-kata Ratchanok soal last dance dan mimpi emas terakhir berubah makna: bukan cuma target pribadi, melainkan tantangan langsung kepada Indonesia – sang tamu yang datang ke Bangkok dengan satu misi sederhana: menggagalkan pesta perpisahan tuan rumah.