21.10.2025
Waktu membaca: 6 menit

Karier Mees Hilgers Dimatikan Twente, Transfer Gagal dan Nasib di Ujung Tanduk

Karier Mees Hilgers Dimatikan Twente, Transfer Gagal dan Nasib di Ujung Tanduk

Nama Mees Hilgers kini jadi bahan omongan di ruang ganti dan meja redaksi Belanda. Bek berdarah Indonesia itu tengah menjalani masa paling kelam dalam karier profesionalnya. Bukan karena cedera, bukan karena performa jeblok   tapi karena dibekukan hidup-hidup oleh klubnya sendiri, FC Twente. Ia kini terjebak di situasi absurd: tak dijual, tak dimainkan, tapi juga tak diizinkan lepas. Sebuah drama yang di mata banyak pengamat, sudah masuk wilayah “pembunuhan karier” seorang pemain bola profesional.

Kisah ini bermula dari keputusan Mees Hilgers menolak kontrak baru yang diajukan Twente pada akhir Agustus. Kontrak si bek sejatinya masih berlaku sampai Juni 2026, tapi klub ingin memperpanjang lebih dini agar tak kehilangan dia gratisan tahun depan. Tapi Hilgers menolak mentah-mentah tawaran itu. Sejak saat itu, pintu masuk ke skuad utama rasanya terkunci rapat.

“Sangat memalukan,” kata Jan Streuer, Direktur Teknik FC Twente, saat ditanya soal sikap Hilgers. “Kami sudah kasih tawaran yang bagus. Tapi kalau dia tidak tertarik, ya sudah. Kita lihat saja apa yang terjadi.” (Voetbal Primeur, 20/10)

Kata “lihat saja” itu rupanya berarti penghentian karier sepihak. Mees dibekukan: tidak dimainkan di Eredivisie, namanya tak muncul di daftar pemain utama, bahkan hanya muncul sesekali duduk di tribun stadion VoetbalVeste. Ia cuma bisa latihan   tanpa jaminan menit bermain sama sekali. (Okezone, 21/10)

Klub Tidak Profesional disorot Bandit Belanda

Langkah Twente ini menuai kritik. Legenda Belanda, Danny Koevermans, ikut buka suara. Menurutnya, Twente menggunakan kekuasaan manajerial untuk “mengintimidasi pemain”. “Ini bukan cara mendidik pemain profesional. Kau tidak bisa menghancurkan karier seseorang hanya karena dia tak mau perpanjang kontrak,” tegas Koevermans. (Radar Lambar, 09/10)

Koevermans menilai ini ironis karena Twente justru sedang krisis bek tengah. Beberapa pemain belakang utama cedera panjang. Tapi alih-alih memberi kesempatan buat Hilgers   salah satu bek paling konsisten musim lalu   klub malah gengsi. “Ini sudah bukan profesionalisme, ini ego,” ucapnya. (Radar Lambar, 09/10)

Di sisi Hilgers, sang pemain memilih diam. Beberapa unggahan Instagram pribadinya cuma menunjukkan ia tetap berlatih dan menjaga kebugaran. Tapi di ruang lini masa Belanda, para fans Twente terbelah dua: ada yang maki Hilgers karena merasa ia tak loyal, tapi banyak pula yang bela dia dan minta klub berhenti memperlakukan pemain seperti tawanan.

Padahal, peluang buat hengkang sebenarnya sudah terbuka. Pada bursa transfer musim panas lalu, Hilgers hampir berlabuh ke klub Prancis, Stade Brest. Kesepakatan sudah ada, negosiasi harga rampung, tapi prahara muncul di pengujung waktu. Bursa Ligue 1 tutup lebih cepat dari liga lain, dan waktu untuk tes medis tak cukup. Transfer pun gagal di menit akhir. (Voetbal International, 31/08)

Setelah kegagalan itu, Twente buru-buru mendatangkan bek baru sebagai antisipasi, membuat posisi Hilgers kian tak dibutuhkan. Sejak itu, hubungan keduanya benar-benar dingin. “Twente bahkan sudah sebar kabar kalau Hilgers pengkhianat klub,” tulis media lokal Enschedese Courant. (Suara.com, 18/10)

Meski begitu, sumber internal menyebut Brest masih memantau. Klub Ligue 1 itu menilai bek keturunan Indonesia ini punya nilai pasar besar bukan hanya secara teknis, tapi juga komersial   membuka pangsa dukungan Asia. Jika hubungan Twente dan Hilgers makin rusak, ada peluang besar transfer ini kembali hidup di Januari nanti.

Kontrak Baru Twente yang Tidak Logis

Yang bikin publik makin panas, muncul kabar kalau Twente menetapkan satu syarat absurd: Hilgers baru boleh main lagi kalau dia menandatangani kontrak baru. Sederhananya, kalau mau dapat menit bermain, harus tunduk dulu pada klub. “Take it or leave it,” kata sumber tim pelatih Twente secara gamblang. (Suara.com, 18/10)

Manajemen klub berdalih, mereka hanya menjalankan kebijakan internal agar tim tidak kehilangan pemain gratisan. Tapi banyak media Belanda menilai ini bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Bahkan, SciSports   lembaga analitik sepak bola   menilai kontrak model “paksa main kalau perpanjang” berisiko memperburuk reputasi klub di mata pemain muda di masa depan. (Okezone, 21/10)

Hilgers Ajax, PSV, dan Brest Siap Berebut

Meski sedang dibekukan, nama Hilgers tetap seksi di pasar Eropa. Beberapa klub disebut siap menampungnya pada Januari nanti.

  1. Stade Brest (Ligue 1)
    Klub Prancis ini sudah selangkah lagi memiliki Hilgers musim panas lalu. Mereka siap mengajukan kembali proposal di bursa Januari. Brest butuh tambahan defender setelah kehilangan Hugo Magnetti ke Nice. (Voetbal International, 31/08)

  2. Ajax Amsterdam (Eredivisie)
    Menurut Football Transfers dan analisis data SciSports, Hilgers adalah “fit ideal” untuk gaya main Ajax. Pelatih John Heitinga disebut tertarik karena bek-bek utamanya cedera, sementara Hilgers punya rating “Club Fit” sebesar 84 untuk Ajax. (Football Transfers, 29/09)

  3. PSV Eindhoven
    Media Belanda melaporkan Hilgers masuk radar PSV karena kebutuhan bek baru pasca absennya Andre Ramalho. Hilgers dinilai bisa menjadi rotasi penting di tim asuhan Peter Bosz. (TVOneNews, 18/10)

  4. Telstar (Eredivisie)
    Klub promosi ini siap menampung Hilgers lewat skema pinjaman enam bulan. Mereka bahkan sudah menghubungi agennya sejak Agustus lalu, tapi urung terlaksana. (Bola.net, 26/08)

  5. AZ Alkmaar
    Sejumlah media Belanda menyebut AZ tertarik menggaet Hilgers jika mereka kehilangan Yusuf Barasi ke Bundesliga. Pengamatan internal mereka sudah dilakukan sejak awal 2024. (Score.co.id, 02/09)

Realitanya, sampai artikel ini ditulis, Mees Hilgers masih terkurung di “penjara elegan” bernama Twente. Klub yang dulu jadi rumah pembinaannya kini berubah jadi penjara kontrak yang membatasi geraknya. Fans Indonesia ikut panas, terutama setelah rumor beredar bahwa status Hilgers di Timnas Indonesia juga terganggu karena tak memiliki menit bermain kompetitif sejak Juli. (TVOneNews, 20/10)

Kondisi ini menciptakan paradoks: seorang bek potensial berusia 24 tahun, sempat tampil di ajang Eropa dan kualifikasi Piala Dunia, kini hanya menjadi pengamat dari pinggir lapangan. Twente menahan, tapi tak memakai. Hilgers ingin pergi, tapi tak dibolehkan. Drama kontrak yang mematikan karier.

Meski begitu, Januari bisa jadi titik balik. Dengan sisa kontrak 18 bulan, Twente dihadapkan dilema: melepasnya murah atau kehilangan secara gratis nanti. Verstappen, kolumnis Voetbal International, menulis tajam, “Kalau Twente masih ngotot menahan Hilgers, maka mereka bukan lagi klub pembina, tapi algojo karier.” (Voetbal International, 31/08)

Klub Peminat Potensial Mees Hilgers (Prediksi Bursa Januari 2026)

Klub Kompetisi Peluang Datang Alasan Ketertarikan
Stade Brest Ligue 1 Prancis 45% Sudah hampir bergabung, hanya gagal tes medis.
Ajax Amsterdam Eredivisie 30% Cocok secara taktik dan statistik menurut SciSports.
PSV Eindhoven Eredivisie 15% Butuh bek tengah tambahan untuk kedalaman skuad.
AZ Alkmaar Eredivisie 10% Opsi cadangan jika kehilangan pemain inti.
Telstar Eredivisie 10% Siap menampung via pinjaman jangka pendek.

 

Sementara Twente bisa saja berpura-pura profesional, dunia sepak bola tahu satu hal pasti: dalam kasus Hilgers, yang dikorbankan bukan cuma kesetiaan, tapi masa depan seorang pemain yang masih punya karier panjang di depannya. Jika Januari tak jadi titik keluar, maka yang mati bukan cuma musim Hilgers   tapi mungkin seluruh laju Eropanya.