16.09.2025
Waktu membaca: 3 menit

Kalah di Hari Pertama Champions Paris, RRQ Masih Optimis

RRQ at Champions Paris 2025

Wakil region Asia Pasifik dan satu-satunya perwakilan Indonesia di VCT Champions Paris, RRQ, telah memberikan responnya usai mengakhiri laga pembuka dengan kekalahan menjelang dini hari tadi (16/09).

Bermukim di grup B, RRQ harus mengakui kekuatan Fnatic, sang raksasa Inggris, yang menjadi lawan pertamanya. Meski sempat memberikan perlawanan, mereka kerap keteteran di ronde-ronde terakhir dan terpukul 0-2.

Kendati demikian, skuad tersebut mengatakan masih optimis dan memuji atmosfer pertandingan di Paris yang meriah. Bryan “Kushy” Setiawan yang tampil dalam sesi pers merasa timnya agak kurang beruntung meskipun mereka datang dengan kepercayaan diri yang mantap untuk menghadapi kompetisi bergengsi ini.

“Kami datang ke pertandingan ini dengan sangat percaya diri di awal. Kami berharap bisa membawa kemenangan, tapi sayangnya nggak bisa. Tapi saya merasa ini (luar biasa), kayak, pengunjungnya sangat meriah. Para penonton sangat ramai, bahkan suaranya tembus ke headset. Jadi, saya rasa vibes-nya sangat bagus.”

Sentimen serupa turut dikemukakan oleh sang pelatih utama, Marthinus “Ewok” Walt, yang mengatakan bahwa kekalahan Fnatic kemungkinan lebih didasari oleh strategi mereka yang terlalu berfokus pada salah satu ronde. Ia berjanji bahwa timnya akan melatih kembali strateginya dalam waktu singkat ini sebelum maju ke pertandingan kedua.

RRQ akan menghadapi BiliBili Gaming pada tanggal 20 September mendatang untuk menentukan nasib mereka menuju Decider yang akan mempertemukan pemenang dari Elimination dengan tim yang kalah dari Winner Match.

RRQ tunjukkan kelemahan mencolok

Dengan hasil terakhir itu, RRQ menjadi satu-satunya tim dari Asia Pasifik yang mengalami kekalahan di hari pertamanya. Sedangkan kompatriotnya yang lain, Paper Rex, DRX, dan T1, menutup pembukaan mereka dengan kemenangan yang meyakinkan, masing-masing mengantongi 2-0.

Kendati kekalahan tersebut cukup dimaklumi, mengingat Fnatic yang levelnya di mereka, RRQ sejatinya menunjukkan beberapa kelemahan yang mencolok saat meladeni mereka di dua game tersebut. Dan hal tersebut harus secepatnya dii apabila tidak ingin terus menurun sampai penentuan mendatang.

Pada peta pertama, Ascent, RRQ tetap mempertahankan komposisi klasik mereka dengan Maksim “Jemkin” Batorov pada agen Yoru dan Ngo “crazyguy” Anh sebagai Tejo. Meski Jemkin menampilkan performa kunci dengan Operator-nya, termasuk bunuh-bunuhan penting yang membuat skor tetap ketat, RRQ pada akhirnya tidak mampu menyaingi tempo serangan Fnatic yang sangat disiplin dan metodis.

Terlepas dari momen-momen individual yang kuat, RRQ kesulitan mempertahankan site mereka dari retake Fnatic yang sangat terkoordinasi. Fnatic unggul 7-5 di babak pertama dan melanjutkan aksinya dengan menutup babak pertama 13-10, yang ditandai dengan clutch Timofey “Chronicle” Khromov yang menjadi penentu kemenangan.

Di Abyss, yang merupakan pilihan RRQ, mereka justru kesulitan untuk bermain nyaman. Babak awal sempat menunjukkan RRQ bertahan dengan baik, memenangkan pistol round dan membangun keunggulan 7-5 di paruh pertama. Sayangnya, penyesuaian yang dilakukan Fnatic berhasil menggoyahkan pertahanan RRQ.

Melalui permainan agresif sang in-game leader, Jake “Boaster” Howlett, yang mencatatkan 4K, alur permainan secepatnya berubah arah untuk Fnatic. RRQ yang mengandalkan duelis tunggal tidak sanggup membendung keperkasaan strategi inisiator ganda milik Fnatic, yang membuat situasi pertahanan site rentan ditembus. Tekanan Fnatic menjelang akhir permainan berujung dengan kemenangan 8 ronde beruntun yang ditutup dengan hasil 13-7 untuk kemenangan tim Oranye.

Bisa disimpulkan, kekalahan RRQ lebih disebabkan oleh kegagalan mereka dalam bertahan di tekanan dan menghadapi lawan dengan koordinasi yang sangat rapat. Meski keahlian Jemkin dalam menangani fase late game bisa diandalkan, RRQ perlu merapatkan strateginya sebagai satu unit dan lebih tenang menghadapi tekanan di level kompetisi seperti ini.