28.10.2025
Waktu membaca: 6 menit

Juventus Resmi Pecat Igor Tudor, Brambilla Ambil Alih

Juventus Resmi Pecat Igor Tudor, Brambilla Ambil Alih

Juventus resmi mengumumkan pemecatan pelatih kepala Igor Tudor setelah serangkaian hasil buruk yang membuat tim kehilangan arah di kompetisi domestik. Keputusan tersebut diumumkan pada Senin (27/10) waktu setempat melalui situs resmi klub, menandai akhir masa jabatan singkat Tudor yang hanya berlangsung beberapa bulan (Reuters, 27/10).

Langkah drastis ini diambil menyusul rentetan delapan laga tanpa kemenangan di Serie A, yang menimbulkan tekanan besar dari para suporter dan media terhadap manajemen klub. Dalam pernyataan resminya, Juventus menyebut bahwa Tudor bersama staf kepelatihannya telah dibebaskan dari tugas, dan posisi pelatih sementara kini diambil alih oleh Massimo Brambilla — sosok yang sebelumnya menangani tim Juventus Next Gen (Football Italia, 27/10).

Pemecatan Tudor menandai perubahan besar di tubuh Bianconeri, yang sebelumnya berharap banyak dari pelatih asal Kroasia itu setelah performa tidak konsisten di asuhan Massimiliano Allegri musim lalu. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa transisi tak berjalan mulus.

Awal Masa Sulit di Juventus

Sejak ditunjuk pada awal musim 2025/26, Tudor menghadapi tantangan besar dalam mengembalikan identitas permainan Juventus. Timnya gagal menunjukkan kestabilan, terutama dalam sektor serangan. Dalam delapan laga terakhir, Juventus hanya mampu mencetak empat gol dan kebobolan sepuluh, statistik yang jauh dari ekspektasi klub dengan tradisi juara Serie A (Reuters, 27/10).

Kekalahan beruntun dari Napoli dan Lazio semakin memperburuk situasi. Bahkan hasil imbang tanpa gol melawan tim papan Lecce menjadi titik balik di mana kepercayaan diri para pemain tampak hilang. Media Italia seperti La Gazzetta dello Sport menyoroti kurangnya variasi taktik dan minimnya respon Tudor terhadap tekanan permainan lawan.

Tudor sendiri dikenal sebagai pelatih yang disiplin dan berkarakter keras. Ia sempat membawa Hellas Verona tampil mengejutkan pada musim 2021/22, namun pendekatannya yang tegas disebut tak sepenuhnya cocok dengan ruang ganti Juventus yang berisi banyak pemain senior berpengalaman (Aftonbladet, 27/10).

Juventus ditangan Igor Tudor

Meskipun masa kepemimpinan Tudor di Turin relatif singkat, ia sempat mencatatkan beberapa hasil positif. Juventus sempat membuka era kepelatihannya dengan kemenangan 1-0 Genoa pada 29 Maret 2025, hasil yang kala itu memberi harapan baru bagi pendukung Bianconeri (Antaranews, 29/03).

Tidak lama kemudian, Juventus menorehkan kemenangan dramatis 4-3 Inter Milan dalam Derby d’Italia pada 13 September 2025. Kemenangan itu menjadi momen terbaik Tudor bersama Juventus, menunjukkan semangat juang tinggi dan daya serang yang agresif (Bola Bisnis, 14/09).

Namun, performa tim menurun tajam pada bulan-bulan berikutnya. Juventus hanya mampu meraih dua kemenangan dari 10 pertandingan terakhir, termasuk kekalahan 0-1 dari Lazio pada 27 Oktober 2025 yang menjadi pertandingan terakhir Tudor sebagai pelatih kepala (Bola.net, 27/10).

Krisis tanpa kemenangan dalam delapan laga beruntun ini menjadi salah satu catatan terburuk Juventus sejak 2009. Total, Tudor meninggalkan Juventus dengan catatan 24 pertandingan, terdiri dari 8 kemenangan, 6 hasil imbang, dan 10 kekalahan (The Sun, 27/10).

Direktur olahraga Juventus, Cristiano Giuntoli, dalam konferensi pers singkat menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi Tudor selama memimpin tim. “Kami berterima kasih komitmen dan profesionalismenya. Namun, kami merasa saat ini klub membutuhkan arah baru untuk kembali ke jalur kemenangan,” ujarnya (Football Italia, 27/10).

Sementara itu, para fans di Turin menunjukkan reaksi beragam. Sebagian mendukung keputusan ini dengan harapan Brambilla dapat membawa angin segar, sementara yang lain menilai manajemen terlalu cepat menarik kesimpulan. Di media sosial, tagar #TudorOut sempat menjadi trending selama dua pekan terakhir, mencerminkan tekanan besar yang dirasakan pelatih asal Split tersebut (Reuters, 27/10).

Para pemain senior seperti Danilo dan Locatelli dikabarkan memberikan dukungan moral kepada Tudor pada hari terakhirnya di Continassa. Dalam unggahan Instagram pribadinya, Tudor menulis singkat, “Saya selalu menghormati klub ini. Saya meninggalkan Turin dengan rasa terima kasih dan tanpa penyesalan.”

Juventus sementara dipimpin Massimo Brambilla 

Dengan kepergian Tudor, sorotan kini tertuju pada Massimo Brambilla, pelatih 52 tahun yang sebelumnya sukses mengembangkan banyak talenta muda di Juventus Next Gen. Brambilla dikenal memiliki pendekatan permainan berbasis penguasaan bola dan transisi cepat, gaya yang diharapkan bisa menghidupkan kembali kreativitas tim utama (Football Italia, 27/10).

Menurut laporan Football Italia, Brambilla akan memimpin tim dalam dua laga ke depan melawan Torino dan Fiorentina sebelum manajemen menentukan pelatih permanen. Nama-nama seperti Thiago Motta dan Antonio Conte dikabarkan masuk radar klub.

Brambilla juga disebut akan membawa asistennya dari tim U-23 dan tetap melibatkan staf medis serta analis dari tim utama untuk menjaga kesinambungan. Fokus utama dalam waktu dekat adalah mengembalikan mentalitas kemenangan dan memperbaiki koordinasi lini belakang yang menjadi titik lemah dalam beberapa laga terakhir (Aftonbladet, 27/10).

Pemecatan Tudor menjadi bagian dari pola perubahan besar di Juventus dalam dua tahun terakhir. Sejak krisis finansial dan pengurangan poin akibat kasus administrasi pada 2023, klub berusaha membangun kembali stabilitas struktural dan reputasi mereka.

Musim ini, target realistis klub adalah finis di empat besar untuk memastikan tiket Liga Champions musim depan. Namun dengan performa terkini, ambisi tersebut kini terancam. Juventus saat ini berada di posisi kedelapan klasemen sementara dengan 12 poin dari 10 pertandingan (Reuters, 27/10).

Para analis sepak bola Italia menilai bahwa inti masalah bukan hanya di sisi teknis, tetapi juga pada keseimbangan tim. Kehilangan pemain kunci seperti Federico Chiesa karena cedera dan minimnya kontribusi lini depan menjadi faktor utama. Dusan Vlahovic, yang diharapkan menjadi tumpuan gol, baru mencetak dua gol sejak awal musim (Football Italia, 27/10).

Kinerja lini tengah juga disorot karena kurangnya kreativitas. Adrien Rabiot dan Weston McKennie disebut tak mampu menjadi jembatan efektif antara lini belakang dan serangan. Hal inilah yang mendorong desakan agar Juventus mencari pelatih yang mampu memaksimalkan potensi skuad yang ada, bukan sekadar mengandalkan pengalaman individu (Aftonbladet, 27/10).

Tekanan di Balik Kursi Panas

Menjadi pelatih Juventus memang bukan perkara mudah. Ekspektasi publik terhadap klub sebesar Juve selalu tinggi, terutama dengan sejarah panjang mereka di Serie A dan Eropa. Setiap hasil minor langsung menjadi bahan sorotan media dan perbincangan luas di kalangan tifosi. Bagi Tudor, pengalaman ini menjadi pelajaran penting setelah periode sebelumnya di Marseille dan Verona. Meski gagal bertahan lama di Turin, ia masih dianggap memiliki potensi untuk melatih klub lain di masa depan (Reuters, 27/10).

Sementara Juventus harus kembali fokus pada fase transisi. Jika Brambilla mampu menunjukkan hasil positif dalam beberapa laga ke depan, bukan tidak mungkin ia dipertahankan hingga akhir musim. Namun jika performa tak kunjung membaik, pergantian pelatih lagi mungkin tak terhindarkan (Football Italia, 27/10).

Kisah ini menjadi satu lagi babak dalam perjalanan panjang Juventus mencari kestabilan pasca era Allegri. Satu hal yang pasti: tekanan di Turin tidak pernah reda, dan hanya kemenangan yang bisa meredam gejolak di klub sebesar Juventus (Aftonbladet, 27/10).