05.09.2025
Waktu membaca: 4 menit

Jay Idzes vs Wu Chun-ching: Benteng Garuda Hadapi Maestro Taipei

Jay Idzes siap menghadapi pemain senior Wu Chun-ching di laga FIFA Matchday

Jay Idzes adalah tipe bek tengah modern yang jarang dimiliki Timnas Indonesia. Main di Serie A bersama Sassuolo, Idzes terbiasa menghadapi striker dan playmaker kelas dunia. Karakternya bukan sekadar bek pemutus serangan, tapi ball-playing defender: tenang saat menguasai bola, pintar membaca permainan, dan jago mendistribusikan bola ke lini tengah.

Dengan gaya ini, Idzes bukan hanya benteng, tapi juga “starter” serangan Indonesia. Ketika lawan mencoba pressing, dia sering keluar dengan operan progresif yang membuka ruang untuk gelandang atau sayap (Transfermarkt, 05/09).

Jam Terbang Wu Chun-ching yang Jadi Ancaman

Wu Chun-ching adalah ikon veteran Chinese Taipei. Dengan 70+ caps dan 9 gol, dia punya pengalaman mengatur tempo permainan. Berposisi sebagai gelandang serang, Wu sering berdiri di antara lini tengah dan pertahanan lawan. Dari posisi ini, dia bisa:

Mengirim umpan kunci ke striker seperti Jhon Benchy.
Melepas tembakan jarak jauh, terutama ketika diberi ruang 20–25 meter dari gawang.
Mengatur ritme agar Taipei tidak terburu-buru meski ditekan.

Ancaman Wu lebih pada visi dan timing, bukan lagi kecepatan karena faktor usia (36 tahun). Data caps dan golnya tercatat di (Global Sports Archive, 05/09) dan (Transfermarkt, 05/09).

Kenapa Jay Idzes Cocok Meredam Wu Chun-ching

Di sinilah peran Idzes krusial. Melawan Wu, dia tidak perlu menempel ketat seperti Rizky Ridho. Sebaliknya, Idzes akan bermain dengan positional awareness:

Membaca jalur umpan Wu, terutama bola-bola terobosan ke Benchy.
Menutup ruang kosong di belakang Ridho, kalau Wu berhasil mengalihkan lawan dengan gerakan cerdik.
Mengantisipasi tembakan jarak jauh dengan blok tepat waktu, karena Idzes punya insting bagus memotong bola.

Kombinasi ketenangan Idzes dan agresivitas Ridho membuat Wu bakal sulit dapat “ruang nyaman” untuk berkreasi (CNN Indonesia, 26/03).

Kalau dibandingkan dengan bek lokal lain, Idzes punya ketenangan khas Eropa. Dia jarang terburu-buru dalam duel, jarang melakukan tekel sembrono, dan lebih mengutamakan positioning. Ini penting ketika menghadapi Wu yang mengandalkan pengalaman dan timing.

Selain itu, distribusi bola Idzes juga memberi nilai tambah. Begitu merebut bola dari Wu atau memotong aliran serangan, Idzes bisa langsung memulai serangan balik dengan umpan akurat ke sayap—memanfaatkan kecepatan Ragnar Oratmangoen atau Egy Maulana (Transfermarkt, 05/09).

Tenang dan Taktis, Begini Cara Jay Idzes Tunjukkan Taringnya

Wu Chun-ching pasti tetap mencoba mencari celah lewat tembakan jarak jauh atau umpan cepat. Tapi dengan organisasi pertahanan yang dipimpin Idzes, peluang Wu untuk bebas sangat kecil.

Ridho mungkin yang akan berduel fisik langsung, tapi Idzes adalah “otak pertahanan” yang mengontrol garis belakang. Kalau Idzes tampil disiplin dan tenang seperti biasanya, Wu akan lebih banyak terisolasi dan Taipei kesulitan mencetak peluang bersih.

Wu Chun-ching jelas masih jadi Tokoh utama Chinese Taipei, terutama karena pengalamannya lebih dari 70 caps di timnas serta kemampuannya menjaga ritme permainan dengan umpan sederhana dan tembakan jarak jauh (Global Sports Archive, 05/09).

Sebagai playmaker klasik, Wu akan mencari ruang di depan kotak penalti area yang dikenal sebagai “zona 14” untuk mengirim bola ke striker atau menembak langsung. Masalahnya, gaya ini butuh waktu dan ruang. Di usianya yang ke-36, Wu Kemungkinan tidak lagi bisa mengandalkan kecepatan, sehingga ia sangat bergantung pada kecerdikan positioning dan timing.

Di sisi lain, Jay Idzes dan Rizky Ridho menghadirkan kombinasi yang cukup komplet. Idzes bermain tenang, disiplin posisi, dan terbiasa menghadapi playmaker cerdas di Serie A, Dibantu Ridho lebih agresif dalam menutup ruang dan duel fisik (CNN Indonesia, 26/03). Artinya, setiap kali Wu menerima bola, Ridho akan segera memberi tekanan, sedangkan Idzes menjaga shape dan jalur umpan. Dengan gaya bertahan seperti ini, Wu kemungkinan besar akan kesulitan untuk benar-benar menembus keduanya. Mungkin Wu masih bisa mengancam lewat bola mati atau tembakan jarak jauh, tapi peluangnya menciptakan peluang bersih di open play akan sangat terbatas.

Peluang Wu Chun-Ching Mencetak Gol

Berdasarkan catatan kariernya dengan 70+ caps dan 9 gol (Global Sports Archive, 05/09), peluang Wu Chun-ching untuk mencetak gol rata-rata ada di kisaran 12–14% per laga. Namun, menghadapi Indonesia dengan duet bek tangguh Jay Idzes dan Rizky Ridho yang disiplin menjaga area “zona 14” (CNN Indonesia, 26/03), peluang dari open play diperkirakan turun hanya sekitar 5–7%. Meski begitu, ancaman Wu tetap bisa datang lewat bola mati atau tembakan jarak jauh, yang membuat total kemungkinan ia mencetak gol pada laga ini berada di kisaran 8–10%.