20.10.2025
Waktu membaca: 5 menit

Icons in Rivalry : Lammens Dipuji Schmeichel

Icons in Rivalry : Lammens Dipuji Schmeichel

Pertandingan panas antara Liverpool dan Manchester United di Anfield pada 19 Oktober 2025 meninggalkan lebih dari sekadar tiga poin penuh. Kemenangan 2-1 yang diraih tim asuhan Ruben Amorim bukan hanya meruntuhkan kutukan sembilan tahun tanpa kemenangan di markas musuh bebuyutan, tetapi juga menghadirkan momen istimewa di luar lapangan. Sejumlah legenda Manchester United hadir langsung di tribun kehormatan Anfield dan memberikan warna emosional pada duel klasik ini.

Salah satu figur paling mencuri perhatian adalah Peter Schmeichel, kiper legendaris MU era 1990-an yang turut hadir sebagai tamu resmi Premier League. Di antara gemuruh publik Anfield, sosok berpostur raksasa asal Denmark itu kembali ke atmosfer yang pernah ia taklukkan dua dekade lebih lalu kali ini sebagai saksi kebangkitan generasi baru Setan Merah. (The Sun, 19/10)

Sentuhan Legenda di Anfield

Selain Schmeichel, sejumlah eks pemain top MU turut terlihat di tribun VIP. Rio Ferdinand, Patrice Evra, Wayne Rooney, dan Michael Carrick duduk berdampingan dalam area hospitality yang disediakan Premier League. Mereka hadir untuk mengikuti program kehormatan bertajuk “Icons in Rivalry,” sebuah inisiatif yang mempertemukan para legenda kedua klub besar Inggris itu. (Liputan6, 19/10)

(Schmeichel saat memenangkan Treble FA Cup tahun 1999)

Kehadiran barisan eks pemain ini memperkuat atmosfer historis sebuah laga yang kerap dijuluki sebagai rivalitas paling intens di dunia sepak bola. Terlebih, kemenangan United kali ini hadir dengan dramatis ditentukan oleh sundulan Harry Maguire pada menit ke-84 yang membungkam pendukung The Reds di penghujung laga.

Namun di tengah euforia kemenangan, perhatian publik justru tertuju pada penampilan Senne Lammens, kiper muda asal Belgia berusia 23 tahun yang tampil gemilang menjaga gawang United. Lammens bukan hanya mencatat lima penyelamatan penting, tetapi juga menunjukkan ketenangan yang mengingatkan para fans pada masa kejayaan Schmeichel di bawah mistar Old Trafford. (The Sun, 19/10)

Schmeichel: “Saya Melihat Refleksi Saya di Lammens”

Usai pertandingan, Schmeichel memberikan pujian terbuka untuk sang penerus muda itu. Dalam wawancaranya dengan media Denmark, ia menilai Lammens menunjukkan kualitas mental seorang kiper besar.

“Yang saya lihat dari Lammens adalah ketenangan dan keberanian untuk memimpin lini belakang. Saya melihat refleksi diri saya di sana di usia muda, dengan tekanan tinggi di klub besar. Jika ia terus bertumbuh dengan cara yang benar, Manchester United bisa memiliki penjaga gawang top untuk sepuluh tahun ke depan,” ujar Schmeichel. (Manutd.com, 16/10)

Komentar itu mendapat sambutan hangat dari publik Old Trafford. Bagaimanapun juga, ketika pujian datang langsung dari mulut sang legenda Treble Winners 1999, artinya performa Lammens memang pantas dirayakan. Ia bukan sekadar menepis bola, tetapi juga menepis keraguan para penggemar yang sempat menuntut regenerasi di posisi kiper.

Amorim: “Belum Setara Schmeichel, Tapi Potensinya Besar”

Meski sanjungan mengalir deras, manajer Ruben Amorim tetap memilih nada realistis. Pelatih asal Portugal itu memuji performa Lammens, namun enggan terjebak euforia perbandingan dengan sang legenda Denmark.

“Senne tampil luar biasa, tetapi ini baru langkah pertama. Saya selalu katakan, menjaga level performa jauh lebih sulit daripada mencapainya,” ucap Amorim dalam sesi media jelang laga kontra Liverpool. “Dia punya ketenangan dan karakter kuat, tapi Schmeichel itu ikon. Ia masih punya jalan panjang ke sana.” (Bola.net, 17/10)

Amorim juga menjelaskan bagaimana Lammens menjadi contoh sempurna filosofi sepak bola yang ia terapkan di United disiplin, sabar, tapi progresif. Melalui gaya build-up dari belakang, sang kiper memainkan peran vital memulai serangan sekaligus meredam tekanan lawan. Dengan kemampuan distribusi bola yang cepat dan akurat, Lammens memberi klub elemen baru di bawah mistar. (Skor.id, 18/10)

Para Legenda Saling Memberi Dukungan

Kehadiran para legenda di Anfield pun berubah menjadi momen simbolis: tongkat estafet generasi penjaga gawang United seolah berpindah tangan. Edwin van der Sar, yang menyapa lewat pesan video untuk acara Premier League Review, bahkan ikut mengirim pesan dukungan:

“Nikmati tekanan itu, Senne. Kami semua di generasi sebelumnya tahu betapa beratnya mengenakan sarung tangan dengan logo itu di dada.” (Premier League Review, 19/10)

Sementara itu, Rio Ferdinand turut menyoroti peran kombinasi Lammens dan Maguire dalam kemenangan ini. Dalam analisisnya di BT Sport, Ferdinand berkata, “Organisasi pertahanan terlihat jauh lebih matang. Maguire memimpin dengan suara, sedangkan Lammens mengontrol ruang seolah sudah bertahun-tahun di Premier League.” (BT Sport, 19/10)

Tak kalah antusias, Patrice Evra menggunakan media sosialnya untuk memuji performa sang kiper muda.

“Dia punya aura yang tenang tapi mematikan. Kalau Schmeichel tersenyum hari ini, berarti Lammens sudah melakukan sesuatu yang benar,” tulis Evra lewat akun pribadinya. (Instagram EvraOfficial, 19/10)

Lammens: “Saya Cuma Fokus Pada Tim”

Ketika ditanya soal pujian para legenda tersebut, Lammens tetap bersikap rendah hati.

“Saya merasa beruntung bisa bermain dan membantu tim menang. Tentu saja saya mendengar nyanyian fans yang meneriakkan ‘Are you Schmeichel in disguise?’, tapi saya hanya fokus pada tim dan pelatih,” ujarnya sambil tersenyum. (The Sun, 19/10)

Ia juga menyebut bahwa Schmeichel sempat menemuinya secara langsung di ruang ganti setelah laga. “Dia hanya mengatakan: teruslah bermain dengan kepala dingin, jangan biarkan pujian membuatmu lengah. Itu nasihat yang akan saya ingat untuk waktu lama,” tutur Lammens.

Laga di Anfield bukan hanya kemenangan biasa, tetapi perayaan perubahan generasi di Manchester United. Dari era Peter Schmeichel ke Edwin van der Sar, berlanjut ke David de Gea, kini nama Senne Lammens mulai mengisi babak baru sejarah panjang penjaga gawang Setan Merah.

Para legenda hadir bukan sekadar tamu, melainkan saksi lahirnya harapan baru di pos paling vital klub terbesar Inggris itu. Dalam satu malam di Anfield, Schmeichel melihat bayangannya sendiri di kiper muda yang mengenakan jersey nomor 24 itu.

Jika waktu akhirnya membuktikan bahwa Lammens benar-benar pewaris sejati warisan Old Trafford, maka cerita ini akan dikenang sebagai awal dari era baru di bawah mistar merah dan Schmeichel akan selalu menjadi sosok pertama yang tersenyum paling lebar melihatnya.