15.09.2025
Waktu membaca: 3 menit

Cina Jadi Tuan Rumah The International 2026

The International 2026 return to China

Selepas The International 2025 pagi ini, Valve selaku penyelenggara sirkuit kompetisi akbar tersebut membuat sebuah kejutan dengan mengumumkan Cina sebagai tuan rumah untuk TI tahun depan.

Ini akan menjadi kali kedua kompetisi tersebut diadakan di Cina, dan yang pertama setelah kurang lebih 7 tahun. Sebelumnya, kompetisi tersebut diadakan di Shanghai pada tahun 2019 dan menjadi salah satu yang paling ramai disaksikan dengan laga empat besar yang menyisakan PSG.LGD, Team Secret, Team Liquid, dan OG.

Untuk tahun depan, Shanghai akan kembali menjadi arena pertandingan bagi tim-tim terbaik dari berbagai penjuru dunia untuk memperebutkan Aegis yang bergengsi. Tentunya ini akan lokasi yang cukup menarik bagi para suporter offline, mengingat lokasinya yang cukup strategis bagi sebagian besar komunitas yang berasal dari Asia dan Eropa.

Dan melihat tren dari TI 2025, sepertinya TI di Cina akan meneruskan tren viewership yang tinggi karena ada potensi kembalinya tim-tim dan pemain-pemain veteran yang populer di Asia. Apabila semuanya berjalan lancar, bisa dipastikan para andalan seperti Xtreme Gaming dan Team Tidebound akan bertanding kembali di panggung TI tahun depan.

Faktor tuan rumah jadi harapan

Terpilihnya Cina sebagai tuan rumah TI 2026 tentunya diharapkan menjadi booster bagi para veteran dari negara tersebut yang selama ini kesulitan menembus babak akhir saat menghadapi raksasa-raksasa Eropa. Tercatat, region tersebut kerap menyaksikan partisipannya berakhir di empat besar, namun hanya sekali mengangkat Aegis selama kurang lebih 9 tahun terakhir.

Momen tersebut berasal dari Wings Gaming pada tahun 2016 di Amerika Serikat, di mana kala itu mereka diperkuat oleh pemain legendaris seperti Zhang “Faith_bian” Ruida dan Zhang “y” Yiping. Setelah itu, region Cina hanya bisa menembus semifinal atau final, namun belum pernah memenangkannya lagi.

Dengan dukungan para penggemar tim tuan rumah yang lebih masif, ini bisa jadi keunggulan tersendiri bagi tim-tim tersebut untuk bangkit dan tampil lebih baik tahun depan. Walau demikian, mereka tetap harus mewaspadai fleksibilitas tim-tim Eropa yang setiap musim sulit diprediksi dan kerap menyusahkan dalam laga-laga penting.

Menghidupkan minat generasi muda Cina

Kembalinya TI ke Cina juga membawa potensi untuk menumbuhkan minat kompetisi Dota 2 kepada generasi muda, yang mana selama ini mendapatkan perhatian serius dari para profesional di negara tersebut.

Seperti yang diketahui, para pengguna internet muda di sana lebih menggemari League of Legends dan mobile games dalam beberapa tahun terakhir, sehingga perlahan-lahan Dota 2 mulai dilupakan. Situasi tersebut semakin parah ketika Valve memutuskan untuk menghapus Dota Pro Circuit setelah tahun 2023 karena praktis tak ada lagi wadah kompetisi profesional tahunan yang bisa memotivasi para pemain muda untuk lanjut ke level pro.

Hal tersebut sempat disinggung kembali oleh Faith_bian tahun lalu dan dirinya berharap agar para organizer mempertimbangkan region Asia dan Cina untuk menggelar kompetisi Dota 2 yang lebih sehat, di mana generasi muda akan terus berkembang dan meneruskan para seniornya secara bertahap.