08.09.2025
Waktu membaca: 5 menit

Celah Taktik Boom Esports di The International 2025

Boom Esports Dota 2025

Perjalanan Boom Esports yang terhenti di babak akhir fase grup Dota 2 The International 2025 pada akhir pekan lalu menjadi penutup perjuangan region Asia Tenggara yang tidak dramatis dan cukup mengejutkan bagi beberapa penonton yang menaruh harapan besar setelah melihat performa mereka yang cukup seimbang di pertandingan pembuka.

Sepanjang 5 pertandingan berformat best-of-three lalu, The Hungry Beast nampak kesulitan menerapkan dasar taktik yang sempat membuat gaya permainan mereka dinamis dan koheren. Aspek-aspek penting seperti rotasi dalam map, inisiasi teamfight, ataupun item management tidak pernah konsisten terlihat, sekalipun mereka mengusung strategi draft yang seimbang.

Situasi tersebut tentunya cukup membingungkan, mengingat mereka justru bermain lebih rapi dan terstruktur di dalam pembukaan beberapa hari lalu. Dan dalam kompetisi tingkat tinggi seperti ini, tentunya para penggemar berharap lebih sedikit celah yang terbuka untuk dieksploitasi.

Oleh karenanya, sepertinya ini menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk menarik nafas dan melihat kembali sekilas perjalanan singkat Boom Esports dalam TI 2025 dan mencari tahu apa yang kurang. Terlebih bila melihat statusnya sebagai tim kebanggaan Indonesia, tentunya para pendukung beratnya maupun penonton Dota netral masih merengkuh harapan untuk melihat tim tersebut kembali ke masa jayanya seperti pada tahun 2022.

Simak tulisan di bawah untuk mencari tahu kiprah dan strategi mereka dalam beberapa hari ke belakang.

Awal yang agresif versus Team Liquid

Ujian berat mereka langsung muncul di hari pertama dalam wujud Team Liquid, sang juara TI dari tahun lalu. Dan seperti yang diprediksi, tim Kuda Hitam tersebut langsung menggebrak dengan performa yang sangat dominan di map pertama.

Memanfaatkan draft hero yang superior untuk memenangkan objektif penting dan teamfight, Team Liquid tidak memberikan ruang bagi Boom Esports dengan menguasai map sedari fase early game. Meski kemudian Boom Esports berhasil mengulur waktu untuk menstabilkan laning phase, sinergi dan penguasaan titik-titik penting yang bagus dari Team Liquid membuat mereka bermain lebih tenang dan tidak terpancing oleh pergerakan lawan. Setelah kurang lebih 62 menit, Team Liquid memastikan kemenangan telak 43-23.

Tak gentar, Boom Esports membalas di Game 2 dengan draft yang buas untuk mengacaukan permainan Team Liquid. Mengandalkan duo Armel “Armel” Tobias (Queen of Pain) dan Souliya “Jackky” Khoomphetsavong (Terrorblade), mereka berhasil menguasai fase early game dengan memberikan tekanan konstan yang membuat Team Liquid kesulitan mengatur tempo.

Selama ronde tersebut, Armel mencuri perhatian penonton berkat upayanya dalam membantu timnya memenangkan posisi-posisi krusial untuk menghabisi pemain lawan. Setelah 43 menit, Boom Esports menutup dengan kemenangan 22-10 dan menyamakan kedudukan.

Sayangnya, momentum tersebut padam di game penentuan ketika Team Liquid lagi-lagi mengamankan draft yang agresif dan berhasil menguasai permainan sejak fase awal. Koordinasi yang jitu dan pengambilan keputusan yang baik membuat mereka mengamankan setiap obyektif dengan cepat, sekaligus menutup celah bagi Boom Esports untuk menginisiasi serangan balik. Hanya butuh kurang dari 40 menit bagi Team Liquid untuk  menutup seri itu dengan kemenangan 33-16.

Semakin menurun

Kendati kalah di awal, performa pada Game 1 dan Game 2 melawan Team Liquid sempat memberikan harapan bagi para penggemar Boom Esports yang merasa optimis bahwa strategi mereka akan berhasil melawan tim yang berada satu tingkat di bawah sang penguasa Eropa itu. Namun, semua itu terbuyarkan di dua pertandingan selanjutnya.

Secara berturut-turut, Boom Esports justru mengendurkan agresivitasnya dan takluk tanpa balas menghadapi BetBoom Team dan Team Heroic, di mana rata-rata waktu pertandingan di antara mereka selesai di bawah 40 menit. Hal tersebut membuat mereka berada di zona eliminasi pada hari kedua, disusul dengan Team Nemesis dan Wildcard.

Beberapa kombinasi strategi diterapkan dan duo Armel – Jaccky masih konsisten dengan performa individualnya yang solid, namun secara keseluruhan skuad mereka mengalami penurunan yang mengkhawatirkan menjelang hari terakhir.

Meraih momentum singkat di babak penutup

Menghadapi situasi sulit, Boom Esports mendapatkan angin segar saat menghadapi Team Nemesis dalam babak penyisihan akhir yang pertama. Hanya dalam waktu singkat, The Hungry Beast menyabet skor 2-0 dan mengeliminasi tim asal Singapura itu sebagai tim pertama yang tersingkir dari TI 2025.

Pertandingan tersebut menunjukkan strategi draft yang baik dari Boom Esports. Pada Game 1, mereka membaca strategi lawan dan menjawabnya dengan counter pick Axe yang dimainkan oleh Anucha “Jabz” Jirawong. Perannya dalam ronde tersebut menjadi highlight dengan strateginya yang membuat para pemain Nemesis kesulitan mengamankan lane. Tanpa kesulitan berarti, Boom Esports hanya butuh waktu kurang lebih 29 menit untuk memenangkan pertarungan yang pertama.

Game 2 menjadi sebuah pertunjukan spektakuler dari Armel yang membuat pusing lawannya memakai Void Spirit. Agresi dan kontrol map yang dikomando olehnya membuat Nemesis kewalahan dan mengakhiri ronde itu setelah tepat 30 menit lamanya.

Hasil akhir tersebut menjaga asa Boom Esports untuk melaju ke penyisihan akhir selanjutnya menghadapi Wildcard, yang di atas kertas terlihat imbang dengan skuad mereka. Namun, kali ini mereka dipatahkan dengan strategi Wildcard yang merupakan kombinasi optimal dari counter draft dan pengendalian lane sedari fase mid hingga late game.

Usai memenangkan Game 1 dengan cepat, Boom Esports memaksakan strategi yang sama saat menghadapi Game 2. Namun, Wildcard berhasil membaca situasi dan menguasai map dalam waktu singkat untuk menekan Boom Esports dan menyamakan kedudukan setelah kurang lebih 57 menit.

Hal tersebut membuat Wildcard semakin percaya diri dan menekan Boom Esports di Game 3, yang mengusung tempo sedikit lebih lambat. Strategi counter attack dari Boom Esports sempat mengejutkan lawannya, namun pada akhirnya mereka kalah dari aspek draft Wildcard yang superior di late game. Setelah satu jam, Wildcard akhirnya mengakhiri perjalanan kawanan Serigala Asia Tenggara dengan kemenangan di babak penentuan tersebut.

Taktik untuk musim selanjutnya

Berkaca dari perjalanan mereka dalam turnamen ini, rasanya Boom Esports harus berfokus untuk membenahi hal-hal spesifik yang membuatnya susah untuk dilawan, terutama dalam pengambilan keputusan counter-pick, sinergi hero yang kuat di early game, dan rotasi lane.

Melihat performa dari trio Armel, Jaccky, dan Jabz di Jerman, mereka jelas memiliki potensi untuk melaju lebih jauh dalam turnamen-turnamen besar selanjutnya selama bisa mempertahankan ciri khas yang ada saat ini. Walau demikian, Boom Esports sepertinya akan bergelut dengan perombakan roster sebelum saatnya tiba.

Meski saat ini belum ada kabar lanjutan, The Hungry Beast diduga akan kehilangan sosok pelatih veteran Chai “Mushi” Fung yang mengumumkan niatnya untuk pensiun beberapa bulan sebelumnya. Tentunya mereka harus bergerak mencari pelatih baru yang mumpuni lebih cepat apabila tidak ingin terjegal dalam jendela transfer selepas TI 2025 nanti.