16.12.2025
Waktu membaca: 3 menit

Ilia Topuria Tunda Bela Gelar UFC usai Isu Tuduhan KDRT

Ilia Topuria Tunda Bela Gelar UFC usai Isu Tuduhan KDRT

Ilia Topuria, yang saat ini berstatus juara kelas ringan UFC, memilih menunda pembelaan gelarnya pada awal 2026 setelah muncul tuduhan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang ia sebut sebagai narasi palsu. Dalam pernyataan panjang di media sosial yang dikutip MMA Fighting, Topuria mengklaim dirinya menjadi target upaya pemerasan: ia mengaku mendapat tekanan dan ancaman penyebaran “tuduhan KDRT yang sepenuhnya tidak berdasar” kecuali “tuntutan finansial” dipenuhi.

Topuria menjelaskan alasan ia semula diam adalah untuk melindungi anak-anaknya. Namun, menurutnya, sikap diam justru memberi ruang bagi “narasi palsu” berkembang. Dalam pernyataannya, petarung berusia 28 tahun itu menegaskan ia tidak akan menambah komentar publik lebih lanjut demi menghormati anak-anaknya dan proses hukum yang berjalan.

Poin paling serius dalam pernyataan Topuria adalah klaim bahwa ia sudah menyerahkan materi pembuktian kepada otoritas hukum. MMA Fighting menuliskan Topuria menyebut bukti yang disimpan dan didokumentasikan mencakup rekaman audio, komunikasi tertulis, pernyataan saksi, dan materi video; semuanya telah diserahkan kepada otoritas peradilan untuk mendorong langkah hukum terkait dugaan pemerasan, pemalsuan bukti, penyalahgunaan dana dan properti pribadi, serta ancaman.

Keputusan Topuria untuk “menepi” ini juga punya efek langsung ke peta persaingan di divisi 155 pon divisi yang dikenal padat bintang. ESPN melaporkan UFC memutuskan menggelar sabuk interim: Justin Gaethje akan menghadapi Paddy Pimblett untuk gelar interim kelas ringan dalam laga utama UFC 324 pada 24 Januari 2026 di T-Mobile Arena, Las Vegas. ESPN menambahkan, Topuria tetap berstatus juara tak terbantahkan, tetapi UFC memilih jalur interim setelah sang juara menyatakan tidak akan bertarung pada kuartal pertama 2026 karena alasan pribadi.

Dalam kutipan yang dimuat ESPN, Topuria menulis ia ingin fokus pada anak-anaknya dan menyelesaikan situasi tersebut secepat mungkin, serta tidak ingin menahan laju divisi. Ia juga menyatakan UFC akan membuat matchmaking yang diperlukan, dan begitu urusan pribadinya selesai, ia akan memberi tahu UFC bahwa dirinya siap kembali.

Bagi publik MMA, kisah ini memiliki dua lapis implikasi. Pertama, sisi personal dan hukum: tuduhan KDRT adalah isu serius, namun pada tahap ini, yang muncul ke ruang publik terutama berupa klaim Topuria bahwa tuduhan tersebut palsu dan terkait pemerasan sementara detail perkara yang terverifikasi secara independen belum tersaji lengkap di laporan yang saya rujuk. Karena itu, framing yang paling aman adalah melihat ini sebagai kasus yang masih bergulir, dengan Topuria melakukan bantahan tegas dan menyatakan akan menempuh jalur hukum.

Kedua, sisi olahraga: UFC bergerak cepat agar divisi tidak “macet”. Dengan adanya sabuk interim, pemenang Gaethje vs Pimblett berpotensi menjadi lawan unifikasi saat Topuria kembali. Bagi Gaethje, laga ini adalah jalur kembali ke puncak; bagi Pimblett, ini loncatan terbesar dalam kariernya. Sementara bagi Topuria, tekanan publik dan ekspektasi olahraga bercampur dengan urusan pribadi yang ia klaim mengancam integritas dan reputasinya.

Topuria juga datang ke titik ini dengan status bintang besar. MMA Fighting mencatat rekornya 17-0 dan menyebut ia meraih gelar featherweight dan lightweight melalui kemenangan-kemenangan besar, termasuk Alexander Volkanovski dan Charles Oliveira, serta KO Max Holloway di antaranya. Justru karena profil setinggi itu, kabar “menunda bela gelar” langsung memantik perhatian global bukan hanya karena implikasi kompetitifnya, tetapi juga karena isu yang melatarinya menyentuh ranah hukum dan keluarga.

Kini, publik menunggu dua hal: bagaimana proses hukum berjalan sesuai klaim Topuria, dan kapan ia benar-benar kembali untuk menyatukan sabuk dengan juara interim. Untuk sementara, UFC memilih memastikan roda divisi tetap berputar sementara sang juara meminta ruang agar “fakta ditentukan oleh bukti,” bukan oleh kebisingan opini.