27.10.2025
Waktu membaca: 4 menit

Kans Asia Tenggara untuk Naik ke VCT Pacific Jadi Pertanyaan Besar

NS Redforce at VCT Pacific

Sirkuit VCT Ascension Pacific 2025 yang tuntas pada sore hari lalu ternyata menandai hari patah hati besar bagi para penggemar esports Valorant di Asia Tenggara yang menantikan munculnya perwakilan baru untuk bisa meramaikan sirkuit VCT Pacific setelah sekian lama.

Bersama dengan SLT yang lebih dulu mengunci tiket promosi ke Pacific sehari sebelumnya, Nongshim RedForce melengkapi formasi perwakilan Korea Selatan yang akan bertanding untuk sirkuit VCT Pacific di tahun 2026. Pun, hal ini menandai momen pertama kalinya sebuah tim berhasil mempertahankan posisinya setelah mengalami relegasi di tahun yang sama.

Sayangnya, kendati ini menjadi kabar baik bagi para penggemarnya dan penonton netral, dominasi kedua tim Korea Selatan tersebut memunculkan tanda tanya besar mengenai kesiapan region Asia Tenggara yang seharusnya bisa berbicara lebih dalam laga sepenting Ascension. Padahal, region ini dikenal karena memunculkan banyak pemain-pemain top yang mencuri perhatian para analis dan sesama profesional lainnya.

Perbedaan mental jadi sorotan

Dalam hal ini, Motiv Esports dan Boom Esports menjadi peserta yang paling sering disorot atas performanya yang tampil beda dari para peserta di luar Asia Tenggara: Motiv menjadi tim yang dominan sepanjang Challengers, sementara Boom yang terdepak dari klasemen Pacific sempat tampil unggul dalam paruh musim pertamanya di franchise. Namun, alih-alih menunjukkan kematangan strategi dan peningkatan, mereka justru tersungkur dalam penentuan penting.

Secara berturut-turut, keduanya menjadi korban dari permainan efektiv NS dan terbukti tidak bisa berbuat banyak. Baik ketika di atas maupun dalam situasi terdesak, sang Pasukan Merah terlihat memiliki kekuatan mental yang luar biasa dan memiliki jawaban untuk setiap serangan yang dilemparkan oleh lawan-lawannya di Ascension.

Di sisi lain, Motiv dan Boom jelas terlihat tidak memiliki kekuatan mental yang sama meski sekilas menunjukkan taktik draft yang solid. Laga The Hungry Beast versus NS menjadi contoh bagaimana semangat dan ketenangan menjadi pembeda yang menentukan saat kesempatan besar dipertaruhkan.

Hasil akhir keduanya menjadi sebuah highlight yang kemudian memunculkan sebuah perdebatan yang membahas apakah region Asia Tenggara benar-benar sudah cukup tangguh selayaknya hype yang bergemuruh sebelum turnamen berlangsung. Tentunya kelemahan mencolok yang telah disebutkan di atas tak seharusnya terlihat dalam laga sepenting itu.

Tak hanya itu, statistik para pemain Asia Tenggara yang menembus sepuluh besar pemain terbaik hingga babak turut menandakan bahwa secara mekanik sebenarnya tidak ada perbedaan yang sangat tinggi, sehingga tidak seharusnya mereka kalah memalukan. Sebuah pembenahan serius tentu harus diambil apabila tim-tim yang telah tersingkir ini ingin mendapatkan kans yang lebih baik saat musim 2026 mendatang.

Waktunya Korea Selatan membentuk zona sendiri?

Di sisi lain, dominasi Korea Selatan dalam Ascension ini turut memantik perdebatan lain yang tak kalah seru dari kondisi para tim peserta yang menjadi lawannya. Sebagian besar merasa bahwa akses bagi region Korea Selatan ke zona Pasifik terlalu mudah dan sudah waktunya mereka mendapatkan kompetisi Ascension-nya sendiri.

Perdebatan ini tentunya bukan tanpa alasan kuat: keputusan Riot Games dalam mengatur skema kompetisi League of Legends di region Asia selama ini dinilai tidak menguntungkan tim-tim dari level kompetisi kecil karena harus bersaing ketat dengan peserta-peserta Korea Selatan yang notabene mengusung pemahaman meta di atas rata-rata. Oleh karenanya, para penonton berharap Riot akan memperhatikan masalah ini dan melakukan perombakan di masa depan.

Selain itu, mereka telah menunjukkan zonasi yang solid dengan skema VCT China, sehingga bisa saja hal seperti ini diterapkan bagi region Korea Selatan apabila dirasa sudah pantas untuk memisahkan level kompetisi di antara mereka dengan peserta Pasifik. Walau demikian, rencana seperti ini tentu akan membutuhkan waktu lebih lanjut untuk bisa disesuaikan dengan roadmap yang telah terbentuk.

Kesempatan lebih besar di tahun 2026

Dengan masuknya NS dan SLT, Korea Selatan menjadi negara peserta sirkuit VCT Pacific yang memiliki perwakilan terbanyak, yakni lima peserta untuk tahun 2026. Keduanya akan bertemu dengan DRX, Gen.G, dan T1 yang merupakan kompetitor domestik menuju kejayaan VCT baru.

Di sisi lain, Asia Tenggara akan tetap diwakilkan oleh RRQ, Talon Esports, Team Secret, dan sang raksasa, Paper Rex. Bila melihat hasil terakhir di tahun ini, mereka tentunya harus mulai waspada dengan jadwal melawan tim-tim Korea Selatan yang sangat padat dan meningkatkan strateginya agar lebih fleksibel.

Peluang Korea Selatan untuk melihat perwakilannya berlaga dalam rangkaian sirkuit franchise tentu cukup besar bila melihat banyaknya peserta tahun ini. Dan sebagai penonton dari sudut Asia Tenggara, tentunya kita menantikan adanya kejutan dari region ini untuk menjegal mereka seperti yang terlihat beberapa waktu lalu.