18.10.2025
Waktu membaca: 4 menit

Flick Out, Barca Tetap Menang!

Flick Out, Barca Tetap Menang!

Di malam penuh emosi di Stadion Olimpic Lluis Companys, Barcelona membuktikan bahwa mereka tak sekadar tim bertabur bintang  tapi juga punya hati yang tak mudah menyerah. Skuad asuhan Hansi Flick menang dramatis 2–1 atas Girona, Sabtu (18/10), dalam laga yang berubah jadi panggung adrenalin di menit-menit terakhir.
Namun di balik tiga poin yang memastikan posisi di puncak klasemen, terselip kisah getir: Flick diusir wasit jelang peluit akhir.

Balasan Gol dari Yamal 

Barcelona tampil seperti biasa  agresif, dominan, dan percaya diri. Sejak menit awal, bola berputar cepat dari kaki ke kaki. Lamine Yamal, yang baru berusia 18 tahun, kembali menunjukkan kematangan di luar usianya. Ia menusuk dari sisi kanan, melepas umpan cutback sempurna ke arah Pedri. Satu sentuhan, satu tembakan, dan bola bersarang di pojok bawah gawang. 1–0 untuk Barca.

Sorak suporter membahana, tapi Girona bukan lawan yang mudah ditundukkan. Tim tamu datang tanpa rasa takut. Hanya enam menit berselang, Axel Witsel membungkam stadion lewat tendangan salto memukau hasil kemelut di kotak penalti. 1–1. Hansi Flick hanya bisa menghela napas di pinggir lapangan  ekspresinya datar, tapi matanya tajam, memantau setiap inci gerak pemainnya.

Awal Amarah yang Meledak

Setelah turun minum, Barcelona semakin menggempur. Mereka sadar, hanya kemenangan yang bisa menjaga momentum menuju El Clasico pekan depan.
Pau Cubarsi sempat membawa harapan lewat gol di menit ke-61, tapi VAR berkata lain. Pelanggaran Marc Casado lebih dulu terjadi. Gol dianulir.

Dari situ, tensi berubah drastis. Flick tak bisa menahan frustrasi. Berkali-kali ia terlihat mengangkat tangan, berteriak ke arah ofisial keempat. “Itu bukan pelanggaran!” begitu kira-kira ekspresinya. Wasit sudah memberi peringatan, tapi di masa injury time, emosi Flick benar-benar memuncak. Empat menit tambahan waktu dianggapnya terlalu sedikit. Ia kembali meluapkan protes, dan kali ini kartu merah diangkat tinggi.

Flick berjalan menuju lorong stadion dengan langkah berat. Di belakangnya, asisten Toni Tapalovic hanya bisa menggeleng pelan.

Araujo Jadi Sang Dewa Penyelamat

Ironisnya, justru setelah sang pelatih diusir, Barcelona menemukan momen paling heroik malam itu.
Menit ke-90+3, Fermin Lopez melepaskan sepak pojok tajam ke kotak penalti. Ronald Araujo muncul dari belakang, melompat lebih tinggi dari semua pemain, dan menanduk bola ke gawang Gazzaniga.
Gol.
Stadion meledak. Suara suporter bergemuruh seperti badai. Para pemain berlari menuju tribun, sebagian menatap ke arah lorong stadion  seolah tahu bahwa Flick, di balik tembok itu, pasti sedang tersenyum lega.

Flick: “Saya Bereaksi Karena Saya Peduli”

Usai laga, Flick tampil tenang di ruang konferensi pers. Suaranya pelan, tapi matanya masih menyiratkan sisa emosi.

“Saya tidak bermaksud menyinggung wasit. Tapi saya bereaksi karena saya peduli,” katanya singkat.
Ia lalu mengalihkan fokus: “Malam ini bukan soal saya, tapi soal bagaimana tim ini bertarung sampai akhir.”

Ucapan itu disambut tepuk tangan kecil dari beberapa wartawan. Di ruang ganti, para pemain juga sepakat  kemenangan ini bukan sekadar tiga poin, melainkan bukti bahwa Barcelona bisa bertarung tanpa kehilangan jati diri.

Absensi Flick dan Harapan ke Bernabeu

Kartu merah itu membuat Flick hampir pasti absen saat El Clasico di Santiago Bernabeu. Tapalovic akan mengambil alih komando, tapi jelas kehadiran Flick di pinggir lapangan akan dirindukan.
Meski begitu, kemenangan ini memberi energi besar. Dengan 22 poin, Barcelona kini unggul dua angka atas Real Madrid.

“Flick menanamkan satu hal: kami tidak boleh menyerah, apa pun yang terjadi,” ujar Araujo usai laga. “Gol itu untuknya.”

Identitas Baru Barcelona

Di bawah Flick, Barcelona memang belum sempurna. Tapi ada sesuatu yang berubah. Mereka bermain dengan tempo tinggi, pressing ketat, tapi tetap menjaga keindahan permainan khas Catalan.
Beberapa pengamat menyebut bahwa gaya Flick  keras kepala, emosional, tapi penuh gairah  justru menjadi bahan bakar tim muda yang haus pembuktian.

Malam di Lluis Companys itu menjadi cermin dari proyek besar yang sedang dibangun: Barcelona yang lebih manusiawi. Tim yang bisa marah, kecewa, tapi tetap berjuang bersama.

Penutup: Sebuah Malam Penuh Arti

Ketika ditanya apakah ia akan mengubah pendekatan menjelang El Clasico tanpa dirinya, Flick hanya tersenyum.


“Tidak,” katanya singkat. “Tim ini tahu apa yang harus dilakukan.”

Dan di situlah letak cerita besarnya  bukan soal kartu merah, bukan soal kontroversi VAR, tapi tentang bagaimana Barcelona menemukan nyala api mereka kembali.
Sebuah malam yang dimulai dengan frustrasi, dan diakhiri dengan pelukan kemenangan.