15.09.2025
Waktu membaca: 4 menit

Sejarah yang Tercetak dalam The International 2025

Team Falcons at The International 2025

Ajang Dota 2 bergengsi The International 2025 akhirnya berakhir dengan kemenangan dramatis 3-2 Team Falcons Xtreme Gaming dalam babak final BO5 yang tertuntaskan pagi ini (15/9).

Babak final yang terjadi di antara keduanya mungkin bukan kejutan besar, mengingat banyak penonton menjagokan salah satu dari keduanya untuk mengangkat piala dalam laga tersebut. Walau demikian, perjuangan yang dicatatkan sang Elang dari Timur Tengah untuk mengangkat Aegis bisa dibilang cukup menggemparkan, dan kemungkinan besar tidak akan berhenti dibahas hingga minggu-minggu selanjutnya.

Di luar itu, banyak pula hal-hal menarik yang terekam oleh mata penonton dan kamera yang menyorot aksi para tim sepanjang babak playoff yang tersaji di Barclays Arena, Hamburg, Jerman. Tawa dan air mata bercampur jadi satu, dan hype komunitas membuat kompetisi kali ini menjadi lebih seru dan hidup dibanding sebelumnya.

Melihat beberapa hari ke belakang, apa saja hal-hal luar biasa di edisi 2025 yang kini tercatat dalam buku sejarah TI Yuk, kita lihat pencapaian besar yang terekam di sini!

Kemenangan pertama untuk region Timur Tengah

Team Falcons at The International 2025

Kemenangan Team Falcons tentunya telah menjadi topik yang tak henti dibahas karena momen tersebut menjadi yang pertama kalinya sebuah tim dari region Timur Tengah memenangkan titel di sirkuit TI.

Berasal dari Arab Saudi, tim yang mayoritas berisikan pemenang dari TI 2022 tersebut sempat diragukan karena performanya yang tak kunjung membaik sejak Desember 2024. Namun, pergantian taktik yang mereka terapkan saat menjalani Esports World Cup 2025 lalu menunjukkan bahwa mereka telah menemukan formula yang cocok untuk menghadapi taktik yang diterapkan di meta saat ini.

Fleksibilitas dan mentalitas kuat sang Elang juga dibuktikan dengan kemenangan mereka Xtreme Gaming yang menyulitkan mereka pada fase grup lalu. Mereka berhasil keluar dari tekanan late game yang diberikan oleh sang raksasa Cina tersebut dan mengembalikan kedudukan untuk mengunci kemenangan di babak akhir setelah satu jam lamanya. Semangat yang luar biasa!

Pelatih yang menjuarai TI tiga kali

Di tengah perayaan kemenangan Team Falcons, nama Daniel “Aui_2000” Ling juga tak kalah mencuri perhatian berkat pencapaiannya sebagai satu-satunya pelatih yang memenangkan event bergengsi ini sebanyak tiga kali dengan tiga tim yang berbeda.

Pencapaian pertama Aui di TI adalah pada tahun 2015, di mana saat itu Ia bermain untuk Evil Geniuses dan mengangkat Aegis di Seattle, Amerika Serikat. Dua tahun berikutnya, Ia mengalami periode yang sulit dan memutuskan untuk banting setir menjadi pelatih di berbagai region.

Sempat mengalami kebuntuan yang cukup memilukan, Aui akhirnya menemukan momennya dengan bergabung sebagai juru taktik Tundra Esports di Inggris pada bulan November 2021. Kegigihannya dalam menciptakan gaya permainan yang seimbang bagi skuadnya berbuah hasil manis dengan kemenangan mengejutkan Tundra di TI 2022 yang digelar di Singapura.

Setelah pasang surut yang tajam, Aui beserta lineup yang diasuhnya menerima pinangan dari Team Falcons jelang akhir tahun 2023. Lagi-lagi, performa tim tersebut mengalami naik turun dalam kompetisi-kompetisi besar selama tahun 2024 hingga 2025. Namun, Aui yang pantang menyerah selalu menemukan cara untuk mengembalikan performa terbaik mereka.

Event TI ketiga paling ramai

Meski animo Dota 2 masih terbilang cukup tinggi, tidak bisa dibantah bahwa dalam beberapa tahun terakhir gim tersebut mengalami penurunan minat yang cukup signifikan akibat persaingan dari kompetitornya yang merajai region Asia dan Amerika Utara.

The International 2025 viewership records

Oleh karenanya, lonjakan penonton yang dicatatkan dalam event tahun ini tentunya menjadi kabar bagus bahwa minat komunitas justru meningkat dan tidak seburuk yang diberitakan di media sosial. Per data Esports Charts, TI musim ini mencatatkan peak viewership lebih dari 1,7 juta penonton, dengan pertandingan babak final tadi pagi sebagai laga terbesar.

Angka tersebut menjadi peningkatan drastis dibandingkan TI 2022 hingga 2024 yang justru menurun secara bertahap. Hanya TI 2021 dan TI 2019 yang memiliki angka lebih besar, masing-masing mencatatkan 2,7 juta peak viewership dan 1,9 juta peak viewership. Tentunya ini akan menjadi motivasi bagi penyelenggara untuk meningkatkan hype TI tahun depan.

Tiga kali patah hati di final

Di sisi lain, hasil pagi ini turut menyisakan rasa getir bagi Xtreme Gaming, terutama sang veteran Wang “Ame” Chunyun, yang nyaris merengkuh Aegis selangkah lagi.

Sejarah mencatat, sang petarung asal Cina itu menjadi salah satu pemain yang paling sering menembus grand finale TI sekaligus kalah di babak akhir dengan skor dramatis. Ia mengalami kekalahan di TI 2018 (vs. OG), TI 2021 (vs. Team Spirit), dan tahun ini (vs. Team Falcons).

Hasil tersebut membuatnya mendapat julukan sebagai The Uncrowned King atau Raja Tanpa Mahkota karena berkali-kali menembus kompetisi tertinggi hingga final namun gagal menyabet trofi. Selain Ame, ada pula pemain legendaris Cina lainnya, yakni Zhang “Faith_bian” Ruida, yang tersingkir secara mengenaskan. Walau demikian, Bian bernasib lebih baik karena setidaknya pernah mengangkat Aegis lebih duluan ketimbang rivalnya tersebut.

Momen apa lagi nih yang menyita perhatianmu sepanjang TI 2025 kemarin?