08.09.2025
Waktu membaca: 6 menit

Susi Susanti: Legenda Bulutangkis dan Warisannya

Susi Susanti Legenda Bulutangkis dan Warisannya

Nama Susi Susanti tidak bisa dilepaskan dari sejarah bulutangkis Indonesia. Ia adalah simbol kebanggaan nasional sekaligus sosok yang mengubah persepsi dunia terhadap olahraga ini. Puncak kariernya terjadi di Olimpiade Barcelona 1992, ketika ia meraih medali emas dan mengukir sejarah sebagai peraih emas Olimpiade pertama bagi Indonesia. Media internasional seperti Olympics.com menyebut momen itu sebagai “pembuka jalan bagi Indonesia menjadi kekuatan besar bulutangkis di Olimpiade.” Dua jam setelah Susi berdiri di podium, Alan Budikusuma—kekasih yang kemudian menjadi suaminya—menyumbang emas kedua, menegaskan supremasi Merah Putih di cabang ini.

Kiprah Karier: Dari Tasikmalaya ke Dunia

Susy Susanti pemain bulu tangkis Indonesia melawan Ye Zhaoying China di final Piala Uber Hong Kong

Susi lahir pada 11 Februari 1971 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Bakat bulutangkisnya terlihat sejak kecil ketika berlatih di klub lokal, sebelum kemudian bergabung dengan klub Jaya Raya Jakarta. Sejak usia belasan, ia sudah mulai menorehkan prestasi internasional di level junior.

Puncak kiprah internasionalnya terjadi pada era 1990-an. Selain emas Olimpiade 1992, ia meraih perunggu Olimpiade Atlanta 1996. Dalam kurun waktu itu, Susi meraih sederet gelar bergengsi:

  • Juara Dunia IBF 1993 di Birmingham, mengalahkan Bang Soo-hyun dari Korea Selatan di final.
  • Lima kali juara Grand Prix Finals (1990–1994, 1996).
  • Enam kali juara Indonesia Open.
  • Tiga kali juara Japan Open.
  • Empat kali juara All England Open (1990, 1991, 1993, 1994), rekor terbanyak di era Open untuk tunggal putri.

Prestasi ini membuatnya dijuluki “Ratu Bulutangkis Dunia”. Kompas menulis bahwa dominasi Susi di awal 1990-an membuat banyak lawan frustrasi karena sulit menembus pertahanannya.

Oke, kalau begitu aku bikin versi lebih ringkas dan padat ya, Dian. Jadi detail dari atasanmu tetap masuk, tapi nggak kepanjangan dan tetap enak dibaca:

Oke, Dian 👍 aku gabungkan paragraf awalmu dengan tambahan lengkap dari atasanmu, termasuk bagian Detail Gaya Bermain tanpa mengubah gaya naratif. Jadi hasilnya menyatu, tetap runtut, dan detailnya tidak terpisah-pisah.

Gaya Main: Sabar, Presisi, dan Elegan

Gaya bermain Susi Susanti adalah perpaduan antara footwork cepat dan anggun, teknik pukulan elegan, pergelangan tangan yang kuat, serta mental yang tangguh. Gerakannya di lapangan sering digambarkan seperti menari, membuatnya dijuluki “Ballerina Indonesia”.

Banyak pengamat menggambarkan gaya bermain Susi sebagai defensif elegan. Ia tidak terburu-buru menyerang, melainkan membangun reli panjang untuk menguras stamina lawan. Senjatanya adalah clear tinggi ke garis belakang, drop shot tajam di depan net, hingga netting silang halus yang lahir dari kekuatan pergelangan tangannya. “Strategi Susi adalah membuat lawan bekerja keras, hingga akhirnya menyerah secara fisik maupun mental,” tulis The Jakarta Post pada 1993 setelah Susi merebut gelar All England.

Detail Gaya Bermain

Footwork Sempurna:
Susi memiliki gerakan kaki yang sangat cepat dan anggun, sehingga mampu menjangkau seluruh sudut lapangan dengan sempurna. Latihannya yang keras sejak kecil membuat gerakannya terlihat seperti menari di atas karpet hijau.

Teknik Pukulan Elegan:
Berbeda dari pemain wanita lain pada masanya yang cenderung agresif, Susi mengandalkan sapuan ke garis belakang dan drop shot ketat untuk mengendalikan tempo serta membatasi pertukaran bola cepat.

Pergelangan Tangan Kuat:
Ia melatih pergelangan tangannya agar kuat tanpa kehilangan kelenturan, memungkinkannya melakukan pukulan tipis seperti netting silang maupun pukulan overhead dari posisi sulit.

Mental Kuat:
Susi dikenal bermental baja. Ia tidak mudah menyerah, selalu percaya pada kemampuannya sendiri, dan tidak pernah menganggap pertandingan usai sebelum poin terakhir tercipta.

Lincah dan Tahan Banting:
Kelincahan langkah serta stamina yang prima menjadi kunci kekuatannya, memungkinkan Susi untuk bertahan dan menyerang dengan seimbang.

Keunikan Pukulan:
Ia sering melakukan peregangan kaki ekstrem untuk menjangkau pukulan rendah di sudut lapangan. Pose khas ini kerap diakhiri dengan split kaki penuh—gerakan ikonik yang digambarkan “balletic” oleh komentator asing.

Selain sabar dan presisi, pada fase akhir kariernya Susi juga menambahkan variasi smash tajam untuk mengejutkan lawan yang terbiasa menghadapi reli panjangnya. Kombinasi ini membuatnya mampu menundukkan pemain agresif seperti Bang Soo-hyun dalam laga penting, termasuk final Olimpiade 1992 dan final Kejuaraan Dunia 1993.

Prestasi Kunci

Susy Susanti pebulutangkis tunggal putri Indonesia dengan trofi juara dan medali emas Olimpiade

  • Olimpiade: Emas Barcelona 1992, Perunggu Atlanta 1996.
  • Kejuaraan Dunia: Emas Birmingham 1993.
  • All England Open: Juara 1990, 1991, 1993, 1994.
  • Grand Prix Finals: Juara lima kali (1990–1994, 1996).
  • Indonesia Open: Enam gelar.
  • Japan Open: Tiga gelar.
  • Penghargaan: Herbert Scheele Trophy (2002) dan masuk BWF Hall of Fame pada 2004.

Ikon Nasional dan Pengakuan Internasional

Keberhasilan Susi tidak hanya diukur dengan trofi, tetapi juga pengaruhnya terhadap olahraga Indonesia. Ia menjadi ikon nasional setelah Olimpiade 1992, di mana lagu kebangsaan “Indonesia Raya” berkumandang untuk pertama kali di Olimpiade modern. Presiden Soeharto bahkan menyebut momen itu sebagai “hadiah paling berharga untuk bangsa”.

Di tingkat internasional, ia mendapat respek besar. The Straits Times Singapura menulis pada 1994 bahwa “Susanti tidak sekadar juara, tetapi simbol ketahanan mental Asia di panggung dunia.”

BWF (dulu IBF) melantiknya ke Hall of Fame pada 2004, menegaskan statusnya sebagai salah satu pemain terhebat sepanjang masa.

Kehidupan Setelah Pensiun

Kehidupan Susy Susanti dan Alan Budikusuma legenda bulutangkis Indonesia usai pensiun

Susi gantung raket pada 1997. Ia kemudian menikah dengan Alan Budikusuma, pasangan emas Olimpiade 1992. Bersama Alan, ia mendirikan merek perlengkapan olahraga ASTEC (Alan-Susi Technology) pada 2002. ASTEC berkembang menjadi salah satu brand lokal yang bersaing di pasar internasional.

Pada 2018, ASTEC menjalin kemitraan strategis dengan PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAP Active), raksasa ritel olahraga di Indonesia. Kemitraan ini memungkinkan distribusi produk ASTEC lebih luas ke pasar domestik dan internasional. Menurut laporan Bisnis.com, kerjasama tersebut melibatkan pembentukan PT Astec Asia Adiperkasa, yang memperkuat posisi ASTEC di jaringan MAP Active yang memiliki lebih dari 900 toko ritel olahraga.

Selain bisnis, Susi juga terjun ke manajemen olahraga. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI periode 2016–2020. Namun, ia mundur dari jabatan itu untuk fokus pada keluarga dan usaha.

Kekayaan dan Sumber Pendapatan

Tidak ada angka resmi yang dipublikasikan mengenai total kekayaan Susi Susanti. Namun, berbagai laporan media menegaskan bahwa pilar utamanya adalah bisnis ASTEC. Produk ASTEC kini dijual di Indonesia dan beberapa negara Asia, bahkan pernah menjadi sponsor tim nasional Filipina.

Selain ASTEC, Susi bersama Alan juga mengelola usaha lain, termasuk layanan pemulihan olahraga Fontana Sport Massage di Jakarta. Ia juga kerap diundang sebagai pembicara motivasi dan brand ambassador untuk produk olahraga.

Majalah Forbes Indonesia pernah menyinggung ASTEC sebagai contoh sukses brand lokal yang lahir dari atlet legendaris. Walau tidak ada estimasi resmi, aset usaha mereka diperkirakan bernilai miliaran rupiah dengan potensi ekspansi regional.

Warisan Budaya dan Popularitas

Susi tidak hanya meninggalkan catatan angka, tetapi juga inspirasi budaya. Pada 2019, kisah hidupnya diangkat ke layar lebar lewat film “Susi Susanti: Love All” yang dibintangi Laura Basuki. Film ini mengisahkan perjuangan Susi dari kecil hingga puncak Olimpiade, sekaligus menampilkan tantangan sosial-politik di Indonesia pada masa itu.

Film tersebut mendapat sambutan hangat, bahkan ditayangkan di beberapa festival internasional. Hal ini menunjukkan bahwa sosok Susi bukan hanya legenda olahraga, tetapi juga ikon budaya populer Indonesia.

Mengapa Warisan Susi Penting?

Kemenangan Susi di Barcelona 1992 mengubah arah bulutangkis Indonesia. Sebelumnya, Indonesia memang kuat di Piala Thomas dan turnamen dunia, tetapi Olimpiade adalah panggung yang berbeda. Sejak keberhasilan itu, bulutangkis menjadi penyumbang medali emas terbanyak untuk Indonesia di Olimpiade.

“Emas Susanti menjadi fondasi psikologis bagi atlet Indonesia lainnya,” tulis Tempo dalam ulasan 30 tahun Olimpiade 1992. Momen itu membuktikan bahwa Indonesia bisa bersaing dan menang di panggung tertinggi dunia.

Susi Susanti mantan atlet bulu tangkis Indonesia tersenyum di arena latihan PB Jaya Raya

Susi Susanti adalah kombinasi langka: teknik rapih, mental baja, dan visi jangka panjang. Dari reli panjang di lapangan hingga bisnis perlengkapan olahraga, ia konsisten menunjukkan profesionalisme dan dedikasi. Warisan utamanya bukan hanya medali emas Olimpiade atau deretan gelar dunia, melainkan juga keyakinan kolektif bahwa Indonesia adalah kekuatan bulutangkis global.

Dari Tasikmalaya ke Barcelona, dari lapangan ke ruang rapat bisnis, Susi Susanti tetap menjadi simbol bahwa kerja keras, disiplin, dan cinta pada olahraga bisa mengubah sejarah bangsa.