10.10.2025
Waktu membaca: 3 menit

Wayne Rooney Bela Generasi Emas Inggris dari Kritik Steven Gerrard

Wayne Rooney Bela Generasi Emas Inggris dari Kritik Steven Gerrard

Mantan kapten tim nasional Inggris, Wayne Rooney, buka suara menanggapi kritik tajam dari Steven Gerrard yang menyebut skuad Inggris era 2000-an sebagai “pecundang egois”. Rooney menilai komentar rekannya itu terlalu berlebihan dan tidak sepenuhnya menggambarkan kenyataan di balik perjuangan “generasi emas” Inggris. (Reuters, 08/10)

Dalam wawancara di podcast The Wayne Rooney Show yang disiarkan BBC, Rooney menegaskan bahwa skuad Inggris pada masanya tidak kalah dalam hal profesionalisme atau semangat juang. “Kami memang tidak memenangkan trofi, tetapi kami bekerja keras dan berusaha melewati batas kemampuan kami. Kami hanya tidak berhasil sampai ke garis akhir,” ujarnya.

Rooney menolak pandangan bahwa generasi pemain Inggris saat ini memiliki sikap yang lebih baik dibanding tim era 2000-an. Menurutnya, hal itu tidak adil dan terkesan merendahkan dedikasi para pemain masa lalu.

“Mengatakan mereka punya sikap lebih baik adalah bentuk ketidakhormatan. Kami semua berlatih dengan serius dan selalu berusaha menampilkan performa terbaik untuk negara,” tegasnya.

Komentar Rooney muncul setelah Gerrard mengungkapkan rasa kecewanya terhadap budaya tim di masa lalu. Dalam podcast Rio Ferdinand Presents, Gerrard menyebut bahwa para pemain Inggris ketika itu gagal membentuk kebersamaan sejati karena masih terbawa rivalitas antar klub besar seperti Manchester United, Liverpool, dan Chelsea.

“Kami bukan tim. Kami hanya kumpulan individu dengan ego besar,” kata Gerrard. (ESPN, 08/10)

Rooney tak membantah bahwa ketegangan antara pemain klub besar memang ada. Ia mengakui hubungan antara pemain Manchester United dan Liverpool saat itu tidak sepenuhnya cair, tetapi menegaskan hal tersebut tidak pernah memengaruhi komitmen mereka di lapangan.

“Saya berhubungan baik dengan semua pemain. Rivalitas itu nyata, tapi kami tetap profesional saat membela Inggris,” jelasnya. (BBC Sport, 09/10)

Menurut Rooney, situasi di era sekarang jauh lebih mendukung terbentuknya solidaritas. Pemain-pemain muda seperti Phil Foden, Marcus Rashford, dan Bukayo Saka memiliki hubungan personal yang lebih erat berkat aktivitas bersama di luar musim serta komunikasi yang terbuka di media sosial. Selain itu, interaksi antara pemain dan media juga jauh lebih sehat dibanding masa lalu.

Sementara itu, Gerrard mengakui bahwa selama membela Inggris, ia sering merasa terisolasi dan tidak menjadi bagian dari kelompok yang solid. Ia menggambarkan suasana di kamp latihan tim nasional kala itu sebagai lingkungan yang kaku dan terfragmentasi oleh gengsi klub.

“Kami datang, berlatih, bermain, lalu pulang. Tidak ada rasa persaudaraan seperti yang terlihat di tim saat ini,” ungkapnya. (Reuters, 08/10)

Rooney memahami perasaan tersebut, namun ia menegaskan bahwa mentalitas timnya tetap kuat. “Kami selalu percaya bisa menang. Setiap turnamen kami masuk dengan keyakinan penuh. Tapi sepak bola tidak selalu berjalan sesuai harapan,” ucapnya. Ia menambahkan, kegagalan mereka lebih disebabkan faktor momentum dan tekanan besar dari publik Inggris yang mendambakan gelar.)

Baik Rooney maupun Gerrard sama-sama tampil di enam turnamen besar bersama Inggris. Namun pencapaian tertinggi mereka hanya sampai perempat final, sebuah catatan yang membuat publik kerap menilai generasi tersebut gagal menunaikan ekspektasi. Sebaliknya, generasi masa kini di Gareth Southgate telah membawa Inggris ke dua final Euro dan satu semifinal Piala Dunia. (ESPN, 08/10)

Meski begitu, Rooney menegaskan bahwa setiap pemain di eranya telah memberikan segalanya untuk tim nasional.

“Kami sadar publik kecewa, dan kami pun kecewa. Tapi tidak ada dari kami yang setengah hati. Kami berjuang untuk lambang di dada kami,” tutupnya dengan nada reflektif.