25.11.2025
Waktu membaca: 6 menit

Torino Dipermalukan Tim Promosi : Como Bantai 5–1 di Turin!

Torino Dipermalukan Tim Promosi : Como Bantai 5–1 di Turin!

Kejutan besar meledak di Stadio Olimpico Grande Torino. Torino yang bermain di kandang sendiri justru dipermalukan tim promosi Como 1907 dengan skor telak 1–5 pada giornata ke-12 Serie A 2025/26, Senin (24/11) waktu setempat. Satu-satunya gol tuan rumah lahir dari penalti Nikola Vlasić, sementara Como pesta gol lewat brace Jayden Addai serta masing-masing satu gol dari Jacobo Ramón, Nico Paz, dan Martin Baturina.

Laga ini bukan cuma soal skor mencolok. Kemenangan telak di Turin tersebut disebut sejumlah media Italia dan Inggris sebagai “statement win” dari proyek muda Cesc Fàbregas di Como. Tambahan tiga poin membuat klub Lombardy itu naik ke posisi keenam klasemen Serie A dan bahkan menyalip Juventus di papan tengah–.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Azam Sports (@azamtvsports)

Addai Kejutkan Torino, Vlasić Bikin Harapan Palsu

Torino memulai laga dengan formasi 3–5–2, mengandalkan Duván Zapata dan Cyril Ngonge di lini depan, dengan Nikola Vlasić sebagai gelandang serang yang masuk ke kotak penalti dari lini kedua. Como tampil dengan pola 4–2–3–1, di mana Álvaro Morata jadi ujung tombak, didukung tiga pemain ofensif lincah: Jesús Rodríguez, Jayden Addai, dan Nico Paz.

Sejak awal, Como tidak datang untuk parkir bus. Mereka berani memainkan garis pertahanan cukup tinggi dan memanfaatkan kecepatan Addai dan Rodríguez di sisi sayap. Tekanan itu langsung membuahkan hasil di menit ke-36. Dari skema serangan di sisi kiri, Jesús Rodríguez mengirim umpan ke kotak penalti dan Jayden Addai menyambar bola dengan penyelesaian klinis, mengubah skor menjadi 0–1 untuk tim tamu.

Torino sempat mendapat angin segar menjelang turun minum. Di masa injury time babak pertama, wasit menunjuk titik putih setelah pelanggaran di area terlarang Como. Nikola Vlasić maju sebagai eksekutor di menit 45+2’ dan dengan tenang menaklukkan kiper Jean Butez, membuat skor imbang 1–1 saat jeda. Di titik ini, publik Turin mungkin masih percaya timnya akan membalikkan keadaan di babak kedua.

Babak Kedua: Banjir Gol Como, Torino Hancur di Kandang Sendiri

Harapan itu langsung runtuh begitu babak kedua dimulai. Como sama sekali tidak mengendurkan intensitas. Menit ke-52, skenario yang mirip dengan gol pertama kembali terulang: Jesús Rodríguez lagi-lagi jadi kreator, mengirim bola ke ruang kosong, dan Addai menusuk dari half-space untuk menuntaskan peluang. Brace sang winger muda mengembalikan keunggulan Como menjadi 1–2, sekaligus membungkam lagi stadion.

Setelah tertinggal, Torino berusaha keluar menyerang lebih agresif. Namun, justru di fase inilah jarak antarlini mereka mulai renggang. Como yang terbiasa dengan pola penguasaan bola dan kombinasi pendek ala Fàbregas memanfaatkan ruang tersebut dengan sangat efektif. Laporan pertandingan mencatat bahwa Como menguasai 65% penguasaan bola, unggul mencolok Torino yang hanya 35%.

Gol ketiga Como lahir di menit ke-71. Kali ini giliran Jacobo Ramón yang mengoyak jala Torino. Berawal dari kerja Máximo Perrone di lini tengah, ia mengirim umpan ke Ramón yang merangsek dari belakang. Dengan tenang, bek muda itu memaksimalkan ruang di depan gawang dan menaklukkan Paleari untuk menjadikan skor 1–3.

Torino yang sudah goyah kian kesulitan ketika Nico Paz turut mencatatkan nama di papan skor. Pada menit ke-76, lagi-lagi berawal dari kombinasi di lini tengah, Perrone melepaskan umpan terobosan dan Paz menuntaskannya dengan finishing rapi. Skor berubah jadi 1–4, dan mental para pemain Torino nampak runtuh.

Pesta Como ditutup oleh Martin Baturina di menit ke-86. Masuk dari bangku cadangan, gelandang Kroasia itu memanfaatkan Torino yang sudah “buka badan” di lini belakang. Dari sisi kiri, ia menusuk ke tengah dan melepaskan tembakan yang membuat Paleari kembali memungut bola dari gawangnya. Skor akhir 1–5 untuk Como, dan suporter tuan rumah pun banyak yang meninggalkan stadion sebelum peluit panjang.

Statistik: Como Lebih Tajam, Torino Kurang Gigit

Secara angka, dominasi Como terlihat jelas. Data pertandingan menunjukkan:

  • Penguasaan bola: Torino 35% – 65% Como
  • Total tembakan: Torino 10 – 15 Como
  • Tembakan tepat sasaran: Torino 2 – 7 Como
  • Corner: Torino 3 – 4 Como

Perbedaan paling mencolok bukan cuma di jumlah tembakan, tetapi kualitas peluang. Como berkali-kali menembus half-space dan area antara bek tengah dan wing-back Torino, sementara tuan rumah lebih banyak mengandalkan crossing atau tembakan jarak jauh yang mudah dibaca Butez.

Dari sisi individu, Jayden Addai jelas jadi bintang utama dengan dua gol krusial yang membuka dan mengarahkan jalannya pertandingan. Sementara itu, Nico Paz kembali menunjukkan mengapa ia disebut salah satu talenta playmaker paling menjanjikan di Serie A: satu gol, satu performa penuh kreativitas, dan terus jadi pusat permainan di belakang Morata.

Masterclass Cesc Fàbregas: Pressing, Struktur, dan Keberanian Pakai Pemain Muda

Kemenangan ini semakin menguatkan reputasi Cesc Fàbregas sebagai pelatih muda dengan ide sepak bola modern. Analisis taktik dari Coaches’ Voice menyebut bahwa Como di Fàbregas mengusung gaya permainan berbasis build-up terstruktur, dominasi lini tengah, dan penggunaan formasi 4–3–3/4–2–3–1 dengan banyak kombinasi pendek.

Melawan Torino, semua elemen itu terlihat jelas:

  • Como berani membangun serangan dari belakang, bahkan di tekanan.
  • Lini tengah dikontrol oleh Perrone dan Paz yang saling melengkapi (satu sebagai penggerak tempo, satu sebagai kreator di antara lini).
  • Tiga pemain depan (Rodríguez, Addai, Morata) terus bergerak mencari ruang di belakang gelandang Torino.

Fàbregas sendiri beberapa bulan lalu menegaskan komitmennya terhadap proyek jangka panjang di Como, setelah membawa klub itu promosi dan finish di posisi 10 di musim pertama kembali ke Serie A—hasil terbaik mereka di kasta tertinggi dalam lebih dari 30 tahun.

Kini, hasil 5–1 di Turin jadi bukti nyata bahwa proyek tersebut bukan sekadar romantisme nama besar Fàbregas, tetapi juga produk kerja taktik dan keberanian mempercayai pemain muda yang dieksekusi dengan sempurna di lapangan.

Malam Lupa untuk Torino: Pertahanan Keropos, Mental Runtuh

Dari sisi Torino, ini jelas malam yang ingin mereka lupakan secepat mungkin. Lini belakang yang diisi Masina, Maripán, dan Pedersen kesulitan mengatasi pergerakan diagonal Addai dan Rodríguez, sementara wing-back seperti Valentino Lazaro sering terjebak posisi—naik terlalu tinggi saat menyerang, tapi terlambat turun saat diserang balik.

Gol-gol Como di babak kedua lahir dari pola yang mirip: Torino mencoba menekan, lini tengah sedikit naik, dan Como memanfaatkan ruang di belakang dengan kombinasi satu–dua dan umpan vertikal cepat. Begitu skor menjadi 1–3, mental skuat Marco Baroni terlihat drop dan organisasi bertahan makin berantakan.

Secara ofensif, Torino pun tidak cukup mengancam. Meski memiliki penyerang sekelas Duván Zapata dan kreator seperti Vlasić, hanya dua tembakan tepat sasaran yang tercatat sepanjang 90 menit—salah satunya dari penalti. Sisanya, lebih banyak percobaan yang sia-sia dan umpan silang tanpa tujuan jelas.

Dampak ke Klasemen: Como ke Enam Besar, Torino Wajib Evaluasi

Berkat kemenangan ini, Como melonjak ke posisi keenam klasemen Serie A, mengoleksi poin yang cukup untuk menyalip Juventus dan masuk serius ke persaingan zona Eropa. Media Inggris menyebut kemenangan di Turin ini sebagai sinyal bahwa Como bukan lagi sekadar tim promosi yang ingin bertahan, tapi kandidat nyata untuk tiket kompetisi Eropa.

Bagi Torino, kekalahan telak di kandang ini menjadi alarm keras. Selain kehilangan poin, mereka juga kehilangan momentum dan kepercayaan diri publik sendiri. Dengan jadwal berat menanti di pekan-pekan berikutnya, Marco Baroni harus segera membenahi struktur bertahan dan cara timnya merespons ketika tertinggal karena melawan Como, begitu mereka kebobolan lagi, semuanya runtuh seperti kartu domino.