29.09.2025
Waktu membaca: 4 menit

Tangis Marc Márquez Usai Segel Juara Dunia MotoGP 2025

Tangis Marc Márquez Usai Segel Juara Dunia MotoGP 2025

Motegi, Jepang — Di tengah sorak sorai penggemar dan kerlip lampu sirkuit, sebuah momen emosional tak terduga terjadi: Marc Márquez meneteskan air mata setelah menyegel gelar juara dunia MotoGP 2025. Momen haru itu menjadi puncak dari perjalanan panjang penuh liku, cedera, keraguan, dan bangkit kembali.

Gelar Dunia Disegel di Motegi

Kemenangan emosional tersebut terjadi setelah Márquez finis sebagai runner-up pada balapan MotoGP Jepang, Minggu (28 September 2025). Hasil tersebut sudah cukup untuk mengunci gelar juara dunia musim ini. Dengan perolehan 541 poin, ia unggul 201 poin rival terdekatnya, adik kandung Alex Márquez, yang hanya mampu finis di posisi keenam. Dengan hanya tersisa lima seri, selisih poin itu tidak dapat dikejar lagi oleh Alex Márquez.

Menurut laporan Reuters, Márquez “menangis sejak lap terakhir” ketika realitas bahwa dia kembali ke puncak dunia sampai kepadanya. Dia jauh dari dirinya yang dulu, dalam kondisi yang telah diuji waktu dan cedera.

Setelah melintasi garis finis, Márquez berhenti di depan layar besar yang memutar montase perjalanan kariernya, dengan air mata menggenang di matanya. “Dia memiliki kepala di tangannya” ketika kesadaran akan pencapaian besar itu menerpa dirinya.

Lika-liku Karier dan Kembalinya Sang Juara

Kesuksesan ini menjadi gelar ketujuh Márquez di kelas premier (MotoGP), menyamai rekor Valentino Rossi dalam jumlah gelar utama.

Hanya beberapa bulan sebelumnya, banyak yang meragukan apakah Márquez bisa kembali ke puncak. Sejak kecelakaan parah pada tahun 2020 yang menyebabkan cedera berkepanjangan dan empat kali operasi, performanya sempat menurun drastis.

Selama musim 2025, ia menunjukkan dominasinya. Contoh-contoh prestasinya di berbagai seri mendemonstrasikan bahwa ini bukan keberuntungan sesaat:

  • Di seri San Marino, sebelum kejuaraan dipastikan, ia meraih kemenangan yang mendekatkan dirinya ke gelar.
  • Dia sempat memenangkan Grand Prix Ceko (Brno) dan memperlebar jarak klasemen.
  • Di Jerman, pada balapan ke-200 GP-nya, ia kembali menunjukkan ketangguhan—meskipun hanya 10 pembalap yang finis, ia tetap mencatat kemenangan.
  • Ia juga beberapa kali memenangi Sprint Race, termasuk rekor kemenangan beruntun di format sprint.

Dalam wawancara sebelumnya, Márquez berujar: “Nobody said it was going to be easy,” saat menghadapi krisis kepercayaan yang muncul usai kecelakaan (Reuters, 27 September 2025).

Momen Tangis yang Melekat

Tangisan Márquez bukanlah sekadar reaksi emosional sesaat; ia adalah kulminasi dari pergumulan pribadi dan profesional selama lebih dari setengah dekade. Dalam laporan Okezone, dikisahkan bahwa Márquez “terharu kala menyaksikan video perjalanannya dalam merebut gelar juara kembali musim ini” (Okezone, 28 September 2025).

Lebih jauh, Okezone menyebut gelar 2025 sebagai “paling emosional” bagi Márquez, mengingat penderitaan dan keraguan yang ia alami selama enam tahun terakhir.

Kisahnya pun mengundang simpati dan kekaguman dari sesama pembalap maupun komentator. Dalam montage yang diputar di layar besar, tampak cuplikan kecelakaan, masa-masa pemulihan dan perjuangan kembali — semuanya membentuk narasi kebangkitan seorang legenda.

Rekor yang Dipecahkan

Dengan gelar ini, Márquez menyamai rekor Valentino Rossi dalam jumlah kejuaraan kelas premier (7).

Selain itu, ia menyamakan total gelar dunia (termasuk 125cc dan Moto2) yang dipegang Rossi — masing-masing sembilan gelar dunia secara keseluruhan.

Dalam perspektif dunia MotoGP, prestasi Márquez menunjukkan bahwa seorang pembalap pun bisa kembali ke puncak setelah melalui masa-masa sulit. Rekam jejaknya musim ini — kemenangan di banyak seri, dominasi Sprint Race, konsistensi di klasemen — menegaskan bahwa gelar ini bukan sekadar hasil keberuntungan (Reuters, 28 September 2025).

Bagi para pesaingnya, termasuk sang adik Alex Márquez, gelar ini juga menegaskan bahwa kompetisi keluarga di puncak klasemen adalah kenyataan nyata musim ini. Marc Marquez resmi jadi juara dunia MotoGP 2025 bersama Ducati, merayakan kemenangan dengan trofi

Tangisan Marc Márquez di Motegi adalah simbol bahwa kemenangan tak selalu datang tanpa luka. Air mata itu pun menjadi saksi bisu perjuangan melelahkan: cedera yang menghantui jiwa dan tubuh, keraguan yang kadang merasuki pikiran, dan harapan yang terus dinyalakan meskipun gelap.

Namun di semua itu, ia menunjukkan bahwa seorang juara sejati bukan cuma soal kecepatan, melainkan daya tahan, keyakinan, dan kemampuan untuk bangkit dari titik terendah. Sekarang, setelah 2.184 hari sejak gelar terakhirnya (2019), ia kembali ke puncak dunia dengan cara yang dramatis dan penuh makna.