13.11.2025
Waktu membaca: 6 menit

Son Heung-min Tegas: Tidak Akan Pergi ke Klub Manapun, Fokus Penuh di LAFC

Son Heung-min Tegas: Tidak Akan Pergi ke Klub Manapun, Fokus Penuh di LAFC

Nama Son Heung-min kembali menghiasi headline sepak bola dunia setelah ia dengan tegas mengatakan tidak akan menandatangani kontrak dengan klub mana pun selama jeda musim MLS, termasuk dengan mantan klubnya di Eropa. (Cartilage Free Captain, 11/25)

Pernyataan itu muncul setelah berminggu-minggu rumor yang mengaitkannya dengan berbagai klub Eropa, mulai dari kembali ke Premier League hingga opsi singkat di Liga Champions untuk menjaga kebugaran jelang Piala Dunia 2026.

Son mengakui rumor tersebut membuatnya tidak nyaman karena seolah-olah ia tidak sepenuhnya berkomitmen pada LAFC, dan ia menilai spekulasi itu dapat dianggap tidak sopan terhadap klub barunya. Ia juga menekankan bahwa rencananya selama jeda MLS adalah beristirahat, memulihkan kondisi, dan mempersiapkan diri untuk musim berikutnya bersama LAFC sekaligus menjaga kebugaran jelang Piala Dunia. (Cartilage Free Captain, 11/25)

Son meninggalkan Tottenham Hotspur pada musim panas 2025 setelah hampir satu dekade, ketika LAFC memecahkan rekor transfer MLS dengan mengeluarkan biaya sekitar 26,5 juta dolar untuk merekrutnya. Media Amerika dan Korea menggambarkan transfer ini sebagai salah satu yang paling besar dalam sejarah liga, menandai berakhirnya era Son di London Utara dan awal perjalanannya sebagai ikon baru MLS. (MLSSoccer.com, 08/25)

Laporan dari media Swedia menyebut Son meninggalkan Spurs dengan catatan lebih dari 170 gol dalam lebih dari 450 pertandingan di semua kompetisi, menjadikannya salah satu pemain tersukses dalam sejarah klub. (Aftonbladet, 08/25)

Kepindahan ke LAFC juga dilihat sebagai langkah strategis bagi MLS, yang ingin terus menghadirkan bintang global setelah gelombang nama besar seperti David Beckham dan Lionel Messi meramaikan kompetisi tersebut. Dalam wawancara terpisah, Son menjelaskan bahwa ia tertarik membantu “membuat MLS menjadi lebih besar”, sekaligus menikmati tantangan dan budaya baru di Los Angeles yang memiliki komunitas Korea sangat besar. (ABC News, 08/25)

Start Panas Son Heung Min di MLS dan Penghargaan Gol Terbaik

Debut Son di MLS berjalan luar biasa: ia mencetak sembilan gol dan tiga assist hanya dalam sepuluh pertandingan musim reguler pertamanya bersama LAFC, angka yang langsung menempatkannya di jajaran pemain paling berpengaruh di liga. Salah satu momen puncak datang ketika tendangan bebas jarak jauh ke gawang FC Dallas dinobatkan sebagai 2025 AT&T MLS Goal of the Year, sebuah penghargaan yang dipilih melalui pemungutan suara penggemar di seluruh dunia. (MLSSoccer.com, 10/25)

Media Korea mencatat bahwa Son memenangi pemungutan suara tersebut dengan selisih besar Lionel Messi, menjadikannya pemain LAFC pertama yang meraih penghargaan gol terbaik liga sejak penghargaan itu dibuat. (The Chosun Ilbo, 10/25)

Laporan dari media Amerika juga menyoroti bagaimana satu gol tersebut membuat Son langsung dibandingkan dengan bintang-bintang MLS lain dan menegaskan bahwa kehadirannya mengubah persepsi liga di mata penonton global. (Sports Illustrated, 10/25)

Tak hanya di lapangan, sejumlah artikel menyebut efek Son terlihat pada peningkatan rating tayangan, penjualan tiket, serta lonjakan engagement media sosial LAFC setelah pengumuman transfer dan debut resminya. (The Sun, 10/25)

Rumor “Beckham Clause” dan Godaan Son Heung-min ke Eropa

Kesuksesan kilat itu memunculkan spekulasi bahwa kontrak Son di LAFC berisi klausul ala “David Beckham”, yang memungkinkan pinjaman jangka pendek ke klub Eropa selama jeda musim MLS tanpa memutus kontrak utama. Media Korea menjelaskan bahwa jika klausul itu benar, secara teori Son bisa bermain dua hingga tiga bulan di Eropa saat MLS libur, dengan beberapa laporan mengaitkannya dengan kemungkinan menuju Serie A bersama AC Milan. (The Chosun Ilbo, 10/25)

Koran lain di Korea bahkan menulis bahwa beberapa media Inggris menyebut nama Son sebagai kandidat yang menarik bagi klub-klub yang butuh solusi jangka pendek di lini depan selama musim dingin Eropa. (Korea JoongAng Daily, 10/25)

Di Spanyol, sebuah media pendukung Barcelona melaporkan bahwa Blaugrana tengah mempelajari kemungkinan meminjam Son saat MLS berhenti, memanfaatkan celah klausul khusus tersebut untuk menambah kedalaman lini serang. (Barca Blaugranes, 10/25)

Jawaban Tega Son Heung-min  : Komitmen Penuh pada LAFC

Pada akhirnya Son mematahkan semua spekulasi itu dengan pernyataan langsung: ia tidak akan menandatangani kontrak jangka pendek dengan klub mana pun selama bermain di MLS, termasuk dengan mantan klub yang masih sangat ia hormati. (Cartilage Free Captain, 11/25)

Dalam wawancara tersebut, ia menyebut bahwa hanya dengan membicarakan transfer sementara saja sudah terasa seperti bentuk ketidakhormatan terhadap LAFC, klub yang baru saja membayar rekor liga untuk mendatangkannya. (Cartilage Free Captain, 11/25)

Son juga menekankan bahwa usianya yang sudah memasuki awal 30-an membuatnya harus lebih berhati-hati mengelola kebugaran; bermain penuh di MLS plus pinjaman ke Eropa bisa meningkatkan risiko cedera jelang Piala Dunia. (Yahoo Sports, 11/25)

Dampak Keputusan Son bagi LAFC dan MLS

Bagi LAFC, kepastian bahwa Son akan tetap berada dalam skuat sepanjang musim memberikan stabilitas besar, baik dari sisi teknis di lapangan maupun rencana jangka panjang klub. Secara bisnis, berbagai laporan menunjukkan bahwa kedatangan Son telah mendorong MLS mencatat rekor baru dalam nilai pasar transfer, sekaligus mengangkat pamor LAFC sebagai salah satu destinasi utama bagi pemain top dunia. (World Soccer Talk, 09/25)

Analis di Amerika menilai konsistensi bintang seperti Son yang memilih bertahan, bukan sekadar singgah, menjadi sinyal penting bahwa MLS bisa menjadi tujuan utama, bukan hanya “liga pensiun” bagi pemain Eropa. Media Korea menyoroti bahwa apa pun level kompetisi di MLS, Son tetap memikul beban besar sebagai kapten tim nasional yang tengah menyiapkan diri untuk Piala Dunia 2026 di Amerika Utara. (The Chosun Ilbo, 10/25)

Di saat sebagian pengamat berpendapat bahwa bermain di Eropa akan menjaga ritme level tertinggi, Son justru menyebut tantangan di MLS, ditambah program latihan yang tepat, sudah cukup untuk membuatnya tetap tajam.

Artikel-artikel opini di Amerika juga menggambarkan Son sebagai wajah baru yang ideal bagi MLS paduan antara kualitas, profesionalisme, dan daya tarik komersial yang dapat membantu liga tumbuh di pasar Asia. 

Pernyataan “tidak akan pergi ke klub mana pun” menunjukkan bahwa bagi Son, LAFC bukan hanya persinggahan, melainkan rumah baru tempat ia ingin membangun warisan berikutnya setelah era gemilang bersama Spurs. (Cartilage Free Captain, 11/25)

Dengan komitmen itu, LAFC dan MLS mendapatkan sosok yang tidak hanya menghadirkan gol dan assist, tetapi juga narasi kuat tentang loyalitas dan keinginan untuk membesarkan liga, sementara Son sendiri mengejar satu babak terakhir yang gemilang sebelum mungkin menutup karier di panggung dunia.