15.10.2025
Waktu membaca: 3 menit

Panasnya Rivalitas Timur Tengah: Qatar Lolos ke Piala Dunia, Suporter UEA Ricuh di Doha

Panasnya Rivalitas Timur Tengah: Qatar Lolos ke Piala Dunia, Suporter UEA Ricuh di Doha

Kerusuhan kembali mencoreng rivalitas klasik Timur Tengah. Qatar memastikan tiket ke Piala Dunia 2026 setelah menumbangkan Uni Emirat Arab (UEA) 2-1 dalam laga panas di Jassim bin Hamad Stadium, Doha, Senin (14/10/2025). Tapi bukan selebrasi yang jadi sorotan, melainkan ledakan emosi di tribun yang berujung rusuh.

Selebrasi Berubah Jadi Kericuhan

Ketika Pedro Miguel mencetak gol penentu di menit ke-74 sekaligus mengantar Qatar ke Amerika situasi berubah tegang. Para pemain Qatar berlari merayakan di depan pendukungnya, namun momen bahagia itu disambut dengan lemparan botol dari arah tribun UEA (Liputan6.com, 14/10).

Pedro Miguel lakukan selebrasi depan suporter Arab

Supporter tim tamu yang datang dalam jumlah besarbahkan diangkut menggunakan lima jet pribadi hasil inisiatif federasi UEAtak mampu menahan amarah. Kekalahan ini berarti mimpi Piala Dunia mereka makin menjauh, dan jalan menuju turnamen bergengsi itu kini harus ditempuh lewat jalur playoff yang penuh risiko (Tribun Aceh, 04/10).

Bagi penggemar sepak bola Asia, adegan seperti ini terasa déjà vu. Pada semifinal Piala Asia 2019 di Abu Dhabi, insiden serupa pernah terjadi. Ketika itu, UEA yang kalah telak 0-4 juga melampiaskan kekesalan dengan melempar sepatu dan botol ke arah pemain Qatar (Goal.com, 29/01). Bahkan, Hassan Al-Haydos sempat tertimpa botol air saat mencetak gol ketiga. Dalam budaya Arab, melempar sepatu adalah bentuk penghinaan ekstrem tanda kebencian, bukan sekadar kecewa (The Peninsula Qatar, 28/01).

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Doha News (@dohanews)

Rivalitas panas ini tak lepas dari bayang-bayang ketegangan kawasan Timur Tengah. UEA termasuk dalam blok negara yang memboikot Qatar sejak 2017 dengan tuduhan mendukung terorisme dan menjalin hubungan dekat dengan Iran tuduhan yang selalu dibantah keras oleh Doha (Al Jazeera, 30/01). Meski hubungan diplomatik mulai mencair, atmosfer di lapangan tetap penuh tensi.

Secara permainan, laga ini sebenarnya berjalan seimbang. Qatar unggul lebih dulu, UEA sempat menyamakan skor, tapi kecepatan transisi tim asuhan Carlos Queiroz jadi pembeda. Gol Pedro Miguel tak hanya menegaskan dominasi Qatar di Asia, tapi juga memperpanjang catatan tak terkalahkan mereka di kualifikasi.

Sementara itu, UEA kini menghadapi tantangan berat: harus melewati Irak di babak playoff untuk merebut tiket terakhir zona Asia ke Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada. Jalur penuh tekanan yang bisa jadi penentu nasib satu generasi sepak bola Emirat (Antara Jatim, 14/10).

Ancaman Sanksi Untuk Supporter UAE

Pihak keamanan stadion bergerak cepat memadamkan situasi, namun rekaman kekacauan itu sudah terlanjur viral di media sosial. AFC dikabarkan tengah meninjau laporan resmi dan kemungkinan menjatuhkan sanksi. Ironinya, Qatar seharusnya merayakan malam bersejarah tiket ke Piala Dunia pertama mereka di luar kandang sendiri tapi pesta itu justru ternoda oleh aksi tak sportif rival lama.

Rivalitas Qatar–UEA kini bukan sekadar soal sepak bola. Ini tentang identitas, harga diri, dan dinamika politik Timur Tengah yang sulit dipisahkan dari lapangan hijau. Bagi Qatar, perjalanan ke Piala Dunia 2026 baru saja dimulai. Bagi UEA, drama playoff melawan Irak akan jadi ujian mental sesungguhnya.