12.11.2025
Waktu membaca: 6 menit

Padel Resmi Masuk Asian Games 2030: Olahraga Modern yang Jadi Fenomena Asia

Padel Resmi Masuk Asian Games 2030: Olahraga Modern yang Jadi Fenomena Asia

Padel adalah olahraga raket yang memadukan unsur tenis dan squash, dimainkan di lapangan berdinding kaca berukuran lebih kecil dari lapangan tenis. Permainan ini dilakukan secara ganda (dua lawan dua) dan menggunakan bola mirip bola tenis, namun dengan tekanan udara lebih rendah agar permainan lebih taktis.

Peralatan utama padel adalah raket tanpa senar dengan lubang-lubang kecil, terbuat dari bahan komposit ringan seperti karbon atau fiberglass. Gaya permainannya cepat, atraktif, dan penuh strategi.

Menurut PadelFIP.com (11/11), padel pertama kali ditemukan di Meksiko pada tahun 1969 oleh Enrique Corcuera, seorang pengusaha kaya yang menciptakan lapangan dengan dinding agar bola tidak keluar halaman rumahnya. Dari eksperimen itu, lahirlah olahraga yang kini menjadi salah satu cabang dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Berbeda dengan tenis, padel menekankan kerja sama, refleks, dan kreativitas. Permainan berlangsung cepat karena bola bisa memantul ke dinding dan kembali ke permainan, menciptakan rally yang lebih panjang dan seru untuk ditonton.

Mengapa Padel Berkembang Pesat

Dalam 10 tahun terakhir, padel berkembang luar biasa, terutama di Eropa dan Amerika Latin. Menurut Federación Internacional de Pádel (FIP, 2025), kini terdapat lebih dari 35.000 lapangan padel di seluruh dunia dan sekitar 30 juta pemain aktif.

Beberapa faktor utama di balik popularitasnya:

  1. Mudah Dipelajari
    Padel tidak serumit tenis dari sisi teknik. Pemula bisa bermain hanya setelah satu atau dua sesi latihan. Karena itu, padel sering dianggap sebagai “gateway sport” bagi orang dewasa yang ingin mulai olahraga raket tanpa frustrasi belajar pukulan topspin seperti di tenis.

  2. Gaya Hidup Sosial
    Karena dimainkan berpasangan, padel sering dipromosikan sebagai olahraga sosial. Di Eropa, padel menjadi kegiatan favorit kalangan profesional muda dan komunitas urban. Banyak klub padel menyediakan lounge, musik, hingga bar, membuatnya lebih dari sekadar olahraga — tapi juga gaya hidup.

  3. Eksposur Media dan Atlet Dunia
    Sejumlah pesohor seperti Zlatan Ibrahimović, Gerard Piqué, hingga Andy Murray memiliki investasi di klub padel. Hal ini membantu mempopulerkan olahraga ini di media global. Di Indonesia, tren padel mulai terasa di kota besar seperti Jakarta dan Bali sejak 2023, dengan berdirinya beberapa klub seperti PadelJakarta dan Padel+ Indonesia (PBPI.or.id, 11/11).

Negara-Negara yang Paling Menggemari Padel

Padel kini menjadi fenomena global, dengan pertumbuhan paling cepat di kawasan Eropa, Amerika Selatan, dan Asia Timur.

  • Spanyol adalah episentrum padel dunia. Menurut Marca (2024), olahraga ini telah menggeser tenis sebagai olahraga kedua paling populer setelah sepak bola. Liga profesional Spanyol bahkan disiarkan televisi nasional dan diikuti oleh atlet dari berbagai negara.

  • Argentina menjadi kekuatan utama Amerika Selatan. Mereka menghasilkan beberapa atlet terbaik dunia seperti Fernando Belasteguín, yang sempat menduduki peringkat 1 dunia selama lebih dari 15 tahun.

  • Italia, Prancis, dan Swedia kini mengembangkan liga nasional padel dengan sistem kompetisi reguler dan fasilitas modern.

  • Di Asia, padel tumbuh di Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, Jepang, dan India. Doha bahkan menjadi tuan rumah Qatar Major, salah satu turnamen paling prestisius dalam kalender World Padel Tour.

Menurut PadelFIP (11/11), pertumbuhan tercepat justru datang dari Asia Tenggara, di mana olahraga ini dianggap “urban, modern, dan inklusif.” Indonesia, Malaysia, dan Thailand termasuk negara yang baru membangun infrastruktur padel dalam dua tahun terakhir.

Mengapa Padel Resmi Jadi Olahraga Asian Games 2030

Kabar resmi datang dari Olympic Council of Asia (OCA) pada 11 November 2025. Dalam sidang dewan di Riyadh, OCA secara resmi mengakui padel sebagai cabang olahraga resmi untuk Asian Games 2030 yang akan digelar di Doha, Qatar.

Presiden Federasi Padel Internasional (FIP), Luigi Carraro, menyebut keputusan ini sebagai “momen bersejarah bagi olahraga Asia.”

“Padel bukan sekadar olahraga; ini adalah simbol integrasi sosial dan olahraga masa depan. Kami bangga bisa membawa energi positif padel ke Asian Games,” ujarnya dalam siaran pers resmi Padelfip.com (11/11).

Masuknya padel ke Asian Games tidak lepas dari dukungan negara-negara Arab, terutama Qatar dan Arab Saudi, yang sejak 2021 secara agresif membangun ratusan lapangan padel dan menggelar turnamen internasional.

Selain itu, beberapa alasan utama di balik keputusan OCA antara lain:

  1. Pertumbuhan Pesat di Asia
    Data dari PBPI.or.id (11/11) menunjukkan bahwa jumlah lapangan padel di Asia meningkat lebih dari 500% dalam tiga tahun terakhir, dengan kontribusi terbesar dari Timur Tengah.

  2. Popularitas di Kalangan Milenial
    OCA menilai padel mampu menarik minat generasi muda karena cepat, seru, dan mudah dipahami. Hal ini sejalan dengan visi Asian Games yang ingin menghadirkan olahraga dinamis dan relevan dengan zaman.

  3. Kesiapan Infrastruktur
    Doha sebagai tuan rumah Asian Games 2030 telah menyiapkan Padel Arena berkapasitas 1.500 penonton, lengkap dengan fasilitas indoor dan outdoor. Venue ini sudah berdiri sejak 2024 dan digunakan untuk turnamen Asia Padel Championship.

Dengan status resmi ini, padel akan memperebutkan medali di Asian Games 2030 untuk kategori men’s doubles, women’s doubles, dan mixed doubles.

Atlet Padel Profesional Indonesia

Meski terbilang baru di Tanah Air, Indonesia sudah memiliki beberapa atlet yang aktif di level profesional Asia. Berdasarkan data Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI, 11/11), nama-nama berikut menjadi pionir:

  1. Fitra Eri dan Aldo Pranoto
    Duet yang dikenal sebagai atlet senior pertama Indonesia yang berlaga di Asia Padel Championship 2024 di Bangkok. Mereka merupakan sosok yang membawa nama Indonesia di ajang internasional padel perdana.

  2. Nadia Fauzia dan Almira Ramadhani
    Pasangan ganda putri muda yang menjuarai turnamen Jakarta Padel Open 2025, dan kini dalam program pelatnas PBPI menuju Asian Games 2030.

  3. Adrian Djohan
    Atlet profesional yang kini berkompetisi di liga padel Qatar, sekaligus menjadi pelatih padel bersertifikat FIP pertama asal Indonesia.

  4. Natasya Gabrielle
    Mantan atlet tenis junior Indonesia yang beralih ke padel pada 2023. Ia kini menjadi wajah promosi PBPI dalam kampanye Padel for All yang digelar di Jakarta dan Bali.

PBPI juga mencatat bahwa jumlah pemain aktif di Indonesia sudah menembus 3.500 orang pada 2025, dan terus meningkat karena tren komunitas dan media sosial.

Padel dan Masa Depan Olahraga Asia

Masuknya padel ke dalam Asian Games 2030 menjadi tonggak penting bagi dunia olahraga Asia. Ini bukan hanya tentang menambah cabang pertandingan, tapi juga menggambarkan perubahan arah olahraga masa kini — dari kompetisi yang kaku menjadi hiburan yang inklusif dan sosial.

Padel adalah olahraga yang menyatukan generasi: mudah diikuti oleh pemula, namun tetap menantang bagi profesional. Bagi Indonesia, ini menjadi kesempatan emas untuk mencetak sejarah di panggung baru Asia, sekaligus membuka peluang industri olahraga baru — mulai dari akademi, turnamen, hingga sponsorship.

Seperti dikatakan Ketua PBPI, Tommy Sugiarto, dalam RRI.co.id (12/11):

“Kami tidak hanya ingin ikut serta, tapi juga berprestasi. Indonesia punya potensi besar di padel karena semangat kolektif dan gaya bermain yang cepat.”

Dengan persiapan pelatnas yang mulai digelar awal 2026, Indonesia berpeluang mencetak prestasi sejak debutnya di Asian Games 2030 di Doha.