02.10.2025
Waktu membaca: 3 menit

Mengenaskan! Bernardo Tavares Tinggalkan PSM, Gaji Jadi Alasan

Mengenaskan! Bernardo Tavares Tinggalkan PSM, Gaji Jadi Alasan

Suporter PSM Makassar mendapat kabar pahit di awal Oktober. Bernardo Tavares, pelatih asal Portugal yang begitu dicintai publik Makassar, resmi mundur dari kursi kepelatihan. Keputusan ini diumumkan pada masa jeda internasional, waktu yang sengaja dipilih agar klub punya kesempatan mencari pengganti tanpa mengganggu kompetisi. 

Alasan di balik mundurnya Tavares ternyata bukan soal teknis di lapangan, melainkan masalah klasik: gaji. Selama 3,5 tahun menangani Juku Eja, ia berkali-kali menghadapi keterlambatan pembayaran. Puncaknya, ada tunggakan hingga lima bulan yang belum ia terima. Kondisi ini akhirnya membuatnya tak lagi bisa bertahan.

Tavares mengaku sudah berusaha sabar. Ia tetap memimpin latihan, mendampingi pertandingan, dan menjaga fokus tim. Tapi ketidakpastian yang terus berulang membuatnya merasa profesionalismenya terganggu.

“Saya harus realistis. Kalau situasi begini terus, saya tidak bisa memberi yang terbaik untuk klub,” begitu kira-kira pesan yang ia sampaikan (Detik, 01/10).

Loyalitas yang Terbayar dengan Kekecewaan

Selama melatih PSM, Tavares dikenal sebagai sosok yang setia. Ia jarang sekali mengeluhkan persoalan finansial ke publik. Justru sebaliknya, ia lebih sering menenangkan tim ketika situasi sulit. Namun, loyalitas itu akhirnya kandas juga. Ia memilih pergi, bukan karena ingin, melainkan karena merasa tidak lagi bisa bekerja dengan tenang (Bola.net, 01/10).

Bagi suporter, ini jelas menyesakkan. Banyak komentar di media sosial menyebut manajemen gagal menghargai jasa sang pelatih. Ada pula yang terang-terangan menyebut keputusan Tavares mundur sebagai “tamparan keras” bagi klub sebesar PSM (Detik, 01/10).

Era Tavares : PSM Dibawa Juara Liga 1

Tidak berlebihan jika Bernardo Tavares disebut pahlawan. Musim 2022/2023, ia membawa PSM juara Liga 1 Indonesia. Gelar itu terasa spesial karena sudah lama dirindukan. PSM kembali jadi raja di tanah air, dan nama Tavares langsung melekat di hati publik Makassar.

Selain itu, ia juga mengantar PSM tampil di ajang Asia lewat AFC Cup. Walau langkahnya tidak jauh, pengalaman itu menjadi bekal berharga bagi klub dan para pemain muda. PSM kembali dikenal di kancah internasional, dan itu salah satu warisan dari kepemimpinan Tavares (CNN Indonesia, 01/10).

Yang membuat kepergian ini terasa makin berat adalah hubungan Tavares dengan fans. Ia bukan pelatih yang berjarak. Ia kerap menyapa suporter, membaur di berbagai kesempatan, bahkan memberi ruang besar kepada pemain muda yang lahir dari akademi. Hubungan emosional inilah yang membuat publik Makassar sangat kehilangan (Liputan6, 01/10).

Bagi banyak pemain muda, Tavares bukan sekadar pelatih, melainkan mentor. Ia sabar memberi arahan dan berani memberi kesempatan. Tak sedikit pemain yang kini jadi andalan berkat kepercayaan darinya (Bola.net, 01/10).

Rapot merah PSM

Kini, manajemen PSM dihadapkan pada pekerjaan rumah besar. Mereka harus menemukan pengganti yang mampu menjaga stabilitas tim, sekaligus memperbaiki masalah finansial yang jadi sumber permasalahan. Jika tidak segera diatasi, bukan tak mungkin kepercayaan pemain dan suporter kian menurun (CNN Indonesia, 01/10).

Kasus Tavares juga jadi sorotan nasional. Masalah tunggakan gaji bukan hal baru di Liga 1, tapi mundurnya pelatih berprestasi ini membuat masalah tersebut semakin mencuat. Liga Indonesia kembali dipertanyakan soal profesionalisme pengelolaan klub (Jawapos, 01/10).

Meski berakhir dengan kekecewaan, kiprah Tavares akan selalu dikenang. Gelar juara, pengalaman di level Asia, serta keberaniannya membentuk pemain muda adalah warisan besar yang ditinggalkan. Ia datang dengan senyap, pergi dengan pahit, tapi meninggalkan jejak yang sulit dihapus.

Bernardo Tavares resmi mundur karena gaji yang tak kunjung tuntas. Kepergiannya jadi luka besar bagi PSM, tapi juga peringatan keras bagi manajemen sepak bola Indonesia. Profesionalisme bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.

Bagi suporter, Tavares tetaplah pelatih yang membawa kembali kejayaan. Ia mungkin tak lagi di pinggir lapangan Stadion Mattoanging, tapi namanya akan selalu terpatri di hati warga Makassar (Liputan6, 01/10).