11.11.2025
Waktu membaca: 4 menit

Liverpool Terpuruk di MU di Era Arne Slot

Liverpool Terpuruk di MU di Era Arne Slot

Liverpool FC kembali harus menghadapi kenyataan pahit di musim 2025/2026 Premier League. Setelah tampil impresif di awal musim, kini The Reds terlempar ke posisi kedelapan klasemen sementara dengan perolehan 18 poin dari 11 laga (Tempo, 10/11). Tim asuhan Arne Slot itu tertinggal delapan poin dari pemuncak klasemen Arsenal, serta berada di Manchester United, Manchester City, Chelsea, dan bahkan Sunderland yang menjadi salah satu kejutan musim ini (Bola.com, 10/11).

Kekalahan telak 0-3 dari Manchester City menjadi pukulan telak dan simbol turunnya performa klub yang sempat digadang-gadang bakal kembali bersaing di papan . Kekalahan itu juga memperpanjang tren negatif The Reds yang gagal mempertahankan konsistensi sepanjang Oktober hingga awal November (Kompas, 10/11).

(Klasemen Liga Inggris Sementara 2025/2026)

Penurunan Performa Liverpool yang Tak Terelakkan

Musim ini, Liverpool terlihat kehilangan identitas permainan yang selama bertahun-tahun menjadi ciri khas era Jurgen Klopp tekanan tinggi, transisi cepat, dan determinasi penuh sepanjang laga. Di Arne Slot, gaya bermain The Reds terlihat lebih sabar namun belum stabil, terutama di lini tengah dan pertahanan (Bola.com, 10/11).

Statistik menunjukkan bahwa Liverpool lebih sering kehilangan momentum di babak kedua. Tekanan lawan di menit-menit akhir membuat mereka kerap kebobolan di situasi bola mati, terutama dari umpan silang dan sepak pojok (Tempo, 10/11).
Penurunan ini diperparah oleh fakta bahwa para pemain baru seperti Federico Chiesa dan Alexis Mac Allister belum sepenuhnya beradaptasi dengan atmosfer Premier League (Bukakabar, 10/11).

Selain itu, Mohamed Salah yang selama ini menjadi tumpuan serangan juga mengalami penurunan produktivitas. Setelah kehilangan partner ofensif seperti Luis Díaz, lini depan Liverpool terlihat lebih mudah dipatahkan dan kurang eksplosif (Liputan6, 09/11).

Faktor Utama: Cedera Pemain Kunci Liverpool dan Rotasi Tak Stabil

Krisis performa Liverpool tak lepas dari badai cedera yang menghantam pemain inti.
Kiper utama Alisson Becker mengalami cedera hamstring dan dipastikan absen selama enam minggu sejak awal Oktober, termasuk melewatkan laga penting melawan Chelsea dan Manchester City (Goal, 10/11).
Ibrahima Konate juga mengalami masalah kebugaran yang membuatnya absen dalam beberapa pertandingan penting, menyebabkan rotasi di lini belakang jadi tidak konsisten.

Sementara itu, Alexis Mac Allister yang diharapkan menjadi poros di lini tengah juga sempat menepi karena cedera ringan. Kehilangan tiga pemain kunci ini membuat Liverpool kehilangan keseimbangan, terutama saat menghadapi tim-tim dengan pressing agresif seperti Manchester City dan Arsenal (Bola.com, 09/11).

Selain itu, cedera beruntun di Premier League musim ini juga menimpa pemain-pemain top lain seperti Kai Havertz (Arsenal) dan Lisandro Martinez (Manchester United), menunjukkan betapa padatnya jadwal kompetisi memengaruhi kondisi fisik para pemain (Liputan6, 09/11).

Tekanan Liverpool pada Arne Slot: Taktik yang tragis

Meski baru menukangi Liverpool beberapa bulan, Arne Slot kini mulai merasakan tekanan besar dari fans dan media Inggris. Perubahan taktik dari sistem gegenpressing ke ball-possession membuat beberapa pemain tampak kebingungan di lapangan (Bukakabar, 10/11).

Sistem baru ini menuntut disiplin posisi yang tinggi dan permainan antar lini yang lebih rapi. Namun, dengan kondisi skuad yang tak lengkap karena cedera, Slot kesulitan menemukan komposisi terbaiknya. Pergantian formasi yang terlalu sering dari 4-3-3 ke 4-2-3-1 justru mengganggu ritme permainan dan membuat para pemain kehilangan koneksi alami yang dulu terbentuk di Klopp (Bola.com, 09/11).

Beberapa analis menilai bahwa Liverpool kini bukan lagi tim yang “menakutkan” seperti dua musim lalu. Pertahanan mudah terbuka, transisi lambat, dan pressing tidak lagi seketat dulu. Bahkan, catatan kebobolan mereka meningkat tajam, salah satu yang terburuk di antara tim-tim enam besar (Tempo, 10/11).

Dalam 11 laga terakhir Premier League, Liverpool hanya mencatat 5 kemenangan, 3 imbang, dan 3 kekalahan, dengan rasio kebobolan 1,4 gol per pertandingan.
Secara ofensif, The Reds hanya mencetak rata-rata 1,6 gol per laga, jauh dari angka 2,3 gol di musim 2023/2024 (Goal, 09/11).

Tren menurun ini menunjukkan adanya masalah mendasar bukan hanya soal mentalitas, tapi juga kesiapan fisik dan strategi yang belum menyatu sepenuhnya (Liputan6, 09/11).

Dengan jadwal padat yang menanti di akhir tahun termasuk laga melawan Tottenham, Newcastle, dan Chelsea Liverpool harus segera menemukan kembali karakter mereka. Arne Slot dituntut untuk memperbaiki koordinasi lini belakang dan memulihkan performa pemain kunci seperti Salah dan Nunez.

Beberapa laporan menyebut bahwa manajemen Liverpool masih memberikan kepercayaan penuh kepada Slot, namun jika hasil tak segera membaik hingga akhir Desember, tekanan publik bisa menjadi alasan kuat untuk perubahan taktis besar (Bola.com, 10/11).

Musim ini belum sepenuhnya hilang, tetapi sinyal bahaya sudah menyala terang di Anfield.
Jika The Reds tak segera bangkit, mereka berisiko mengulangi nasib musim 2020/2021 tampil inkonsisten dan gagal menembus empat besar (Kompas, 10/11).