18.11.2025
Waktu membaca: 4 menit

Gumayusi Tutup Perjalanan Karir yang Fantastis di T1

Gumayusi with T1 2024

Lee “Gumayusi” Min-hyung yang dikenal sebagai ADC legendaris dalam skena League of Legends Korea Selatan dan global baru saja membuat kejutan besar dengan melayangkan pengumuman dramatis: Ia memutuskan untuk keluar dari T1 yang telah diperkuatnya selama sekitar 7 tahun.

Perjalanan Gumayusi bersama T1 adalah sebuah kisah ikonik yang membentang luas dan menjadi diskusi para penggemar LoL sejak mendekati akhir tahun 2019. Pemain berusia 23 tahun tersebut menjadi kisah transformasi yang luar biasa, dari pemain akademi yang penuh potensi menjadi tiga kali Juara Dunia dan juga menjadi pemain penting dalam babak final.

Memulai karir di sistem akademi T1 pada 2018, Gumayusi cepat menarik perhatian para pelatih berkat keahlian mekanik, naluri permainan, dan daya adaptasinya yang kuat. Pada 2020, ia berhasil mengamankan posisi di roster utama T1, membentuk sinergi bot lane yang mematikan bersama sang support, Ryu “Keria” Min-seok. Pasangan tersebut seketika menjelma menjadi duo paling dominan di dunia berkat permainan agresif nan presisi yang membawa timnya menjadi bagian besar dalam sejarah.

Mekanik Gumayusi jadi standar pemain dunia

Satu hal yang tentunya akan selalu menjadi perbincangan panas setiap kali nama Gumayusi disebut tentunya tak lain dan tak bukan adalah keahlian mekanik yang kini menjadi standar tertinggi bagi pemain di seluruh penjuru dunia.

Dalam perjalanan karirnya, Gumayusi selalu mencuri perhatian sebagai ujung tombak dengan ketepatan target, refleks yang cepat, dan penempatan posisi yang terukur, terutama dalam momen-momen genting dimana keputusan sepersekian detik menentukan hasil teamfight.

Ia juga menjadi salah satu pemain yang sulit diprediksi karena Champion pool-nya sangat fleksibel: meski awalnya dikenal sebagai main Aphelios, Ezreal, dan Kai’Sa dengan win rate tinggi, Ia menunjukkan tekadnya untuk beradaptasi dan mendobrak standar meta setiap musimnya.

Keunggulan mekaniknya tidak hanya sekadar hype; ia melengkapinya dengan pemahaman mendalam tentang dinamika team fight dan sinergi dengan rekan setim, terutama di pertandingan bertekanan tinggi. Segudang replays dan highlights dari kompetisi-kompetisi besar telah membuktikan dirinya memiliki micro play yang sempurna.

Paket komplet ini membuatnya kerap disandingkan dengan Lee “Faker” Sang-hyeok, yang selama ini dikenal sang pemeran utama dalam T1. Bersama dengan sang midlaner legendaris tersebut, mereka menjadi dua pemain yang selalu menimbulkan teror bagi para lawannya, sampai-sampai keduanya mendapat julukan ‘The Unkillable Demon King’ karena tingkat serangan dan bertahan hidup yang sangat tinggi dalam situasi genting.

Peran Faker sebagai shot caller yang menjadi tumpuan T1 ditambah dengan stabilitas Gumayusi membuat mereka menjadi kontributor terbesar dalam kemenangan T1 yang kerap dihiasi dengan statistik fantastis. Bahkan, banyak analis yang menyatakan bahwa era keemasan T1 terwujud berkat keseimbangan antara keduanya.

Pencapaian yang bergengsi

Penutupan era Gumayusi ini terjadi setelah T1 meraih three-peat bersejarah dan Ia mendapat gelar Finals MVP yang ketiga. Kepergiannya mendapatkan respon hangat dan mengharukan dari para penggemar maupun para personel tim tersebut, yang saling melemparkan ucapan terima kasih di media sosial.

T1 secara terbuka mengakui warisannya dan berterima kasih kontribusinya dalam membentuk identitas tim melalui tahun-tahun kejayaan. Gumayusi memutuskan untuk mengejar tantangan baru terms-nya sendiri, mengakhiri satu era sambil meninggalkan jejak yang tak terlupakan bagi T1 dan komunitas LoL global, di antaranya:

  • Gelar juara LCK dari tahun 2020 hingga 2024.
  • Tiga kali Juara Dunia secara berturut-turut pada tahun 2023, 2024, dan 2025.
  • Gelar Finals MVP di Worlds 2023,2024, dan 2025.
  • Peraih nominasi sebagai anggota tim All-Pro LCK sejak tahun 2020.

Sebagai pemain yang telah menginspirasi ribuan generasi baru pemain ADC, tak berlebihan jika para analis melihat ini sebagai tugas berat bagi T1 untuk mencari pengganti yang sepadan. Meskipun saat ini mereka masih memiliki duo Faker dan Keria yang konsisten dengan permainannya, tentunya akan sulit menemukan bakat sekelas Gumayusi, ataupun menempanya apabila mereka menemukan berlian mentah yang sesuai.

Di sisi lain, ini bukan akhir perjalanan Gumayusi sepenuhnya karena Ia mengatakan masih berniat untuk mencoba peruntungan dalam kesempatan selanjutnya. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda jelas tentang rumah yang akan dihuninya untuk tahun 2026.