22.09.2025
Waktu membaca: 3 menit

Gol penutup: Eze long pass, Martinelli lob Cantik di 90+3’

Gol penutup: Eze long pass, Martinelli lob Cantik di 90+3’

Gabriel Martinelli mencuri panggung di Emirates Stadium dengan gol menit 90+3’ yang men-chip melewati Gianluigi Donnarumma dan menyelamatkan Arsenal dari kekalahan hasil akhir 1–1 melawan Manchester City pada 21 September 2025 (Reuters, 21/09).

Awal laga milik City: Erling Haaland membuka skor pada menit ke-9 lewat serangan balik cepat yang diprakarsai Tijjani Reijnders sebuah rangkaian presisi yang memanfaatkan ruang transisi (Reuters, 21/09).

Arsenal memang tersendat di babak pertama, tetapi tempo berubah seketika setelah jeda ketika Mikel Arteta memasukkan Eberechi Eze dan Bukayo Saka; dorongan progresi vertikal dan keberanian menerima bola di antara lini membuat City makin mundur (Arsenal.com, 21/09).

Respons Pep: 5-4-1, Rest Defense, Minim Risiko

Respon Pep Guardiola tak biasa untuk standar City: pergeseran ke bentuk 5-4-1 yang rapat demi menjaga keunggulan, bahkan menarik Haaland menjelang akhir saat timnya bertahan di blok rendah. Pada saat yang sama, City menutup laga hanya dengan 32,8% penguasaan bola terendah di era Guardiola di liga.

Gol penyeimbang lahir dari satu momen directness yang tepat: Eze mengirim bola panjang ke ruang belakang, Martinelli membaca garis, lalu mengeksekusi lob cerdas sebuah detail yang menutup dominasi teritorial Arsenal di babak kedua. 

Dari sudut pandang Arsenal, momen ini penting secara psikologis: tim tak goyah meski tertinggal cepat dan akhirnya menemukan celah melalui kombinasi kreator-pelari Eze Martinelli (Reuters, 21/09; Arsenal.com, 21/09). Dalam musim panjang, pola pemecah blok rendah seperti ini pemberi umpan yang berani mengangkat kepala plus pelari diagonal dengan timing bernilai untuk variasi serangan.

Bagi City, ini adalah adaptasi pragmatis: prioritas struktur di kontrol bola, yang efektif menahan peluang bersih namun selalu berisiko ketika lawan menjaga intensitas sampai akhir (Reuters, 21/09). Keputusan beralih ke 5-4-1 membuat sayap lebih aman tapi mengorbankan outlet transisi dan pada akhirnya satu momen berkualitas cukup untuk menguapkan dua poin.

Angka turut menegaskan nuansa di lapangan: Arsenal menguasai bola >65% (The Guardian, 21/09), sementara City mencatat 32,8% possession rekor terendah mereka di liga bersama Guardiola. Hasilnya menjaga keduanya tetap mengejar Liverpool di puncak awal musim; Reuters juga mencatat posisi poin pascalaga (Arsenal 10, City 7) pada tanggal tersebut (Reuters, 21/09; The Guardian – live, 21/09).

Playmaker Eze, Poacher Martinelli

Martinelli Lob cantik melawan arsenal

Secara individual, Martinelli menegaskan reputasi sebagai game-changer: pembacaan ruang, ketenangan pada eksekusi, dan keberanian mengambil keputusan pada detik rapuh tiga ciri yang terkristal pada gol 90+3’ (Reuters, 21/09; The Guardian – report, 21/09). Sementara itu, Eze memperlihatkan nilai tambah sejak masuk: carrier sekaligus creator yang memaksa City menjaga lebih banyak kemungkinan umpan (Arsenal.com, 21/09).

Kesimpulannya, skor 1–1 mencerminkan dua wajah pertandingan: efisiensi City di awal dan dominasi teritorial Arsenal setelah jeda. Yang membuat laga ini berbeda adalah pilihan City untuk “merendah” secara struktural dan keteguhan Arsenal untuk tetap mencari jalur bernilai tinggi hingga menemukan hadiah di masa tambahan (The Guardian – live, 21/09; Reuters, 21/09). Pada level persaingan gelar, satu poin mungkin terlihat kecil; pada level keyakinan, ia besar terutama bagi Martinelli, yang mengubah cerita malam menjadi miliknya.