21.11.2025
Waktu membaca: 5 menit

GOAT Siapa Menurut White House? Messi Tak Hadir, Ronaldo Bersalaman Dengan Trump

GOAT Siapa Menurut White House? Messi Tak Hadir, Ronaldo Bersalaman Dengan Trump

Pada 5 Januari 2025, pemerintahan Amerika Serikat mengumumkan Lionel Messi sebagai salah satu penerima Presidential Medal of Freedom tahun itu. Pengumuman resmi tersebut dirilis ke publik sebagai bentuk penghargaan kontribusi Messi terhadap kemanusiaan, melalui Leo Messi Foundation yang selama bertahun-tahun aktif mendukung kesehatan anak, pembangunan fasilitas medis, dan pendidikan bagi komunitas kurang mampu. (Aktualitas.id, 05/01)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Hindustan Times (@hindustantimes)

Seharusnya, momen ini menjadi sinyal bahwa Amerika ingin memberi panggung khusus kepada Messi sebagai ikon global. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Pada hari upacara penyerahan medali di White House, kursi yang seharusnya ditempati Messi kosong. Tidak ada Messi, tidak ada keluarga Messi, bahkan tidak ada perwakilan resmi dari Inter Miami atau Leo Messi Foundation.

Media Amerika langsung bertanya: apa yang sebenarnya terjadi? Menurut laporan Antara (Antaranews.com, 07/01), pihak Messi menyampaikan bahwa ia tidak dapat hadir karena “komitmen yang sudah dijadwalkan sebelumnya”. Meski demikian, tidak dijelaskan apa komitmen tersebut dan mengapa tidak ada delegasi yang dikirim untuk menerima penghargaan mewakili dirinya.

Laporan lain dari Goal International menambahkan dinamika baru: nama Messi bahkan tidak dibacakan dalam sebagian segmen upacara, meskipun ia tetap tercatat sebagai penerima resmi. (Goal.com, 07/01) Dalam dunia diplomasi, simbol seperti pembacaan nama, kehadiran tokoh, dan foto penyerahan langsung adalah elemen penting yang membentuk persepsi publik. Absennya momen tersebut membuat penghargaan Messi kehilangan bobot visual yang seharusnya menggemakan statusnya sebagai ikon global.

Tidak sedikit jurnalis di Washington yang mengatakan bahwa untuk sosok sebesar Messi, ketidakhadiran ini terasa “janggal” bahkan menimbulkan kesan seolah terjadi jarak antara Messi dan panggung politik Amerika. Meski Messi merilis pernyataan resmi bahwa ia merasa terhormat menerima penghargaan dan berharap suatu hari dapat bertemu Presiden Joe Biden, absennya ia dari seremoni tetap menjadi tanda tanya yang tidak terjawab.

Ronaldo dijamu White House 

Di tengah keheningan kursi kosong Messi, dunia dikejutkan oleh kabar lain: Cristiano Ronaldo tampil sebagai tamu kehormatan di Gedung Putih. Ronaldo bukan hanya hadir, ia duduk dalam sebuah jamuan kenegaraan bersama Presiden Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. (Bola.com, 18/06)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Extra Time Indonesia (@idextratime)

Foto-foto dari ruang makan kenegaraan menunjukkan Ronaldo duduk berdekatan dengan Trump dan MBS, berbincang santai di meja penuh hidangan mewah. Tak berselang lama, Ronaldo diajak masuk ke Oval Office ruangan paling simbolis dalam politik dunia. White House kemudian mengunggah foto resmi Trump dan Ronaldo di akun media sosial serta galeri resminya (Whitehouse.gov, 2025), lengkap dengan caption yang membuat dunia sepak bola bergemuruh:

“Two GOATS. CR7 x 45/47.”

Bagi sebagian orang, ini hanyalah kata-kata. Namun dalam komunikasi politik, ini adalah simbol pengakuan. Presiden Amerika Serikat secara terbuka menyebut Cristiano Ronaldo sebagai GOAT sebuah predikat yang selama ini menjadi perdebatan panjang dalam sepak bola dunia.

Namun hubungan Ronaldo dan Trump bukan hal yang tiba-tiba muncul. Sebelumnya, Ronaldo telah mengirim jersey Portugal nomor 7 yang ditandatangani khusus dengan pesan “Playing for Peace”, sebagai bentuk dukungan terhadap upaya diplomasi di tengah memanasnya konflik Israel–Iran. (NTBSatu.com, 18/06; Kaltengpos.Jawapos.com, 19/06) Gestur itulah yang dipercaya menjadi pintu masuk kedekatan keduanya, sebelum akhirnya Ronaldo menerima undangan resmi ke Gedung Putih. Yang membuat momen ini semakin tajam adalah waktu terjadinya. Ketika Messi seharusnya berdiri di podium menerima penghargaan tertinggi negara, justru Ronaldo yang masuk ke White House dengan segala sorotan kamera dan sambutan hangat.

Apakah White House Memiliki GOAT Versi Mereka?

Media internasional langsung menyambungkan dua momen ini menjadi satu narasi dramatis. Messi pemenang Ballon d’Or terbanyak dalam sejarah dan juara dunia menerima penghargaan sipil tertinggi Amerika, tetapi tidak hadir, tidak disorot, dan tidak mendapatkan panggung publik.

Sementara Ronaldo tanpa penghargaan resmi dari pemerintah AS justru mendapat jamuan, sorotan kamera, dan kata-kata pengakuan langsung dari presiden.

Narasi yang muncul di media sosial pun menjadi liar:
“Messi GOAT di lapangan, Ronaldo GOAT di White House.”
“Amerika memilih CR7.”
“Gedung Putih lebih menghargai Ronaldo.”

Tentu saja, ini adalah narasi publik, bukan pernyataan resmi pemerintah. Namun dalam era politik modern, persepsi publik sering kali lebih berpengaruh daripada fakta formal.

Dampak Politik, Diplomasi, Dan Citra Dua Ikon Sepak Bola

Secara simbolis, absennya Messi dari upacara White House membuat penghargaan yang ia terima terasa “terputus” dari narasi besar diplomasi Amerika. Tanpa foto bersama presiden, tanpa penyematan medali langsung, dan tanpa representasi visual, penghargaan itu hanya menjadi wacana resmi — bukan momen viral global yang mewakili status Messi sebagai figur besar dunia.

Sebaliknya, Ronaldo memainkan panggung diplomasi dengan sangat efektif. Ia hadir pada momen yang menempatkannya sebagai figur internasional, bukan sekadar atlet. Ia menciptakan citra bahwa dirinya dihormati oleh pemimpin dunia sesuatu yang jarang dimiliki atlet manapun.

Rivalitas Messi–Ronaldo tidak lagi hanya soal trofi, statistik, atau performa di lapangan. Tahun 2025 menambahkan bab baru: rivalitas di panggung politik dan diplomasi global.

Lionel Messi tetaplah legenda yang tak tergantikan. Kontribusi kemanusiaannya diakui hingga tingkat tertinggi Amerika Serikat. Namun absennya dari White House membuka ruang interpretasi yang berlapis-lapis, terutama bagi publik yang selalu membandingkannya dengan Ronaldo.

Cristiano Ronaldo tampil sebagai figur global yang memanfaatkan momentum politik dengan sangat efektif. Kehadirannya di White House lengkap dengan kata “GOAT” dari presiden menjadi simbol kuat yang akan terus dibicarakan bertahun-tahun ke depan.

Pada akhirnya, panggung Washington bukan menentukan siapa GOAT sesungguhnya. Namun drama ini jelas memperlihatkan satu hal: Messi dan Ronaldo terus menulis bab baru dalam legenda mereka, bahkan di luar lapangan sepak bola. Dan untuk White House? Mereka mungkin tidak bermaksud memilih. Namun narasi yang terbentuk di mata dunia berkata lain.