02.12.2025
Waktu membaca: 4 menit

FIFA Melunak Soal AFCON 2025, Klub Eropa Kini Boleh Tahan Pemain Afrika hingga 15 Desember

FIFA Melunak Soal AFCON 2025, Klub Eropa Kini Boleh Tahan Pemain Afrika hingga 15 Desember

Jelang penyelenggaraan Piala Afrika (AFCON) 2025, FIFA akhirnya mengambil langkah mengejutkan dengan melonggarkan aturan pelepasan pemain. Jika sebelumnya klub wajib melepas pemain Afrika H-14 sebelum turnamen, kini FIFA mengizinkan pemain tetap bertahan bersama klub hingga 15 Desember 2025, atau hanya H-7 jelang AFCON. Keputusan ini muncul setelah desakan keras dari klub-klub besar Eropa yang menilai aturan lama terlalu merugikan.

Menurut laporan DetikSport (02/12), FIFA memberikan kelonggaran tersebut setelah banyak klub Premier League mengeluhkan padatnya jadwal liga serta potensi kehilangan pemain inti lebih cepat dari yang mereka perkirakan. Dalam laporan itu, disebutkan bahwa kelonggaran ini “menjadi angin segar bagi klub-klub Inggris yang sebelumnya ketar-ketir kehilangan banyak pemain sekaligus.”

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Extra Time Indonesia (@idextratime)

Perubahan regulasi ini juga dikonfirmasi oleh laporan internasional dari Tribuna (01/12), yang menjelaskan bahwa FIFA secara resmi “mengizinkan klub menahan pemain Afrika sampai 15 Desember” seminggu lebih lambat dari batas rilis awal, 8 Desember. Tribuna bahkan menyebut keputusan ini sebagai “langkah kompromi FIFA terhadap tekanan elite Eropa.”

Liga Inggris tercatat sebagai kompetisi paling terdampak AFCON. Banyak klub top seperti Liverpool, Manchester United, Arsenal, dan Chelsea memiliki pemain kunci dari benua Afrika. Tidak heran jika mereka menjadi pihak yang paling vokal dalam mendesak perubahan.

Menurut laporan TheBizLens Tanzania (02/12), klub-klub Premier League menilai waktu pelepasan H-14 terlalu merugikan karena bertepatan dengan periode tersibuk musim: Boxing Day dan jadwal padat Desember. Media itu menulis bahwa perpanjangan waktu pelepasan ini menjadi “kelegaan signifikan bagi klub Inggris yang berjuang mempertahankan performa di tengah jadwal brutal akhir tahun.”

Keputusan FIFA ini membuat para pelatih mendapat ekstra satu pekan untuk memaksimalkan rotasi. Dalam banyak kasus, itu berarti pemain Afrika masih bisa tampil di dua hingga tiga laga penting sebelum bertolak ke kamp timnas masing-masing.

Federasi Afrika Keberatan, Persiapan Tim Nasional Terganggu

Namun keputusan ini tidak diterima sepenuhnya di pihak Afrika. Seneweb Senegal (02/12) melaporkan bahwa sejumlah federasi nasional keberatan karena waktu persiapan menjadi semakin pendek. Senegal, Maroko, dan Pantai Gading disebut paling vokal menentang pelonggaran tersebut. Media tersebut menilai keputusan FIFA “berpotensi mengacaukan rencana pemusatan latihan dan uji coba” karena pemain bergabung terlalu dekat dengan hari pertandingan.

Pelatih beberapa tim nasional bahkan menyebut aturan baru ini merugikan negara peserta, sementara klub Eropa justru mendapatkan keuntungan besar. Ada kekhawatiran bahwa beberapa pemain tiba dalam kondisi lelah karena jadwal domestik yang padat.

FIFA Memilih Jalan Tengah: Klub Puas, Negara Peserta Geram

Meski menuai kritik, FIFA tetap memutuskan untuk mempertahankan aturan baru ini demi menjaga hubungan dengan klub-klub raksasa Eropa pihak yang selama bertahun-tahun menjadi sumber konflik terkait agenda internasional.

Menurut OneFootball (01/12), keputusan FIFA ini merupakan upaya mencari “jalan tengah” setelah terjadi kebingungan mengenai tanggal pelepasan pemain. Media tersebut menjelaskan bahwa awalnya terdapat dua tanggal berbeda dalam dokumen FIFA dan CAF, sehingga keputusan final harus diperjelas demi menghindari polemik lebih besar.

Pada akhirnya, FIFA memilih mengikuti desakan klub dengan opsi rilis pemain pada 15 Desember, bukan 8 Desember. Langkah ini disebut OneFootball sebagai “kompromi yang cenderung menguntungkan Eropa.”

Keputusan FIFA ini mengubah dinamika kompetisi Eropa pada Desember 2025. Klub kini punya waktu lebih panjang untuk memanfaatkan pemain Afrika mereka, terutama dalam pertandingan penting sebelum jeda musim dingin. Liverpool, misalnya, bisa mempertahankan Mohamed Salah lebih lama. Arsenal bisa tetap memainkan Thomas Partey untuk laga-laga krusial. Sementara Manchester United tidak kehilangan Sofyan Amrabat terlalu cepat.

Namun bagi negara Afrika, pemotongan waktu latihan hanya menjadi batu sandungan baru jelang turnamen terbesar mereka. FIFA kini berada di tengah dua kepentingan: klub Eropa yang menuntut perlindungan kompetisi domestik, dan tim nasional Afrika yang menginginkan persiapan ideal jelang AFCON 2025. Meski keputusan 15 Desember memberikan kemudahan bagi klub, polemik antara federasi dan klub diprediksi masih akan berlanjut hingga turnamen dimulai.

Keputusan ini mungkin “melunak”, tetapi dampaknya sudah mengubah peta persiapan AFCON 2025 baik dari sisi klub, pemain, maupun negara peserta.