15.11.2025
Waktu membaca: 4 menit

Datang ke Paddock MotoGP Valencia : Marquez Merasa Ada yang Aneh

Datang ke Paddock MotoGP Valencia : Marquez Merasa Ada yang Aneh

Marc Marquez biasanya identik dengan senyum lebar setiap kali menginjakkan kaki di paddock MotoGP Valencia. Sirkuit Ricardo Tormo adalah salah satu lintasan favoritnya, tempat ia merayakan gelar dan pesta penutup musim.

Namun kali ini, suasananya terasa aneh. Bukan karena persaingan di lintasan, melainkan karena bayangan banjir bandang dan badai DANA yang baru saja menghantam wilayah Valencia dan sekitarnya. Bukan hanya sirkuit yang rusak, tapi juga rumah, jalan, dan—yang paling menyakitkan—nyawa ratusan warga yang melayang.(Carapandang | Beranda Carapandang)

Di tengah situasi itu, wajar bila Marquez mengaku hatinya “tidak sepenuhnya berada di paddock”.

Valencia Berduka, GP Penutup Musim di Sorotan

Badai ekstrem bernama DANA menerjang wilayah timur Spanyol pada akhir Oktober. Valencia jadi salah satu area paling parah terdampak, dengan sedikitnya sekitar 90–100 korban jiwa dan kerusakan berat di berbagai kota.(Carapandang | Beranda Carapandang)

Padahal, di kalender MotoGP 2024, GP Valencia dijadwalkan menjadi seri pamungkas musim ini pada 15–17 November di Sirkuit Ricardo Tormo, Cheste.(Carapandang | Beranda Carapandang)

Dalam kondisi normal, akhir pekan di Ricardo Tormo selalu jadi festival: tribun penuh, kembang api di langit malam, dan paddock yang sibuk dari pagi sampai larut. Tahun ini, suasana itu kontras dengan gambar di berita: rumah hanyut, mobil terendam, dan warga mengungsi.

“Secara Etika, Seharusnya MotoGP Valencia Tak Digelar”

Marquez menjadi salah satu suara paling lantang yang mempertanyakan kelayakan balapan di Valencia. Dalam wawancara jelang MotoGP Malaysia, ia menilai balapan di tengah bencana akan menjadi “kesalahan secara etika”.(Motorsport)

Sebagai pembalap Spanyol yang lahir dan besar tak jauh dari wilayah terdampak, Marquez mengaku sulit menonton gambar-gambar banjir tanpa merasa terguncang. Ia menegaskan, prioritas pemerintah seharusnya adalah korban, bukan sirkuit.(https://sports.okezone.com/)

Intinya, menurut Marquez, tidak masuk akal jika anggaran dan tenaga segera dikerahkan untuk memperbaiki lintasan, sementara begitu banyak orang kehilangan rumah.

Datang ke Paddock, Perasaan Campur Aduk

Bagi Marquez, Valencia punya tempat spesial:

  • Pernah jadi lokasi penentu gelar,
  • Sering jadi ajang selebrasi dengan fans lokal,
  • Sirkuit yang atmosfernya selalu “hangat”.(Crash.net)

Karena itu, ketika ia membayangkan kembali berjalan di lorong paddock, suasananya terasa tidak wajar. Di balik hiruk-pikuk kamera dan suara mesin, ia tahu ada banyak warga yang masih berjuang membersihkan lumpur di rumahnya.

Kontras inilah yang membuat Marquez “merasa ada yang aneh” dengan ide menggelar balapan seperti biasa. Paddock yang ramai seolah berada di dunia berbeda dengan kota yang sedang berduka.

Bukan Sekadar Marquez, Para Rider Turut Bersikap

Marquez bukan satu-satunya yang angkat suara. Sejumlah pembalap MotoGP lain juga menyuarakan kegelisahan serupa dan mendesak agar putaran final dipindah dari Valencia atau bahkan dibatalkan, demi menghormati para korban bencana.(Bola.net)

Sebagian menilai, olahraga memang penting, tapi bukan prioritas utama ketika sebuah wilayah baru saja dihantam tragedi kemanusiaan.

Dorna dan Pemerintah Spanyol di Tekanan

Di sisi lain, pihak promotor MotoGP dan pemerintah Spanyol berada dalam posisi serba salah. Dari sisi ekonomi dan kalender, GP Valencia punya nilai besar:

  • Menjadi seri penutup musim,
  • Mengundang banyak wisatawan,
  • Menggerakkan sektor pariwisata dan jasa setempat.(Motorsport)

Namun tekanan moral dari publik dan para pembalap, termasuk Marquez, membuat mereka mau tak mau mempertimbangkan ulang keputusan. Beberapa laporan menyebut, opsi memindahkan lokasi final atau membatalkan seri Valencia masuk ke meja diskusi.(Media Indonesia)

Antara Pesta Balapan dan Empati Kemanusiaan

Di titik ini, perdebatan soal MotoGP Valencia bukan lagi semata-mata urusan siapa juara dunia atau siapa menang di balapan terakhir, tetapi soal nilai kemanusiaan.

Marc Marquez berdiri di persimpangan itu:

  • Sebagai atlet, ia tentu ingin balapan di depan publik Spanyol.
  • Tapi sebagai manusia, ia merasa lebih penting memastikan korban banjir mendapat perhatian penuh.(https://sports.okezone.com/)

Maka, ketika ia membayangkan datang ke paddock MotoGP Valencia di tengah situasi seperti ini, wajar jika Marquez merasa ada yang tidak pada tempatnya. Suasana paddock MotoGP biasanya penuh tawa, obrolan santai antar kru, serta aroma kafe yang bercampur dengan suara mesin. Di Valencia tahun ini, bayangan Marquez tentang paddock selalu ditemani satu pertanyaan besar:

“Layakkah kita berpesta ketika tetangga kita baru saja kehilangan segalanya?”

Selama pertanyaan itu belum terjawab, Marquez akan terus merasa ada yang aneh setiap kali nama MotoGP Valencia disebut.