25.09.2025
Waktu membaca: 4 menit

Carlo Ancelotti Beri Komentar Mengejutkan Terkait Karir di Bayern Munchen

Carlo Ancelotti at Bayern Munchen 2016/17

Pelatih kepala Timnas Sepak Bola Brazil dan legenda kompetisi Eropa, Carlo Ancelotti, baru-baru ini menarik perhatian publik dengan salah satu pengakuannya terkait masa baktinya bersama Bayern Munchen, yang kini dibagikan di ranah media sosial.

Dalam penggalan yang diambil dari buku biografi terbarunya yang berjudul Der Traum (The Dream), maestro asal Italia tersebut menyebut karirnya di Bayern Munchen yang bertahan hanya setahun, yakni selama musim 2016/17, adalah pengalaman terkejam yang pernah dialami sepanjang masa karirnya dalam dunia sepak bola.

Salah satu poin yang disorot adalah komentarnya terkait tingginya ekspektasi raksasa Bundesliga tersebut saat bermain dalam kompetisi Liga Champions Eropa dan penekanan tentang betapa sulitnya berkomunikasi dengan pemegang saham yang berbeda-beda, terutama para pemain legendaris yang memegang jabatan strategis dalam klub tersebut.

Ancelotti juga menjelaskan bahwa saat itu Ia mengalami kesulitan dalam mengadaptasikan strateginya untuk menemukan keseimbangan antara pemain yang berumur dengan pemain muda. Terkait hal ini, Ia mengatakan bahwa kekalahan 3-0 dari PSG (September 2017) saat timnya bermain dominan menjadi penutup karirnya di Jerman.

Selain Bayern, Ancelotti mengomentari Real Madrid, Chelsea, dan Juventus keputusan mereka yang memecatnya secara dingin.

Menghadapi situasi yang berbeda

Meski keputusan mereka terkesan kejam, kekecewaan Bayern Munchen terhadap Carlo Ancelotti cukup dipahami karena mereka mengontraknya saat Ia berada dalam momentum luar biasa bersama Real Madrid sedari tahun 2013 hingga pertengahan 2015.

Sebelumnya, Ancelotti telah bertemu dengan Bayern Munchen dalam babak semifinal Liga Champions 2013/14. Mengandalkan skuad yang saat itu diperkuat bintang seperti Karim Benzema, Luka Modric, Xabi Alonso, Sergio Ramos, dan Cristiano Ronaldo, Ia mengejutkan penonton dengan menghancurkan Die Roten yang dinahkodai Pep Guardiola dalam dua leg, 1-0 di Santiago Bernabeu dan 0-4 di Allianz Arena.

Musim berikutnya, Ia kembali membawa Real Madrid melaju jauh dalam Liga Champions 2014/15. Sayangnya, perjalanannya dihentikan oleh Juventus yang kala itu dipimpin Massimiliano Allegri dalam semifinal. Tanpa gelar, Ia akhirnya keluar dari markas Los Blancos dan mengambil rehat satu musim sebelum memutuskan untuk masuk ke Bayern Munchen, menggantikan Guardiola yang berakhir kontrak setelah musim 2015/16.

Kehadiran Ancelotti pada awalnya mendapat sambutan hangat dari para penggemar Bayern Munchen maupun para pemainnya yang menyaksikan sepak terjang Ancelotti sebagai manajer dalam dua tahun sebelumnya. Sayangnya, mentalitas dan kondisi sepak bola Jerman yang lebih kaku dari La Liga Spanyol membuatnya kesulitan beradaptasi dan berbalik menjadi target kritik dari pemainnya sendiri, terutama Arjen Robben, Franck Ribery, dan Mats Hummels.

Meski pada akhirnya memenangkan gelar juara Bundesliga 2016/17, performa Bayern Munchen bersama Ancelotti semakin memburuk dan Ia dikeluarkan dengan cepat. Selepas dari Jerman, pelatih yang pernah menjadi gelandang di Serie A itu berkelana mengasuh Napoli dan Everton selama tahun 2018 hingga pertengahan 2021, namun tidak mengantongi gelar bergengsi satu pun.

Nama besarnya kembali menjadi perhatian saat Ia kembali ke Real Madrid untuk menggantikan legenda Zinedine Zidane yang turun dari jabatan manajer selepas musim 2020/21. Hanya setahun sejak mengambil alih, Ia membawa tim itu memenangkan trofi Liga Champions 2021/22 dengan mengalahkan Liverpool dalam babak final dramatis yang tersaji di Paris. Dua tahun selanjutnya (2023/24), Ia kembali memenangkannya dengan mengalahkan Borussia Dortmund di final.

Memasuki lembar baru bersama Timnas Brazil

Performa Real Madrid kemudian menurun di musim 2024/25 dan menjadi sebuah masa mengecewakan yang sangat terbalik dengan sang rival, FC Barcelona, yang saat itu baru diperkuat pelatih Hansi Flick. Pada akhirnya, Ancelotti dan Real Madrid memutuskan untuk tidak meneruskan kontraknya, dan memberikan tempat bagi Xabi Alonso dimulai pada musim 2025/26 ini.

Menariknya, ketimbang menunggu peluang-peluang baru dengan sabar seperti dulu, Ancelotti langsung memutuskan untuk menerima tawaran sebagai pelatih Timnas Brazil, tak lama setelah meninggalkan Real Madrid.

Posisi ini menjadi pengalaman pertama Ancelotti sebagai pelatih Timnas di kancah internasional. Sebelumnya, Ia hanya memiliki pengalaman sebagai asisten pelatih Arrigo Sacchi di Timnas Italia pada tahun 1994.

Pada bulan Juni lalu, Ancelotti telah menuntaskan target pertamanya dengan meloloskan Brazil dalam kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026. Namun, tantangan terbesar tentunya baru akan dimulai, terutama dengan lineup yang saat ini kerap dikritik sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah sepak bola Brazil.