24.11.2025
Waktu membaca: 4 menit

Arsenal vs Tottenham: Hat-trick Bersejarah Eberechi Eze!

Arsenal vs Tottenham: Hat-trick Bersejarah Eberechi Eze!

Derby London Utara di Emirates Stadium, Minggu 23 November 2025, resmi menjadi milik Arsenal. The Gunners menghancurkan Tottenham Hotspur dengan skor 4-1, dan seluruh sorotan jatuh kepada satu nama: Eberechi Eze, rekrutan baru yang malam itu menjelma jadi superstar. Laga ini juga mengantar Arsenal menjauh enam poin di puncak klasemen Premier League 2025/26 dan memperpanjang laju tak terkalahkan mereka.

Yang membuat cerita makin dramatis, Eze sebelumnya sempat sangat dekat dengan Tottenham sebelum akhirnya memilih Arsenal dalam saga transfer panas musim panas lalu. The Gunners menebusnya dari Crystal Palace dengan paket hingga sekitar £67,5 juta setelah “membajak” kesepakatan Spurs di tikungan terakhir.

Di laga ini, Eberechi Eze mencetak hat-trick pertamanya di Premier League pada laga ini, langsung di panggung besar derby London Utara. Ia menjadi pemain Arsenal pertama yang mencetak hat-trick di derby liga melawan Spurs sejak Alan Sunderland pada 1978, sekaligus pemain pertama yang melakukannya di era Premier League.

Trossard Membuka Jalan, Eze Menyusul

Pertandingan sebenarnya dimulai dengan tempo hati-hati. Tottenham, di Thomas Frank, turun dengan pendekatan hati-hati dan blok pertahanan yang dalam, berupaya mematikan ruang antar lini Arsenal. Namun ketahanan itu runtuh di menit ke-33 ketika tekanan beruntun tuan rumah akhirnya berbuah gol: Leandro Trossard memecah kebuntuan setelah bola liar di kotak penalti disambar dengan penyelesaian klinis.

Gol tersebut mengubah atmosfer. Emirates yang sempat tegang mendadak bergemuruh, dan dari titik itu Arsenal mulai bermain lebih lepas. Di penghujung babak pertama, Eze menunjukkan sekilas kualitas yang membuat Arsenal berani menginvestasikan dana besar. Berawal dari pergerakan di half-space, ia menerima bola menghadap gawang, mengelabui satu bek, lalu melepaskan tembakan mendatar terarah ke sudut gawang untuk mengubah skor menjadi 2-0.

Tottenham masuk ruang ganti dengan wajah muram. Rencana bertahan rapat dan mencuri momen lewat serangan balik justru membuat mereka terlalu dalam dan jarang keluar dari tekanan.

Gol Jarak Jauh Richarlison, Show Eze Berlanjut

Memasuki babak kedua, Spurs mencoba merespons dengan perubahan bentuk dan memasukkan pemain yang lebih ofensif. Perubahan itu sempat membuahkan harapan di menit ke-55 ketika Richarlison mencetak gol spektakuler: sebuah lob jarak jauh sekitar 35–40 yard yang menembus gawang Arsenal. Gol ini sempat menghidupkan sektor tandang suporter Spurs yang selama hampir satu jam terbungkam.

Namun malam itu memang milik Arsenal, dan terutama milik Eze. Alih-alih panik setelah kebobolan, pasukan Mikel Arteta justru menaikkan intensitas. Umpan-umpan pendek cepat di area sepertiga akhir membuat pertahanan Spurs kembali tertekan.

Tak lama kemudian, Eze kembali memanfaatkan kelonggaran di depan kotak penalti. Lewat kombinasi satu dua sentuhan, ia masuk ke ruang tembak dan melepaskan sepakan akurat yang membuat skor menjadi 3-1. Gol kedua ini memotong momentum kebangkitan Spurs dan praktis mengembalikan kontrol penuh kepada Arsenal.

Puncak pertunjukan hadir pada menit ke-76. Eze menerima bola di tepi kotak, berhenti sejenak seolah membekukan waktu, lalu mengiris ke dalam. Satu bek Spurs terjatuh akibat tipuan badannya, dan sang playmaker menyelesaikan peluang dengan tendangan tenang ke tiang jauh. Emirates meledak – bukan hanya karena gol keempat, tapi karena mereka menyaksikan lahirnya momen ikonik derby.

Secara statistik, Arsenal benar-benar berada di level berbeda pada malam itu. Tottenham hanya mampu mencatatkan empat sentuhan di kotak penalti Arsenal sepanjang laga, dengan nilai expected goals yang sangat rendah sekitar 0,07 – angka yang menggambarkan betapa minimnya kualitas peluang Spurs.

Arsenal, sebaliknya, mendikte tempo dengan penguasaan bola yang dominan, volume tembakan yang jauh lebih tinggi, dan tekanan konstan di area pertahanan lawan. Eze sendiri tampil komplet: bukan hanya tiga gol, tetapi juga kontribusi dalam build-up, dribel progresif, hingga pressing saat kehilangan bola. Mikel Arteta bahkan menyebut sang playmaker menambahkan “aura” spesial ke timnya, sebuah pujian yang jarang ia lontarkan secara terbuka.

Pertahanan Arsenal pun relatif nyaman, meski sempat kecolongan oleh momen jenius Richarlison. Struktur blok menengah yang rapi, ditambah kemampuan mematikan transisi Spurs, membuat lawan nyaris tak pernah mendapatkan situasi satu lawan satu yang menguntungkan.