17.10.2025
Waktu membaca: 5 menit

AFC Awards 2025: Didominasi Arab dan Jepang

AFC Awards 2025: Didominasi Arab dan Jepang

Gelar prestisius AFC Awards 2025 resmi digelar di King Fahad Cultural Center, Riyadh, Arab Saudi, pada 16 Oktober 2025. Ajang tahunan yang diselenggarakan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) ini menjadi panggung bagi bintang-bintang terbaik benua kuning, dari para pemain, pelatih, hingga federasi nasional. Tahun ini, sorotan utama jatuh kepada Salem Al Dawsari dari Arab Saudi dan Hana Takahashi dari Jepang yang sama-sama menyabet gelar pemain terbaik Asia. (CNN Indonesia, 16/10)

Al Dawsari Kembali Tak Tertandingi

Piala ke dua Al Dawsari di AFC Award 2025

Kapten tim nasional Arab Saudi, Salem Al Dawsari, membuktikan dominasinya sebagai bintang paling bersinar di Asia. Winger lincah milik Al Hilal ini kembali menyabet penghargaan Pemain Terbaik Asia untuk kedua kalinya setelah sebelumnya memenangkannya pada 2022. Penampilannya di AFC Champions League Elite dan Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi pembeda, di mana ia tampil tajam dan konsisten sepanjang musim. (Bola.com, 16/10)

Dalam pidatonya usai menerima trofi, Al Dawsari menyebut penghargaan ini bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga buah dari kerja keras seluruh skuad Al Hilal dan dukungan rakyat Arab Saudi. Pemain berusia 34 tahun ini menjadi simbol kebangkitan sepak bola Arab Saudi yang kembali menunjukkan taringnya di kancah Asia dan dunia. (Suara.com, 16/10)

Jepang Kembali Puncaki Sepak Bola Wanita Asia

Di sisi sepak bola wanita, gelar Pemain Terbaik Asia jatuh kepada Hana Takahashi dari Urawa Red Diamonds Ladies. Bek tangguh ini sukses membawa klubnya menjuarai AFC Women’s Club Championship dan tampil menonjol di tim nasional Jepang pada ajang Piala Asia Wanita. (Antara, 16/10)

Perwakilan Hana Takahashi di AFC Award 2025

Takahashi menjadi pemain belakang pertama asal Jepang yang meraih gelar ini dalam satu dekade terakhir, menandakan kualitas pertahanan Jepang yang semakin solid di level klub dan internasional. Dalam konferensi pers, kapten Urawa itu menegaskan motivasinya adalah menginspirasi generasi baru pesepak bola wanita Jepang untuk terus bermimpi. (Kompas, 17/10)

Lee Kang-in, Bayangan Asia di Eropa

Lee Kang-in selebrasi di UEFA Champions League

Sementara itu, kategori Pemain Asia Internasional Terbaik dimenangkan oleh bintang muda Korea Selatan, Lee Kang-in. Gelandang Paris Saint-Germain ini dipuji performanya di Ligue 1 dan kontribusinya bagi tim nasional Korea Selatan dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Bola.com, 16/10)

Lee telah menjadi simbol pemain Asia modern: cepat, teknis, dan cerdas secara taktik. Ia kini masuk radar klub-klub elite Eropa lainnya dan menjadi inspirasi utama pemain-pemain muda Korea untuk berkarier di luar negeri. “Saya ingin membuktikan bahwa pemain Asia bisa bersaing dengan siapa pun,” ujar Lee dalam sesi wawancara di Paris. (Skor.id, 16/10)

Federasi Malaysia Raih Penghargaan Meski Diterpa Skandal

Salah satu sorotan terbesar malam penghargaan datang ketika Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) didapuk menerima medali perak untuk kategori Pengembangan Sepak Bola Akar Rumput. Penghargaan ini mengejutkan banyak pihak karena Malaysia tengah diterpa kritik soal proyek naturalisasi dan performa tim nasional yang inkonsisten. (Bolasport, 16/10)

Namun, AFC menilai pendekatan FAM dalam menumbuhkan talenta muda melalui akademi regional serta kolaborasi dengan klub lokal menjadi langkah positif. Proyek “FAM Youth Acceleration” yang dijalankan sejak 2023 dinilai sukses mencetak lebih dari 200 pemain muda potensial dalam dua tahun terakhir. (Skor.id, 16/10)

Ketua FAM, Hamidin Mohd Amin, menyebut penghargaan ini sebagai dorongan moral bagi sepak bola Malaysia untuk terus berbenah. “Kami sadar masih banyak pekerjaan rumah, tapi penghargaan ini membuktikan arah pembinaan kami sudah di jalur yang tepat,” tegasnya. (CNN Indonesia, 16/10)

Munculnya Nama Baru dari Australia dan Korea Utara

Wonderkid dari Melbourne Victory

Dua pemain muda juga mencuri perhatian lewat penghargaan Rising Star AFC. Alex Badolato dari Melbourne Victory (Australia) meraih penghargaan Pemain Muda Terbaik Asia berkat performanya yang konsisten di A-League dan kepercayaan penuh dari pelatih tim senior Socceroos. (Bola.com, 16/10)

Untuk kategori wanita, Choe Il Son asal Korea Utara memenangi trofi Pemain Muda Terbaik. Gelandang 18 tahun ini menjadi motor permainan klub 4.25 SC dan disebut-sebut akan menjadi aset besar untuk masa depan tim nasional. (Antara, 16/10)

Pelatih Korea Utara, Ri Song Ho, yang menukangi tim U-20 wanita negaranya, juga tak luput dari sorotan. Ia menyabet penghargaan Pelatih Terbaik Pria 2025 setelah membawa negaranya merebut gelar Kejuaraan AFC U-20 dengan rekor tak terkalahkan. (Republika, 16/10)

Dominasi Timur dan Barat dalam Lanskap Asia

AFC Awards 2025 memperlihatkan dengan jelas keseimbangan kekuatan antara Asia Timur dan Asia Barat. Jepang, Korea, dan Arab Saudi mendominasi penghargaan utama, menegaskan bahwa pusat perkembangan sepak bola benua kini dibelah menjadi dua poros besar dengan infrastruktur modern, investasi klub yang masif, dan sistem pembinaan yang mapan. (CNN Indonesia, 16/10)

Arab Saudi misalnya, di proyek besar “Saudi Vision 2030”, terus mengembangkan liga domestiknya dengan mendatangkan pelatih dan pemain kelas dunia, yang dampaknya langsung terasa dalam performa tim nasional. (Bola.com, 16/10)

Sementara Jepang tetap menjadi teladan dalam pembinaan usia muda berkelanjutan. Model akademi mereka yang sistematis melahirkan bintang-bintang yang sukses berkarier di Eropa seperti Takefusa Kubo dan Kaoru Mitoma. (Kompas, 17/10)

Apresiasi dan Kritik terhadap AFC Awards

Meski gelaran ini dinilai sukses dan meriah, sejumlah pihak memberikan catatan. Beberapa pengamat menilai AFC Awards cenderung menampilkan dominasi negara tertentu tanpa representasi yang merata dari Asia Tenggara. Tidak ada pemain atau pelatih dari Indonesia, Vietnam, atau Thailand yang masuk dalam daftar finalis tahun ini, hal yang memantik perbincangan di media sosial. (Antara, 16/10)

Namun, AFC menegaskan seluruh proses seleksi dilakukan berdasarkan performa objektif dan pencapaian kompetitif selama satu tahun kalender. “Kami menilai berdasarkan kontribusi nyata, bukan popularitas,” ujar Sekjen AFC, Datuk Windsor John. (Skor.id, 16/10)

Penutup: Simbol Kebangkitan Sepak Bola Asia

AFC Awards 2025 bukan hanya sekadar ajang pemberian trofi. Lebih dari itu, momen ini menjadi refleksi arah baru sepak bola Asia yang semakin progresif, kompetitif, dan terbuka menghadapi dunia. Dari Riyadh hingga Tokyo, spirit pemain Asia kini semakin menembus batas. (Bola.com, 16/10)

Dalam deretan nama besar seperti Salem Al Dawsari dan Hana Takahashi, tersimpan harapan besar bahwa masa depan sepak bola Asia akan terus berkembang dan menghasilkan generasi penerus yang mampu bersaing dengan Eropa maupun Amerika Selatan. Ajang tahun ini menjadi bukti, bahwa Asia tidak lagi sekadar pelengkap melainkan kekuatan sejati yang siap mengukir sejarah. (CNN Indonesia, 16/10)