06.12.2025
Waktu membaca: 3 menit

John Cena Muncul di Podcast Joe Rogan, Fans UFC & WWE Kompak Bercanda “Gimana Wawancaranya Kalau Nggak Kelihatan?”

John Cena Muncul di Podcast Joe Rogan, Fans UFC & WWE Kompak Bercanda “Gimana Wawancaranya Kalau Nggak Kelihatan?”

 JRE #2423 menghadirkan John Cena, dan reaksi internet langsung seragam: “Gimana caranya mewawancarai orang yang nggak kelihatan?” Candaan lama itu warisan meme “You can’t see me” kembali jadi bahan utama timeline. Bukan sekadar obrolan selebritas, pertemuan ikon pro-wrestling yang kini aktor Hollywood dengan podcaster paling berpengaruh di MMA ini jadi momen silang-budaya: UFC bertemu WWE, tepat saat Cena mendekati laga terakhir dalam kariernya.

Bagi yang belum mengikuti, kemunculan Cena hadir di penghujung perjalanan legendaris: 17 gelar dunia, dua dekade berada di puncak, dan satu tanggal pamungkas pada 13 Desember di Saturday Night’s Main Event. Slogan “You can’t see me” sendiri bukan sekadar ejekan; itu sudah jadi muscle memory bagi fans gulat sejak awal 2000-an lahir dari gerakan tari sang kakak, diabadikan lewat gerakan tangan di depan wajah, bahkan dijadikan judul album rap. Lebih dari satu dekade kemudian, frasa itu hidup sebagai lelucon internet: jika ada John Cena di foto, warganet bersikeras ia “tak terlihat”.

Jadi ketika Joe Rogan mengunggah hampir dua jam audio–video berisi Cena berbicara jujur tentang pensiun, penyesalan, politik, hingga Vince McMahon, punchline-nya seolah menulis diri sendiri. Fans bereaksi seperti biasanya: serius, tidak serius, dan mendaur ulang lelucon yang sama dalam ribuan cara kreatif.

“Joe lagi wawancara mikrofon, wtf.”

Satu komentar menulis, “Joe interviewing a microphone wtf.” Sekilas sepele, tapi tepat mengenai inti lore Cena. Set panggung JRE terkenal minimalis: dua kursi, satu meja, mikrofon, dan obrolan. Hilangkan “sosok” Cena dari visual, yang tersisa hanya suara tanpa tubuh dan mikrofon yang seolah menggantung di ruang hampa humor yang efektif karena sang bintang sendiri lama merangkul gimmick “tak terlihat”.

Komentar lain menyebut, “Kesempatan emas terlewat thumbnail-nya harusnya cuma backdrop doang.” Ini menunjukkan kefasihan fans gulat dalam bahasa meme. Thumbnail YouTube punya peran besar, apalagi untuk JRE yang mengandalkan visual untuk klik. Fans bukan mengecam isi podcast; mereka membayangkan meta joke terbaik: frame kosong, tanpa tamu, hanya Rogan dan ruang negatif. Melihat umur panjang “you can’t see me” di internet, wajar jika audiens berharap platform raksasa pun ikut “main”.

Ada juga yang menulis, “Lihat nama tamu, masuk hanya untuk cek apakah komentarnya bahas ‘nggak bisa lihat tamunya’. Pulang puas.” Reaksi ini bicara banyak: bahkan sebelum menekan tombol play, fans sudah tahu bagaimana internet bereaksi dan mereka ingin ikut serta. Status meme Cena kini nyaris setara dengan jumlah sabuknya. Walau topik yang dibahas bareng Rogan serius dari permintaan maaf berbahasa Mandarin yang kontroversial sampai pandangan soal McMahon penonton tetap kembali ke humor bersama. Rasanya sudah jadi ritual.

Nostalgia yang Mengundang “Glass Shatter”

Seorang fans bercanda, “Saat Cena menatap kamera dan mengajak Steve Austin datang ke acara Joe, gue 95% yakin bakal dengar suara kaca pecah.” Ini bukan sekadar meme; ini nostalgia. Suara “glass shatter” identik dengan Stone Cold Steve Austin. Setelah Rogan menghadirkan Hulk Hogan, The Undertaker, The Rock, dan kini Cena seraya mengundang Austin fans mencium peluang satu crossover besar lagi.

Komentar lain melihat potensi yang lebih luas: “Kita butuh podcast Paul Heyman.” Bagi penikmat gulat lama, Paul Heyman adalah mesin pencerita: arsitek era, bukan sekadar karakter. Setelah mendengar Cena bicara tentang akuntabilitas, memaafkan, dan tahu kapan harus melangkah pergi, jelas ada selera untuk konten yang menggali lebih dalam dari para “arsitek” industri, bukan hanya ikonnya.

Pada akhirnya, rangkaian lelucon itu bukan pengalih pesan Cena. Justru, itu bukti betapa dalam warisan budayanya meresap. Menjelang pertandingan terakhir, respons penampilan Cena di JRE menunjukkan satu hal penting: orang masih mendengarkan ketika ia berbicara. Mereka tetap peduli dengan pikirannya sembari tertawa, bernostalgia, dan pura-pura “tak bisa melihat” salah satu bintang paling terlihat yang pernah dimiliki industri ini.