01.12.2025
Waktu membaca: 5 menit

Manchester United jadi Raja Bola Mati: Fakta Setan Merah Menang Lewat Sepak Pojok

Manchester United jadi Raja Bola Mati: Fakta Setan Merah Menang Lewat Sepak Pojok

Manchester United pelan-pelan berubah wajah di era Ruben Amorim. Kalau beberapa musim lalu Setan Merah sering jadi bahan olok-olok karena mudah kebobolan dari bola mati, kini situasinya berbalik total. United justru dikenal sebagai salah satu tim paling berbahaya di Premier League ketika mendapat tendangan sudut atau free kick di sepertiga akhir lapangan. (Bola.net, 27/02)

Transformasi Manchester United dari 16 besar ke Raja Bola Mati

Awal transformasi ini mulai terbaca sejak musim 2024/25. Laporan The Football Faithful yang membahas tim dengan gol set-piece terbanyak mencatat Manchester United sudah mengemas lima gol dari situasi bola mati di Premier League musim itu, tanpa menghitung penalti. Untuk tim yang sebelumnya jarang mencetak gol dari skema seperti ini, angka tersebut dianggap sebagai sinyal bahwa United mulai sangat serius menggarap bola mati di Amorim. (The Football Faithful, 05/12)

Musim berikutnya, grafiknya bukan hanya bertahan, tapi melonjak. Score.co.id yang mengutip data analitik menyebut United kini menjadi tim paling efektif mengeksekusi sepak pojok di Premier League 2025/26. Rata-rata, mereka mencetak sekitar 14,3 gol dari setiap 100 sepak pojok, mengungguli Arsenal yang selama ini dikenal sebagai spesialis bola mati dan “hanya” berada di kisaran 10 gol dari jumlah corner yang sama. Dalam persaingan gelar yang sering ditentukan detail kecil, efisiensi seperti ini jelas terasa seperti senjata rahasia. (Score.co.id, 12/11)

Media Lingkaran Bola bahkan memberi label lebih ekstrem: “raja gol sepak pojok di Premier League, bahkan Arsenal pun kalah.” Dalam laporannya, mereka menjelaskan bahwa United sudah mencetak enam gol dari sepak pojok hanya dalam 12 pekan, dengan efisiensi 14,3 gol per 100 tendangan sudut – tertinggi di liga. Latihan khusus set piece, kehadiran staf analis bola mati, dan pemanfaatan bek-bek bertubuh jangkung membuat setiap corner United terasa seperti peluang setengah matang yang bisa berubah jadi gol kapan saja. (LingkaranBola, 12/11)

Asia9Sports ikut menyoroti betapa tajamnya MU dari situasi bola mati. Dalam artikel “Bola Mati: Senjata Mematikan Manchester United”, mereka mencatat bahwa dalam lima laga terbaru di semua kompetisi, enam dari tujuh gol United lahir dari skema bola mati. Laga dramatis kontra Ipswich Town di Old Trafford jadi contoh paling jelas: United menang 3-2 dan tiga gol mereka semuanya berawal dari tendangan bebas atau sepak pojok dengan Bruno Fernandes sebagai eksekutor utama. (Asia9Sports, 27/02)

Bola.net menulis hal senada. Media tersebut menyoroti bahwa dalam periode tertentu, tujuh dari sepuluh gol tandang Manchester United lahir dari bola mati atau set piece. Artinya, ketika bermain jauh dari Old Trafford, United justru sangat menggantungkan asa pada sepak pojok, free kick tidak langsung, maupun skema bola mati terencana. Bagi tim tamu, memberi corner kepada MU sekarang hampir sama berbahayanya dengan memberi penalti setengah langkah. (Bola.net, 01/12)

Senjata Maut yang Bisa Menentukan Gelar Manchester United

Di balik angka-angka itu, ada tangan dingin Ruben Amorim. Dalam beberapa wawancara yang dikutip media Inggris dan disarikan oleh BolaSkor, Amorim menegaskan bahwa “pertandingan bisa ditentukan lewat satu tendangan sudut”. Ia dan stafnya menghabiskan banyak waktu untuk mengamati kecenderungan lawan di bola mati, merancang variasi gerakan blok dan lari di kotak penalti, serta memaksimalkan kualitas umpan dari Bruno Fernandes dan para eksekutor lain. (BolaSkor, 08/11)

Score.co.id merangkum perjalanan ini dengan cukup tajam: di awal masa jabatannya, Amorim mewarisi tim yang rapuh ketika menghadapi sepak pojok, tetapi dalam waktu sekitar satu musim, United justru bertransformasi menjadi tim paling mematikan dari sudut lapangan. Kombinasi tiga bek tinggi seperti Matthijs de Ligt, Harry Maguire, dan Leny Yoro, plus sosok penyerang target seperti Benjamin Sesko, disebut sebagai paket sempurna untuk mendominasi duel udara di kotak penalti lawan. (Score.co.id, 12/11)

Lingkaran Bola menambahkan bahwa keunggulan United bukan hanya karena sering mendapat sepak pojok, tetapi karena kualitas eksekusinya. Dari puluhan corner yang diambil hingga pertengahan musim, efisiensi konversi menjadi gol dan angka expected goals (xG) dari sepak pojok United termasuk yang tertinggi di liga. Ini menunjukkan bahwa pendekatan Amorim terhadap bola mati bukan sekadar mengandalkan fisik, tetapi juga detail taktis yang sangat spesifik. (LingkaranBola, 12/11)

Meski demikian, cerita MU dan bola mati belum sepenuhnya sempurna. Di beberapa momen, terutama di fase awal proyek Amorim, mereka masih kerap kebobolan dari corner karena masalah marking dan kalah duel udara. Beberapa kekalahan telak sempat memunculkan lagi narasi “rapuh di bola mati”. Hanya saja, seiring berjalannya musim, frekuensi kesalahan itu mulai menurun, sementara kontribusi gol dari set piece semakin meningkat. (detikSport, 23/12)

Semua fakta ini membuat Manchester United musim ini terasa unik. Dalam permainan terbuka, mereka mungkin belum selalu konsisten, tetapi begitu bola berhenti sejenak di sudut lapangan atau lewat pelanggaran di area berbahaya, ancaman United langsung melonjak. Untuk calon lawan, pesan datanya sederhana: jangan sembarangan memberi sepak pojok atau free kick kepada tim Ruben Amorim. Di era baru ini, satu bola mati saja bisa mengubah skor, mengubah jalannya laga, dan pada akhirnya mungkin ikut mengubah peta persaingan gelar di akhir musim. (Asia9Sports, 27/02) (Score.co.id, 12/11)