01.12.2025
Waktu membaca: 3 menit

Lando Norris Soroti Blunder McLaren Tapi Tetap Pede Kunci Gelar di Abu Dhabi

Lando Norris Soroti Blunder McLaren Tapi Tetap Pede Kunci Gelar di Abu Dhabi

Alih-alih terpuruk setelah gagal mengunci gelar di Qatar, Lando Norris malah tampil blak-blakan dan matang. Ia mengakui balapan di Lusail “bukan hari terbaik McLaren”, menyebut jelas ada blunder strategi, namun di saat yang sama menegaskan satu hal: titel juara dunia masih sepenuhnya ada di tangannya di seri penutup Formula 1 di Abu Dhabi. (Reuters, 23/11)

Strategi yang Berubah Jadi Blunder

GP Qatar 2025 awalnya tampak seperti panggung sempurna untuk McLaren. Oscar Piastri start dari pole, Norris di barisan depan, dan keunggulan poin di klasemen membuat banyak orang memprediksi pesta juara lebih cepat. (AP, 23/11)

Namun semuanya berubah ketika Safety Car masuk lebih awal. Saat mayoritas rival langsung masuk pit, McLaren justru berjudi dengan membiarkan kedua pembalapnya tetap di trek. Keputusan yang tadinya terlihat berani itu pelan-pelan berubah jadi blunder ketika strategi rival justru berjalan mulus dan memberi keuntungan besar pada Max Verstappen. (Reuters, 23/11)

“Bukan Hari Terbaik McLaren”

Seusai lomba, Norris tidak menutup-nutupi rasa kecewa. Ia mengakui McLaren salah membaca momentum Safety Car, salah menghitung risiko pit stop beruntun dan traffic, dan bahwa performanya sendiri di stint tengah masih jauh dari kata sempurna. (Reuters, 23/11)

Di sisi lain, ia menegaskan sepanjang musim ini justru diwarnai keputusan strategis yang tepat dari tim, sehingga hari buruk di Qatar harus jadi pelajaran, bukan alasan untuk panik. (Reuters, 23/11)

Nada yang sama datang dari Oscar Piastri dan bos tim Andrea Stella yang mengakui para pembalap “layak dapat hasil lebih baik” dari strategi tim. (The Guardian, 23/11)

Imbas blunder itu terasa langsung di klasemen: keunggulan Norris terpangkas hingga tinggal 12 poin saja Verstappen, dengan Piastri mengintai tak jauh di belakang. (AP, 23/11)

Meski begitu, secara matematis Norris masih berada di posisi yang sangat menguntungkan ia cukup finis di posisi aman (misalnya podium atau minimal P3) di Abu Dhabi untuk mengunci gelar, tanpa perlu berharap rivalnya bermasalah. (Reuters, 23/11)

Inilah yang membuatnya tetap terdengar percaya diri ketika bicara soal peluang juara dunia, meski Qatar ia sebut sebagai “kesempatan yang lepas”. (Reuters, 23/11)

Tekanan untuk McLaren: Jangan Salah Lagi

Jika Qatar adalah alarm, maka Abu Dhabi adalah ujian akhir. McLaren datang dengan paket mobil yang kompetitif, tapi juga membawa beban dari beberapa keputusan kontroversial sebelumnya, termasuk drama diskualifikasi di Las Vegas yang sempat memangkas poin penting tim. (Sky Sports, 20/11)

Di tengah tekanan eksternal dan internal, McLaren berulang kali menegaskan komitmen pada “equal racing” antara Norris dan Piastri tanpa team order ekstrem yang di satu sisi dijunjung sebagai fair play, tapi di sisi lain membuat keputusan strategi saat balapan jadi jauh lebih rumit. (Sky Sports, 21/11)

Untuk mengubah cerita dari “korban blunder” menjadi juara dunia baru Formula 1, Norris dan McLaren harus tampil hampir tanpa cela di Yas Marina. Start harus bersih, strategi pit stop harus berani tapi terukur, komunikasi radio tidak boleh lagi ragu-ragu, dan yang paling penting: manajemen risiko. (Reuters, 23/11)

Dengan modal keunggulan poin yang masih ada, Norris tidak wajib menang yang ia butuhkan adalah balapan yang tenang, tajam, dan bebas dari kesalahan fatal seperti di Qatar. (AP, 23/11)