27.11.2025
Waktu membaca: 3 menit

Elon Musk Tantang Faker dan Kawan-kawan dalam Kompetisi Unik

Elon Musk 2025

Secara mengejutkan, Elon Musk secara terbuka menantang sang juara bertahan dunia League of Legends, T1, untuk membuktikan kehebatan engine AI bertajuk Grok 5 yang sedang dikembangkannya.

AI Grok 5 yang terbaru didesain khusus untuk bermain LoL maupun gim kompetitif lainnya dengan kondisi yang “mirip manusia.” Berbeda dengan AI sebelumnya yang punya akses data terselubung dan refleks super, Grok 5 hanya akan mengandalkan input visual, yakni dari layar yang sama yang dilihat pemain manusia yang direkam lewat kamera dengan ketajaman penglihatan 20/20.

Waktu reaksi dan kecepatan kliknya juga dibatasi setara manusia biasa. Dengan menghilangkan akses ke API game atau membaca kode langsung, Musk ingin AI-nya ini “melihat dan berpikir” layaknya manusia dalam lingkungan game yang kompleks dan kacau. Pertandingan ini akan menguji kemampuan Grok untuk berkolaborasi sebagai tim berlima, yang butuh koordinasi dan pengambilan keputusan strategis secara real-time.

Tantangan ini telah didengar oleh sang bintang, Lee “Faker” Sang-hyeok, yang mengaku tak sabar ingin segera menghadapi teknologi tersebut. Bagi mereka, ini bukan cuma sekadar lomba, tapi juga kesempatan untuk memahami dan beradaptasi dengan strategi AI terdepan, yang berpotensi merevolusi cara latihan dan persiapan tim esports di masa depan.

Bukan yang pertama kali

Pertandingan AI vs. manusia sebelumnya di esports dan game tradisional nggak punya batasan ketat seperti yang Musk terapkan. Sistem AI seperti DeepMind’s AlphaStar di StarCraft II atau OpenAI Five di Dota 2 sering kali mengakses data game langsung dan punya refleks yang ditingkatkan. Di game klasik seperti catur, Go, dan poker, kemenangan AI sudah biasa, namun kerap mengandalkan proses data dan kecepatan komputasi yang jauh di manusia.

Karena Grok 5 hanya mengandalkan data piksel dan waktu reaksi setara manusia, tantangan Musk ini ibarat “Turing test” baru untuk kemampuan kognitif AI di dunia esports. Tantangan ini tak hanya menguji kemampuan bermain game, tapi juga mengetes apakah AI bisa meniru input sensorik dan pengambilan keputusan manusia dalam lingkungan yang cepat dan tidak terduga. 

Ada rekor positif

Di titel esports lain, AI juga punya rekor menang, seperti bot Dota 2 dari OpenAI yang mendominasi banyak pertandingan pro, dan AlphaStar yang mencapai peringkat Grandmaster di StarCraft II. Tapi, AI-AI itu biasanya main dengan keunggulan yang nggak dimiliki pemain manusia.

Tantangan Grok 5 dari Musk justru membalikkan tren itu dengan menerapkan batasan sensorik dan aksi ala manusia. Tujuannya mendorong batas untuk menciptakan kecerdasan yang mirip manusia, bukan sekadar mengalahkan manusia dengan data dan kecepatan superior. Inilah yang membuat laga melawan T1 nanti bakal jadi ajang yang sangat penting bagi industri esports.

Tanggal pasti untuk pertandingan Grok 5 vs. T1 memang belum diumumkan, tapi diprediksi bakal digelar pada 2026, mungkin bertepatan dengan acara besar League of Legends seperti Final Kejuaraan Dunia. Jeda waktu ini memberi ruang yang cukup untuk pengembangan dan persiapan bagi kedua belah pihak, dan tentu saja bikin para penggemar, analis, dan peneliti AI nggak sabar menunggu.

Komunitas esports dan salah satu pendiri Riot Games, Marc Merrill, telah menyambut antusias, menyebut acara ini sebagai momen luar biasa yang berpotensi mencetak sejarah baru di industri gim kompetitif.