26.11.2025
Waktu membaca: 4 menit

Marc Marquez dan Kesepakatan Bersejarah dengan Alex

Marc Marquez dan Kesepakatan Bersejarah dengan Alex

Marc Marquez mengungkap fakta menarik di balik keberhasilannya menjuarai MotoGP 2025, di mana ia mengaku sempat membuat kesepakatan khusus dengan sang adik, Alex Marquez. Kesepakatan tersebut terjadi usai seri pembuka MotoGP Thailand 2025 di Sirkuit Internasional Chang, Buriram, yang menjadi momen awal munculnya potensi rivalitas panas di antara kakak beradik tersebut. Namun, alih-alih membiarkan persaingan itu berkembang menjadi konflik, Marc justru memilih jalan dialog demi menjaga hubungan keluarga sekaligus menciptakan atmosfer kompetitif yang sehat di lintasan.

Balapan di Thailand menjadi titik penting bagi Marc untuk memahami dinamika persaingan musim itu. Meski berhasil keluar sebagai pemenang seri pembuka, ia menyadari bahwa kecepatan dan konsistensi Alex membuat sang adik berpotensi menjadi rival terberatnya sepanjang musim. Perasaan tersebut membuat Marc mulai berpikir bahwa jika situasi dibiarkan tanpa kejelasan, rivalitas tersebut bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar, bukan hanya bagi mereka sebagai pembalap, tetapi juga sebagai saudara.

Bibit Rivalitas Muncul Sejak Seri Thailand

Marc mengakui bahwa sejak balapan di Thailand, ia sudah merasakan adanya tensi tersendiri saat beradu kecepatan dengan Alex. Ia sadar bahwa sang adik bukan lagi sekadar rival biasa, melainkan ancaman nyata dalam perburuan gelar juara dunia MotoGP 2025.

“Saya langsung paham setelah balapan di Thailand, Alex bakal sangat cepat di sepanjang musim. Saya berpikir di motor, ‘Di mana saya bisa menyalipnya, saya tidak ingin bikin kesalahan,’” ujar Marc Marquez, dikutip dari Crash.

Perasaan tersebut membuatnya mengambil keputusan penting begitu kembali ke rumah. Marc merasa perlu membicarakan situasi ini secara langsung dengan Alex agar tidak berkembang menjadi konflik yang bisa merusak keharmonisan keluarga maupun stabilitas tim mereka masing-masing.

Kesepakatan Kakak Beradik di Luar Lintasan

Setelah kembali dari Thailand, Marc mengajak Alex berbicara empat mata. Dalam pertemuan tersebut, ia mengutarakan keinginannya untuk tetap menjaga rasa saling menghormati, meski harus saling berhadapan di lintasan balap sebagai rival utama.

“Lalu, kami sampai di rumah dan saya bilang, ‘Kita tidak bisa begini.’ Saya bilang, ‘Kita adalah saudara, saling menghormati, tetapi ini balapan. Lalu, jika sesuatu terjadi, lupakan itu dan kita tetap saudara. Setuju?’ Dia setuju dan saya setuju, kami berjabat tangan,” ungkap Marc Marquez yang akrab dijuluki The Baby Alien (Okezone.com, 26 November 2025).

Marc menjelaskan bahwa ada dua opsi yang bisa mereka ambil. Pertama, membiarkan persaingan menciptakan jarak emosional di antara mereka. Kedua, justru mempererat hubungan dan menjadikan rivalitas sebagai cara untuk saling berkembang.

“Kami punya dua opsi: bertarung dan menciptakan tensi antara saya dan Alex, atau kami bisa jadi lebih dekat lagi,” tegas Marc (Okezone.com, 26 November 2025).

Pilihan akhirnya jatuh pada opsi kedua, yang menurut Marc justru membuat mereka tampil lebih tenang dan fokus di lintasan sepanjang musim.

Kesepakatan yang Berbuah Sejarah Finis 1-2

Keputusan untuk menjaga hubungan profesional dan personal tersebut terbukti memberikan hasil luar biasa. Marc Marquez akhirnya sukses mengunci gelar juara dunia MotoGP 2025, sementara Alex Marquez menyusul di posisi kedua klasemen akhir. Prestasi ini menciptakan sejarah baru, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah MotoGP, kakak beradik mampu finis 1-2 di klasemen akhir kejuaraan dunia.

Marc menilai keberhasilan ini bukan semata soal strategi balap, tetapi juga soal chemistry dan rasa saling percaya yang terbangun secara natural di antara mereka.

“Kami berdua memilih untuk jadi lebih dekat dari sebelumnya, tetapi itu bukan (karena) sesuatu yang kami bicarakan, ini lebih (karena) sebuah perasaan,” tutur Marc Marquez.

Ia juga menegaskan bahwa kesuksesan tersebut lahir dari kerja sama yang tidak biasa untuk dua pembalap yang sedang memperebutkan gelar.

“Kami saling membantu, dia membantu saya, saya membantu dia, dan kami menciptakan sejarah luar biasa di MotoGP tahun ini,” tandas pembalap berusia 32 tahun itu (Okezone.com, 26 November 2025).

Rivalitas Produktif yang Jadi Teladan

Kisah Marc dan Alex Marquez di MotoGP 2025 menjadi contoh bahwa rivalitas tidak selalu harus memecah belah. Dengan komunikasi terbuka dan komitmen untuk tetap menjunjung nilai kekeluargaan, mereka justru berhasil menciptakan narasi baru dalam dunia balap motor. Rivalitas yang biasanya identik dengan konflik berubah menjadi sinergi yang menghasilkan prestasi monumental.

Kesepakatan sederhana yang lahir di ruang keluarga itu pun berubah menjadi fondasi kuat bagi salah satu pencapaian paling bersejarah di MotoGP modern. Marc dan Alex tidak hanya mengukir prestasi sebagai pembalap, tetapi juga sebagai simbol sportivitas, profesionalisme, dan hubungan keluarga yang tetap terjaga di tengah kerasnya persaingan tingkat dunia.