25.11.2025
Waktu membaca: 3 menit

Gelar MVP PGL Wallachia Jadi Testimoni Mekanik MidOne

MidOne of Mouz 2025

Final grand PGL Wallachia Season 6 menghadirkan salah satu penutup terpanas dan paling mendebarkan dalam sejarah Dota 2 kompetitif tahun ini. Dan dalam pertarungan best-of-five yang seru itu, Yeik “MidOne” Nai Zheng dari Mouz menjadi sorotan dengan gelar MVP yang bergengsi. 

Performa tangguh MidOne menjadi pusat dari kesuksesan timnya sekaligus perhatian penonton. Sepanjang seri, ia memamerkan perpaduan langka antara permainan agresif, game sense yang tajam, dan kepemimpinan yang memompa semangat rekan setim dan mengendalikan ritme pertandingan.

Statistik impresifnya berbicara jelas: rata-rata KDA 8.24 kill, 4.14 death, dan 11.79 assist per ronde, ditambah dengan GPM yang solid sebesar 606.4. Angka-angka ini mencerminkan kemampuannya yang konsisten untuk berada di posisi tepat untuk memburu kill, terlibat dalam team fight krusial, dan farming secara efisien, yang memungkinkannya memperbesar keunggulan dan menjadi penentu.

Yang lebih penting, variasi hero dan kemampuan adaptasi MidOne berhasil mengungguli lawan baik dalam fase draft maupun eksekusi. Rotasi tepat waktu dan kontrolnya dalam pertarungan mid-game seringkali membalikkan keadaan pada momen-momen kritis melawan lineup agresif Team Spirit, tim yang menyulitkan mereka di babak final.

Draft strategisnya memungkinkan Mouz mempertahankan kendali peta dan secara efektif mengimbangi carry dan support Team Spirit. Performa MidOne tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang kualitas tak kasat mata—ketenangannya di tekanan dan kemampuannya memimpin tim menghadapi kesulitan.

Ditunjang Crystallis

Mendukung dominasi MidOne, Remco “Crystallis” Arets hadir sebagai core player fleksibel yang membawa keseimbangan dan kedalaman taktis bagi permainan Mouz. Berbeda dengan dampak eksplosif MidOne, Crystallis bersinar melalui permainan-permainan krusial yang kadang tak terlihat, namun berhasil membuka peluang bagi timnya.

Kumpulan hero-nya mencakup core agresif early hingga mid-game seperti Troll Warlord, yang ia gunakan dengan mahir untuk menekan lineup Team Spirit dan memaksa engagement yang menguntungkan. Performa gemilangnya dalam dua game terakhir di seri ini membantu Mouz merebut kembali momentum dengan mengamankan objective penting dan memiringkan hasil pertempuran, sekaligus memaksimalkan permainan MidOne yang sempat mengalami masalah karena strategi lawan.

Terkait kesuksesan ini, MidOne maupun Crystallis bereaksi dengan sikap membumi dan saling memuji permainan rekan-rekannya yang mereka anggap sangat penting dalam menghadapi babak penting itu.

Sinergi yang Menjadi Kunci Kemenangan

Membandingkan kedua pemain ini menyoroti sinergi klasik yang sering menjadi ciri khas tim juara. MidOne menyediakan tulang punggung mesin taktis MOUZ—play berdampak tinggi, variasi hero, dan pengambilan keputusan kunci—sementara Crystallis melengkapinya dengan konsistensi strategis, pilihan hero adaptif, dan agresi yang tepat waktu.

Jika MidOne adalah jantung dan otak tim, maka Crystallis berfungsi sebagai core fleksibel yang dapat mengayunkan momentum melalui eksekusi tajam dan pertempuran yang membatasi ruang gerak lawan. Dinamika saling melengkapi ini sangat vital melawan lawan sekaliber Team Spirit yang memiliki kehadiran late-game yang kuat dengan hero seperti Drow Ranger dan Morphling andalan Ilya “Yatoro” Mulyarchuk, yang mendorong Mouz ke ujung batas.