15.10.2025
Waktu membaca: 5 menit

Enzo Maresca Diskors Satu Laga Usai Kartu Merah Selebrasi Berlebihan

Enzo Maresca of Chelsea

Dalam dunia sepak bola, emosi pelatih kerap menjadi bagian dramatis dari setiap pertandingan. Begitu pula yang dialami Enzo Maresca, pelatih anyar Chelsea, yang dikenai sanksi larangan mendampingi satu laga oleh Federasi Sepak Bola Inggris (FA) setelah insiden di laga Chelsea melawan Liverpool pada awal Oktober 2025 (Bola.com, 04/10).

Awal Insiden : Reaksi Chelsea Menang Liverpool

Pertandingan Chelsea kontra Liverpool berjalan menegangkan sejak awal. Kedua tim tampil agresif dan saling menekan, namun tensi laga meningkat pada babak kedua setelah beberapa keputusan wasit Anthony Taylor menuai protes dari kubu Chelsea. Dalam momen menegangkan itu, Maresca terlihat beradu argumen keras dengan ofisial keempat, membuatnya menerima kartu kuning pertama karena dianggap melanggar batas perilaku di area teknis (Bola.net, 04/10).

Ketegangan memuncak di menit akhir ketika pemain muda Estevao Willian mencetak gol kemenangan dramatis untuk Chelsea di masa tambahan waktu. Reaksi Maresca yang spontan berlari ke arah pemain dan merayakan gol melewati batas area teknis, memicu kartu kuning kedua dan otomatis berbuah kartu merah. Keputusan wasit itu sempat mendapat sorakan dari publik Stamford Bridge, namun Maresca tetap menyalami ofisial sebelum meninggalkan lapangan (Asia9Sports, 04/10).

Hasil Keputusan FA

Enzo Maresca of Chelsea

Beberapa hari setelah pertandingan, FA merilis keputusan resmi melalui laman Premier League yang menyebut bahwa Maresca diskors satu pertandingan akibat dua kartu kuning dalam satu laga. Hukuman ini dianggap proporsional karena tidak melibatkan kontak fisik ataupun ujaran agresif terhadap ofisial. Selain itu, FA menilai tindakan selebrasi tersebut lebih dipicu oleh euforia sesaat ketimbang usaha provokatif (LigaOlahraga, 04/10).

FA juga menegaskan bahwa sanksi ini berlaku efektif pada laga berikutnya, yakni pertandingan tandang Chelsea melawan Nottingham Forest di City Ground pada 18 Oktober 2025. Dengan demikian, asisten pelatih Willy Caballero akan mengambil alih peran utama dalam mendampingi tim dari pinggir lapangan selama Maresca menjalani larangan mendampingi (Bola.net, 04/10).

Selain larangan mendampingi, tidak ada denda tambahan yang dijatuhkan. FA menilai Maresca memiliki catatan perilaku yang cukup baik selama menangani Chelsea musim ini, sehingga hanya diperlukan tindakan disiplin ringan berupa larangan satu laga sebagai bentuk peringatan (Bola.com, 04/10).

Reaksi Maresca & Dampak Bagi Chelsea

Dalam konferensi pers setelah laga, Maresca mengaku tidak menyesali aksinya. Ia menyebut bahwa momen itu adalah “luapan emosi alami” dari seseorang yang sangat mencintai sepak bola.

“Saya tahu itu tidak ideal, tetapi saya hanya mengikuti insting, merayakan dengan pemain yang bekerja sangat keras,” ujar Maresca kepada media Inggris (Liputan6, 14/10).

Meski begitu, ia menghormati keputusan FA dan menerima konsekuensi yang ada. Ia menambahkan bahwa tim pelatih Chelsea telah mempersiapkan strategi agar absennya dirinya di pinggir lapangan tidak berpengaruh besar terhadap performa tim. Menurutnya, kerja sama tim di staf pelatih sudah solid dan para pemain memahami sistem permainan dengan baik (Bola.com, 04/10).

Para pemain Chelsea banyak memberikan dukungan kepada sang pelatih. Kapten Reece James bahkan menulis pesan di media sosial yang menyebut bahwa Maresca “hanya menunjukkan betapa besar rasa cintanya terhadap klub.” Pesan serupa datang dari Estevao Willian, sang pencetak gol kemenangan, yang menyebut selebrasi sang pelatih adalah “momen paling emosional dalam karier mudanya” (Bola.net, 04/10).

Di media sosial, mayoritas pendukung Chelsea juga menilai hukuman tersebut terlalu keras. Mereka berpendapat bahwa wasit seharusnya lebih memahami konteks emosi setelah gol penentu kemenangan melawan salah satu rival terbesar klub. Namun, ada juga sebagian pihak yang menilai FA bersikap adil dan sesuai aturan disiplin Premier League (Liputan6, 14/10).

Absennya Maresca untuk satu laga dinilai tidak akan terlalu mempengaruhi Chelsea secara taktis. Sejak awal musim, ia membangun sistem permainan yang sangat terstruktur dengan distribusi peran yang jelas antar staf pelatih. Analisis video dan komunikasi strategis juga telah disiapkan sebelum pertandingan melawan Nottingham Forest, memastikan bahwa tak ada detail taktikal yang terabaikan (Bola.com, 04/10).

Menurut laporan Asia9Sports, Maresca tetap diperbolehkan memimpin sesi latihan dan pertemuan taktik menjelang laga, namun dilarang berada di ruang ganti atau area teknik pada hari pertandingan. Setelah menjalani satu laga skors, ia akan kembali memimpin tim dalam laga Liga Champions melawan Ajax Amsterdam di Stamford Bridge, empat hari setelah lawatan ke Nottingham (Asia9Sports, 04/10).

Respond Chelsea ataas Keputusan FA

Chelsea melalui pernyataan resminya menyebutkan bahwa klub menghormati keputusan FA dan tidak akan mengajukan banding. “Kami memahami keputusan regulator dan tidak melihat adanya alasan untuk mempertentangkannya,” tulis pihak klub dalam situs resminya. Klub juga menegaskan bahwa internal tim tetap solid dan fokus pada jadwal padat bulan Oktober yang mencakup kompetisi domestik serta Eropa (Bola.net, 04/10).

Sumber internal klub yang dikutip oleh Bola.com mengungkapkan bahwa para petinggi Chelsea justru menganggap kejadian ini menunjukkan sisi emosional dan dedikasi Maresca terhadap tim. “Ia datang dengan semangat baru, dan kadang ekspresi seperti itu membangun ikatan kuat dengan para pemain,” ujar sumber tersebut (Bola.com, 04/10).

Persepsi Publik dan Media

Reaksi publik sepak bola Inggris terhadap kasus ini cukup beragam. Beberapa media memuji FA karena menerapkan aturan secara konsisten tanpa melihat status pelatih. Namun, kolumnis The Guardian menyoroti bahwa insiden seperti ini seharusnya menjadi refleksi bagaimana pelatih menunjukkan emosi secara aman di pinggir lapangan (Liputan6, 14/10).

Maresca sendiri kini menjadi salah satu pelatih yang paling banyak menarik perhatian di Premier League karena keberaniannya menerapkan gaya permainan berbasis penguasaan bola dan pressing intensif. Dalam beberapa bulan pertama musim 2025/26, Chelsea tampil stabil di papan klasemen dan mencatat sejumlah kemenangan penting tim-tim besar seperti Arsenal dan Liverpool (Bola.net, 04/10).

Kasus kartu merah Maresca memperlihatkan sisi emosional dari kepemimpinan modern di dunia sepak bola. Pelatih muda seperti dirinya berupaya menyeimbangkan antara passion dan profesionalisme. Dalam konteks ini, Maresca menunjukkan sikap yang matang pasca insiden menerima konsekuensi dengan tenang dan menggunakannya sebagai pelajaran untuk mengatur emosi di laga-laga berikutnya (Bola.com, 04/10).

Ke depan, FA berharap kejadian ini dapat menjadi contoh bagi pelatih lain untuk tetap menjaga batas dalam bereaksi, tanpa mengurangi semangat kompetitif di lapangan. Maresca, dengan pengalamannya sebagai mantan pemain top, diperkirakan akan menyalurkan emosinya dengan cara yang lebih terkendali tanpa kehilangan gairah menerapkan gaya permainan menyerang yang menjadi ciri khasnya (Asia9Sports, 04/10).

Dengan hukuman satu pertandingan ini, Maresca tetap menjaga reputasinya sebagai pelatih yang tegas, ekspresif, namun tetap sportif kualitas yang terus memperkaya dinamika Premier League modern.