14.10.2025
Waktu membaca: 3 menit

Cape Verde Cetak Sejarah Lolos ke Piala Dunia 2026

Cape Verde Cetak Sejarah Lolos ke Piala Dunia 2026

Keajaiban sepak bola kembali datang dari Afrika. Cape Verde, negara kepulauan mungil di Afrika Barat dengan populasi hanya sekitar 525 ribu jiwa, resmi menulis sejarah baru: lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya. Capaian bersejarah ini menjadi tonggak besar, bukan hanya bagi Cape Verde, tapi juga untuk sepak bola Afrika dan dunia. Performa konsisten di babak kualifikasi zona CAF membuat mereka sukses menembus ajang paling bergengsi di dunia sepak bola (detiksport, 04/10).

Perjalanan Penuh Perjuangan

Cape Verde tampil di Grup D bersama para raksasa Afrika seperti Kamerun, Libya, Angola, Mauritius, dan Eswatini. Di kertas, mereka bukan favorit. Namun, hasil berkata lain. Tim asuhan Pedro Leitao Brito (Bubista) menutup fase grup dengan 23 poin, unggul empat poin dari Kamerun di posisi kedua. Laga pamungkas menjadi momen yang tak terlupakan kemenangan 3-0 Eswatini memastikan langkah mereka ke Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Gol-gol dicetak oleh Dailon Livramento, Willy Semedo, dan Stopira, tiga pemain yang tampil menonjol sepanjang turnamen (Liputan6, 13/10).

Antusias Pemain Lolos Piala Dunia

Pencapaian ini semakin spesial karena datang dari negara dengan sumber daya terbatas. Cape Verde kini tercatat sebagai negara dengan populasi terkecil kedua dalam sejarah yang lolos ke Piala Dunia, setelah Islandia di 2018. Skuad mereka terdiri dari campuran pemain yang berkarier di liga-liga menengah Eropa dan Timur Tengah, dengan hanya Logan Costa (Villarreal, LaLiga) yang bermain di lima liga top dunia. Di lini depan, Ryan Mendes menjadi figur sentral sekaligus top skor sepanjang masa Cape Verde dengan 21 gol dari 85 caps, sementara Bebe, eks Manchester United, membawa pengalaman penting di skuad yang mayoritas berusia muda (IDN Times, 12/10).

Bubista dan Revolusi Taktikal

Kesuksesan Cape Verde tak lepas dari tangan dingin Bubista, sang pelatih yang mengambil alih tim sejak 2020. Ia menanamkan mentalitas berani menyerang dan disiplin bertahan dua elemen yang selama ini jadi kelemahan Cape Verde di kualifikasi sebelumnya. Di arahannya, tim ini berubah total: lebih terorganisir, lebih percaya diri, dan lebih lapar akan sejarah (ANTARA, 13/10).

Bubista melatih Timnas Caper Verde selama 5 tahun 9 bulan dengan berhasil

Begitu peluit akhir berbunyi di laga melawan Eswatini, ribuan warga Cape Verde langsung turun ke jalan merayakan kemenangan. Pemerintah bahkan menetapkan hari libur nasional untuk memperingati pencapaian bersejarah tersebut.

Cape Verde kini menjadi tim debutan ketiga yang memastikan tampil di Piala Dunia 2026, setelah Uzbekistan dan Yordania, serta menjadi wakil keenam Afrika bersama Maroko, Tunisia, Mesir, Ghana, dan Aljazair (Liputan6, 13/10).

Meski peringkat FIFA mereka masih di kisaran 70-an, Cape Verde diyakini bisa jadi kuda hitam Piala Dunia 2026. Kombinasi antara pemain berpengalaman dan talenta muda, serta karakter bermain yang energik dan kolektif, menjadikan mereka ancaman bagi siapa pun.

Lawan-lawan di fase grup baru akan diketahui setelah undian resmi FIFA pada Desember 2025, namun satu hal pasti: Cape Verde datang bukan hanya untuk belajar, tapi untuk menulis dongeng baru di pentas sepak bola dunia. Kisah Cape Verde adalah bukti nyata bahwa dalam sepak bola, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Dari pulau kecil di Samudra Atlantik, mereka kini siap menginspirasi dunia.