08.10.2025
Waktu membaca: 5 menit

Insania Akhiri Karir Dota 2 Profesionalnya Setelah 10 Tahun

Insania of Team Liquid 2024

Setelah kurang lebih 10 tahun berlalu lalang di skena esports Dota 2 profesional, Aydin “Insania” Sarkohi akhirnya memutuskan untuk mengakhiri karirnya di Team Liquid dan keluar dari kehidupan sebagai pemain profesional di Eropa, sehingga membuka ruang bagi pemain baru untuk mengisi posisinya mendatang.

Kabar pensiunnya pemain berusia 31 tahun tersebut diungkapkan oleh Team Liquid beberapa jam lalu via media sosial. Mereka berterima kasih enam tahun terakhirnya bersama tim tersebut sekaligus memberi bocoran bahwa mereka merencanakan sesuatu yang spesial sebagai penghormatan terakhirnya yang akan diumumkan dalam waktu dekat.

Status tersebut lantas dikonfirmasi oleh Insania melalui media sosialnya. Pemain asal Swedia itu berterima kasih dukungan penggemarnya dan mengungkapkan niatnya untuk beristirahat dari kompetisi agar bisa fokus dengan kehidupan pribadinya. Walau demikian, Ia tidak menutup kemungkinan untuk kembali di masa depan, entah sebagai pelatih atau analis.

Keluarnya Insania hari ini menjadi kepergian pemain yang kedua di Team Liquid. Selepas The International 2025 lalu, mereka memutuskan untuk tidak memasukkan Jonáš “Saberlight” Volek untuk mengisi posisi 3 di tim reguler dan dikabarkan sedang mengurus kontrak pemain baru yang ditunjuk menggantikannya dalam waktu dekat, bersamaan dengan calon pengganti Insania.

Dengan keluarnya Insania dan Saberlight, saat ini Team Liquid menyisakan Michael “Micke” Vu, Samuel “Boxi” Svahn, dan Michal “Nisha” Jankowski sebagai lineup-nya.

Bersinar cerah di akhir

Dikenal sebagai salah satu pemain kunci Team Liquid, Insania mencatatkan pencapaian besar bersama mereka yang mengokohkan nama organisasi tersebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Performanya bahkan mendapatkan pengakuan positif dari sesama profesional yang menjadi rivalnya selama bertahun-tahun bertanding, yang membuatnya menjadi salah satu standar tertinggi dalam peran support dan pemimpin.

Menariknya, pencapaian terbesarnya justru diraih saat Ia masuk dalam usia yang tentunya tidak muda untuk ukuran skena esports profesional. Sebelum bergabung dengan Team Liquid pada bulan Oktober 2019, mantan pemain pro Heroes of Newerth itu sempat menorehkan hasil kuat dalam laga-laga kualifikasi dan serangkaian kompetisi Tier 2, namun kerap dikandaskan saat melawan tim-tim besar ketika mengikuti Tier 1.

2016-2018: Transisi yang solid, namun tanpa hasil besar

Karir Dota 2 Insania yang tercatat pertama kali berasal dari skena lokal esports Swedia, ketika saat itu Ia berkeliling dari satu tim independen lain ke tim lainnya. Performanya yang solid membawanya menjadi target transfer ProDota Gaming yang akhirnya mengontrak dirinya dan Micke yang untuk memperkuat skuad mereka dalam kompetisi musim baru 2017.

Perjalanannya bersama PD hingga bulan April 2017 tidak membuahkan hasil, namun performanya kembali menarik perhatian organisasi besar. Tak lama dari tim tersebut, Insania akhirnya bergabung dengan Ninjas in Pyjamas. Sayangnya, performa keseluruhan tim tersebut tidak stabil dan dia hanya bertahan sebentar di sana.

Selepas dari NiP, Ia kembali ‘turun kasta’ dan berpindah-pindah di antara tim baru ataupun independen yang ada saat itu. Perjalanannya ke kompetisi kemudian memasuki lembaran baru saat Alliance memanggilnya di awal tahun 2018.

Bersama tim raksasa Swedia itu, Insania mencicipi berbagai laga kualifikasi besar dan merasakan Major pertamanya di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, lagi-lagi Ia tak mampu menembus kompetisi Tier 1 dan menutup 2018 dengan kekecewaan.

2019-2025: Berada di jalan yang benar

Memasuki awal tahun 2019, Alliance melakukan restrukturisasi dan mempertahankan Insania sebagai in-game leader. Meski tidak mencatatkan hasil yang luar biasa, performa tim tersebut membawa Insania mengalami panggung-panggung besar seperti ESL One dan The International, untuk pertama kalinya. Meski saat berakhir terlalu cepat, Ia mengatakan bahwa persaingan dengan nama-nama besar membuatnya termotivasi untuk naik level di musim selanjutnya.

Ambisi tersebut akhirnya terjawab selepas TI melalui tawaran Team Liquid yang saat itu melepaskan sang support, Kuro “Kuroky” Salehi. Tak butuh lama, Insania menandatangani kontraknya dan memulai debut bersama sang Kuda Hitam di bulan Oktober 2019 dalam DreamLeague Season 12.

Perjalanan awal bersama Team Liquid tak berjalan semulus yang diprediksikannya: selepas gugur dari DL Season 12, mereka meneruskan tren buruknya dalam periode pandemi Covid yang sangat meresahkan. Penantian Insania akhirnya baru terjawab kurang lebih setahun ketika Ia mengangkat trofi besar pertamanya dalam ESL One Germany di bulan November 2020.

Form Team Liquid sempat menurun pada tahun 2021 dan mengalami naik turun ekstrim pada tahun 2022, ketika mereka menutup TI tahun itu di peringkat ketiga. Mereka kemudian menemukan formula andalannya setelah Nisha masuk sebagai carry menjelang akhir tahun 2022.

Dari situ, mereka mulai menguatkan namanya dengan menguasai Dota Pro Circuit sepanjang tahun 2023 dan mengerucutkan persaingannya dengan Gaimin Gladiators, yang menjadi rival terbesarnya di Eropa. Persaingan tersebut cukup menarik, mengingat mereka dikalahkan dalam final Major di tahun 2023 meski memiliki catatan bagus GG ketika menjuarai DPC. Balas dendam terhadap Quinn dan kawan-kawan akhirnya tertuntaskan saat mereka menumbangkan GG tanpa balas dalam TI 2024, yang juga menjadi highlight dari permainan brilian Insania dalam mengontrol strategi rekan-rekannya.

Disinyalir masalah kesehatan

Selain keputusan untuk berfokus kepada kehidupan pribadinya, sepertinya Insania juga memiliki problem kesehatan yang membuatnya harus mempertimbangkan antara meneruskan karir profesional dengan kesehatannya untuk jangka panjang.

Keluhan tersebut pertama kali diungkapkannya selepas TI 2024, di mana Ia kerap dilaporkan mengambil istirahat panjang untuk memulihkan kesehatannya, dan berlanjut saat pertengahan tahun ini, di mana Ia akhirnya melewatkan PGL Wallachia Season 5. Beberapa sumber yang dekat dengannya bahkan mengatakan bahwa Ia harus dilarikan ke rumah sakit saat itu.

Terkait dengan hal ini, keputusan untuk mundur dari kompetisi profesional sepertinya menjadi pilihan tepat, mengingat Ia telah memenangkan kejuaraan-kejuaraan yang bergengsi selama 6 tahunnya bersama sang Kuda Hitam dalam kondisi prima. Tentunya hanya Ia sendiri yang tahu seberapa jauh kondisi tubuhnya bisa menopang performanya sampai Ia tak lagi sanggup meneruskan jadwal untuk berada di balik monitor dan memimpin rekan-rekannya di permainan tertinggi.