06.10.2025
Waktu membaca: 4 menit

NRG Lanjutkan Tradisi Spesial di Champions Paris

NRG Valorant at Champions Paris 2025

Babak final VCT Champions Paris 2025 yang mempertemukan sang underdog Americas, NRG, dengan sang raksasa EMEA, Fnatic, akhirnya ditutup dengan kemenangan mengejutkan yang menyaksikan region Americas kembali mengangkat trofi setelah tahun 2023.

Menjadi salah satu kontestan yang kurang diperhitungkan dalam kompetisi Champions Paris, sebagian besar penonton awalnya tidak meyakini NRG sebagai finalis karena jalurnya yang dianggap relatif lebih mudah ketimbang Fnatic dalam menghadapi playoff: NRG ‘hanya’ menghadapi tim-tim kejutan seperti GiantX dan Made in Brazil untuk ke final, sementara Fnatic harus bersusah payah menghadapi DRX dan Paper Rex.

Kendati demikian, NRG menjawab cibiran tersebut dengan menundukkan Fnatic di final upper bracet 2-0 dan menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar penggembira. Counter play yang impresif dari mereka berhasil meredam komposisi Fnatic yang agresif. Dari momen tersebut, mereka membuat atmosfir hari terakhir menjadi panas.

Aksi individu jadi sorotan

Kekalahan tersebut melontarkan Fnatic ke babak final lower bracket menghadapi DRX yang kemudian mereka kalahkan 3-1 dengan meyakinkan pada hari Sabtu (04/10). Hasil tersebut membuat penonton meyakini bahwa laga terakhir akan menjadi intens, mengingat Fnatic menunjukkan beberapa penyesuaian strategi yang membuat mereka lebih sulit dibaca.

Dan seperti yang diduga, seri penentuan itu menjadi laga panas yang sukses membuat semuanya terpaku di kursi. Game 1 dibuka dengan pernyataan dominan NRG di Map Corrode, di mana mereka menggulung Fnatic dengan skor telak 13-3. Brock “brawk” Somerhalder menjadi pilar kemenangan dengan mencatatkan 24 kill berkat permainan yang presisi. Ia kemudian melanjutkan momentum ini ke Game 2 di Lotus yang berakhir dengan kemenangan 13-6, yang kali ini didukung oleh permainan impresif Logan “skuba” Jenkins.

Mendapatkan kejutan dalam dua babak berturut-turut, Fnatic menaikkan serangannya dan bangkit dari ketertinggalannya untuk membawa overtime pada Game 3 di Abyss yang berakhir dengan skor 15-13 untuk mereka. Tim yang dipimpin Jake “Boaster” Howlett itu meneruskan agresinya dan memaksa penentuan setelah memenangkan Game 4 di Ascent dengan skor 13-8, yang menjadi saksi ketangguhan seorang Emir “Alfajer” Ali.

Pada penentuan di Sunset, Fnatic berhasil mengungguli dua ronde awal, namun NRG merombak pendekatannya dan secepatnya mengambil kendali di komando Ethan “Ethan” Arnold. Didukung killstreak yang kuat, mereka membangun keunggulan 9-3 di babak pertama dan tanpa kesulitan berarti menutup pertandingan dengan skor 13-5, mengejutkan para penonton yang menantikan momen reverse dari Fnatic.

Secara keseluruhan, kunci kemenangan NRG pada penentuan terakhir terlihat jelas pada sinergi tim yang superior, penggunaan utilitas yang tepat waktu, dan performa clutch dalam momen-momen krusial. Dan tentunya, pengendalian area oleh duo brawk dan Ethan membawa pengaruh besar saat menguasai Sunset.

Dengan kemenangan ini, NRG akan membawa pulang hadiah utama sebesar $1.000.000 dan memperkokoh reputasi region Americas sebagai penguasa skena Champions yang mencatatkan tiga juara yang berbeda, yakni Loud, Evil Geniuses, dan kini NRG. Plus, mereka meneruskan tradisi tim underdog yang selalu memenangkan Champions di saat para penonton lebih menggemari tim-tim kuat lainnya.

Ethan cetak rekor baru

Bersamaan dengan kemenangan sang underdog, muncul sebuah rekor baru tak kalah mengejutkan yang dicatatkan oleh Ethan: Ia menjadi satu-satunya pemain dalam sirkuit VCT yang sejauh ini memegang dua gelar juara Champions dengan tim yang berbeda.

Sebelum bersama NRG, Ia pernah memenangkannya di tahun 2023 bersama Evil Geniuses di Los Angeles, Amerika Serikat. Saat itu, Ia bersama pemain-pemain populer lainnya di skena NA seperti Maximilian “Demon1” Mazanov dan Alexander “Jawgemo” Mor menaklukkan Paper Rex dalam babak final. Meski saat itu Demon1 dan Jawgemo menjadi pusat perhatian, fleksibilitas Ethan sebagai inisiator dinilai turut membantu tim tersebut dalam mengimbangi strategi agresif lawannya.

Menariknya lagi, ini juga menjadi kali kedua Ia memenangkannya dengan tim yang berstatus sebagai underdog. Baik Evil Geniuses dan NRG yang diperkuatnya bukanlah tim yang difavoritkan oleh penonton saat memasuki Champions. Namun, performa tim yang diperkuat oleh Ethan justru menunjukkan kekuatannya setiap kali memasuki fase akhir babak grup hingga sepanjang playoff.

Kemenangan ini tentunya menjadi momen manis bagi Ethan dan NRG yang sepanjang musim lalu hingga awal Stage 1 kerap menjadi meme akibat performa yang buruk. Dan rekor baru bisa tercetak kembali apabila mereka meneruskan konsistensi form ini hingga musim depan.