25.09.2025
Waktu membaca: 3 menit

Max Verstappen Enggan Bahas Kans Juara F1 2025

Max Verstappen Enggan Bahas Kans Juara F1 2025

Kans juara Max Verstappen kembali terbuka di Formula 1 musim 2025. Setelah sempat tertinggal di klasemen, pebalap Red Bull Racing itu bangkit lewat kemenangan beruntun di Grand Prix Italia di Monza dan GP Azerbaijan di Baku. Dua hasil positif tersebut menghidupkan lagi kepercayaan diri Red Bull, meski Verstappen sendiri enggan membicarakan kans tersebut secara terbuka.

Momentum di Monza dan Baku

Kemenangan di Monza terasa istimewa karena berlangsung di markas Ferrari, yang mendapatkan dukungan penuh dari tifosi. Verstappen mampu mengendalikan jalannya lomba dan finis pertama, mengembalikan kepercayaan diri Red Bull yang sempat goyah. Selanjutnya, di Baku, Verstappen kembali tampil dominan di trek jalan raya yang dikenal sulit ditebak. Kemenangan beruntun itu memperkecil selisih poinnya dengan pemuncak klasemen, Oscar Piastri.

Menurut laporan Liga Olahraga, dua kemenangan ini membuat Verstappen kini tertinggal 69 poin dari Piastri dengan tujuh seri tersisa di musim 2025 (Liga Olahraga, 25 September 2025).

Verstappen: Enggan Bahas Kans Juara

Meski momentum sudah menguntungkan, Verstappen tetap berhati-hati dalam menyikapi kansnya meraih titel juara dunia. Ia menegaskan bahwa dirinya hanya ingin fokus menjalani setiap balapan tanpa terlalu memikirkan klasemen.

“Saya tidak bergantung pada harapan. Tapi, masih ada tujuh putaran tersisa – 69 poin itu banyak – jadi saya pribadi tidak memikirkannya. Saya hanya menjalani balapan demi balapan, apa yang pada dasarnya telah saya lakukan sepanjang musim. Hanya mencoba melakukan yang terbaik yang kami bisa, mencoba mencetak poin sebanyak mungkin. Dan setelah Abu Dhabi, kita akan tahu,” kata Verstappen (Motorsport.com, 24 September 2025).

Ia juga menambahkan bahwa situasi masih sulit dan membutuhkan kesempurnaan dalam beberapa balapan mendatang. “Masih ada tujuh balapan tersisa dan selisihnya 69 poin — itu jumlah yang besar. Pada dasarnya, semuanya harus berjalan sempurna dari pihak saya, dan saya juga membutuhkan sedikit keberuntungan dari pihak mereka, jadi ini tetap sangat sulit,” ujar Verstappen (Formula1.com, 24 September 2025).

Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa meski sudah kembali ke jalur kemenangan, Verstappen lebih memilih merendah dan realistis mengenai peluangnya.

Pandangan dari Media dan Rival

Media menilai sikap Verstappen sebagai bentuk kematangan. Detik Sport menulis bahwa Verstappen memilih menahan diri dalam membicarakan kans juara dunia, meski kemenangan di Monza dan Baku membuatnya kembali dalam persaingan. Verstappen enggan larut dalam euforia kemenangan, meskipun performanya kini semakin konsisten.

Dari sisi rival, tim lain juga tidak menutup mata terhadap kebangkitan Red Bull. Andrea Stella, bos McLaren, menyebut bahwa Verstappen masih ancaman serius. Menurutnya, kemenangan beruntun Red Bull adalah sinyal kuat bahwa mereka kembali menemukan performa terbaik.

Tantangan di Sisa Musim

Dengan tujuh balapan tersisa, peluang Verstappen memang belum sepenuhnya tertutup. Masih ada lebih dari 200 poin yang bisa diperebutkan, termasuk dari balapan sprint. Namun, Verstappen menekankan bahwa ia tidak ingin larut dalam hitung-hitungan poin. Fokusnya tetap pada memaksimalkan setiap balapan dan menjaga konsistensi. Data klasemen F1 musim 2025 secara resmi dipublikasikan di Formula 1.

Sikap ini membuatnya lebih tenang menghadapi tekanan, berbeda dengan sebagian rival yang terang-terangan menargetkan gelar. Verstappen justru menegaskan bahwa hasil akhir hanya akan ditentukan di seri terakhir di Abu Dhabi.

Kebangkitan Verstappen melalui kemenangan di Monza dan Baku menjadi bukti bahwa Red Bull dan dirinya masih kompetitif di level tertinggi. Namun, pernyataannya yang enggan membicarakan kans juara dunia memperlihatkan pendekatan yang lebih dewasa.

Verstappen kini menatap balapan berikutnya dengan realistis: hanya fokus dari satu balapan ke balapan berikutnya, tanpa terbebani ekspektasi. Dengan tujuh seri tersisa, peluang memang masih terbuka, tetapi sang juara dunia tiga kali memilih untuk membiarkan lintasan yang menentukan.