22.09.2025
Waktu membaca: 3 menit

Tidak Ada Region Cina di Playoff Champions Paris 2025

EDward Gaming at Champions Paris 2025

Secara mengejutkan, VCT Champions Paris 2025 dipastikan tidak mendapatkan suguhan permainan atraktif dari para perwakilan region Cina yang telah tersingkir setelah hasil terakhir pada akhir pekan lalu.

BiliBili Gaming, XLG, Dragon Ranger Gaming, dan sang juara bertahan, EDward Gaming, semuanya tersingkir dalam laga eliminasi yang tersaji selama tanggal 19 dan 20 September lalu. XLG sempat membuat harapan para penggemarnya naik usai menundukkan Sentinels dengan skor dramatis, namun langkah terakhir mereka dikandaskan oleh GiantX yang tampil spartan.

Sementara itu, BiliBili dikejutkan oleh reverse sweep dari RRQ yang menjaga asa untuk menuju playoff dan EDG gagal memanfaatkan tie breaker di map andalannya untuk menundukkan Team Liquid. Hanya DRG yang tidak terlalu mengejutkan, mengingat secara statistik mereka jelas kalah jauh dibandingkan G2 Esports yang menjadi lawan terakhirnya.

Berdasarkan hasil terakhir, region Asia hanya memiliki harapan terakhir dari wilayah Pasifik yang kini menyisakan RRQ dan T1 yang masih harus melewati laga penentuan terakhir hari ini, Mereka berpeluang menyusul Paper Rex dan DRX yang lebih dulu mengamankan posisinya di playoff beberapa hari lalu.

Kelemahan Region Cina Diekspos Habis-habisan

Memperhatikan permainan mereka dalam beberapa hari fase grup, terlihat jelas bahwa tim-tim dari region Cina memiliki kelemahan mencolok dalam hal strategi yang membuat mereka lebih mudah diserang balik dalam ronde-ronde tekanan tinggi.

Seperti yang diketahui, gaya permainan EDG yang agresif dan mengandalkan momen brilian setiap individu dari musim lalu telah menjadi standar baru bagi para kompatriotnya dalam kompetisi global. Hal tersebut membuat mereka lebih mengedepankan permainan yang beresiko ketimbang mencari cara yang tepat untuk mempertahankan koordinasi dan disiplin strategi.

Efeknya adalah permainan agresif mereka sering kali berganti tanpa perhitungan yang matang, yang menyebabkan permainannya tidak tersinkronasi dengan optimal, dan cenderung keteteran ketika lawan telah menemukan balasannya. Ini menyebabkan mereka lebih mudah dibaca dan kehilangan fokus dalam menyiasati momen-momen krusial yang membutuhkan kesabaran serta komunikasi matang.

Lebih jauh, hal tersebut membuat mereka cenderung mengandalkan gaya bermain satu arah yang mudah diprediksi dan kaku, sehingga sering kesulitan beradaptasi dengan taktik lawan. Tentunya ini adalah sasaran empuk bagi lawan-lawan yang punya track records kuat menjelang akhir pertandingan seperti G2 Esports atau RRQ.

Kombinasi permainan beresiko tinggi dan strategi monoton tersebut menyebabkan tim-tim yang kalah itu kesulitan dalam pengambilan keputusan saat situasi terdesak, seperti memenangkan clutch atau mengatur rotasi eco di tekanan. Akibatnya, mereka kehilangan ronde-ronde yang sebenarnya bisa mengubah momentum seri.

Contoh paling jelas untuk ini ada pada XLG yang secara performa dianggap sebagai tim region Cina yang sangat mengecewakan di Champions Paris. Pada babak grup, XLG kalah dalam kedua match penentuan mereka dengan skor 0-2, yang meliputi kekalahan dari Paper Rex dan GiantX. Sedangkan kemenangan mereka Sentinels bisa dibilang kurang meyakinkan, mengingat tim raksasa Amerika Utara tersebut dalam kondisi yang lebih mengenaskan.

Skor map keseluruhan mereka menunjukkan pola kekalahan dalam ronde ketat, dengan kesulitan di map seperti Bind dan Ascent di mana mereka kehilangan kendali map dan keunggulan utility. Melawan Sentinels pun, XLG justru keteteran dan nyaris menghilangkan keunggulan yang berpotensi mengubah nasib mereka.

Statistik performa individu mereka juga menunjukkan dampak yang lebih rendah ketika memasuki paruh kedua, di mana rerata combat score dan rasio KDA mereka menurun setelah menghentak di awal. Ini tentunya menjadi cerminan stabilitas permainan yang lemah akibat kurangnya koordinasi tim.

Kelemahan ini tentunya akan menjadi tugas besar untuk diselesaikan sebelum tim-tim itu menyongsong musim baru. Standar sang juara dunia harus dipikirkan kembali apabila tidak ingin terkungkung dalam gaya permainan yang membuat mereka menjadi samsak poin bagi tim-tim lain di kompetisi global.