18.09.2025
Waktu membaca: 5 menit

Francesco Bagnaia Terpuruk, Ducati Mulai Hilang Harapan

Francesco Bagnaia Terpuruk, Ducati Mulai Hilang Harapan

Francesco Bagnaia saat ini berada dalam periode tersulit sepanjang kariernya di MotoGP. Juara dunia dua kali bersama Ducati Lenovo Team itu menghadapi rangkaian hasil buruk yang membuat posisinya di klasemen semakin terancam. Tidak hanya Bagnaia yang merasa frustrasi, namun Ducati, tim yang telah membesarkan namanya, juga mulai kehilangan kesabaran. Situasi ini semakin memperlihatkan betapa kerasnya tekanan di ajang balap motor paling bergengsi di dunia.

Awal Musim yang Tidak Konsisten

Musim 2025 awalnya diprediksi akan menjadi tahun di mana Francesco Bagnaia mempertahankan dominasinya. Dengan motor Ducati Desmosedici GP25 yang dikenal sebagai salah satu paket terbaik di grid, ekspektasi terhadap Bagnaia sangat tinggi. Namun, sejak balapan pembuka, tanda-tanda ketidakstabilan mulai terlihat. Beberapa kali ia gagal memaksimalkan peluang, baik karena kesalahan sendiri maupun kondisi teknis yang tidak mendukung.

Meski masih sempat naik podium pada beberapa seri awal, performanya tidak pernah benar-benar konsisten. Dibandingkan dengan rival utamanya, Marc Márquez, yang tampil impresif bersama tim Gresini, Bagnaia terlihat kesulitan menemukan ritme yang stabil.

Hasil Mengecewakan di San Marino

Kekecewaan terbesar datang pada MotoGP San Marino 2025 di Sirkuit Misano. Sebagai balapan kandang, Francesco Bagnaia datang dengan motivasi tinggi untuk memberikan hasil terbaik di depan publik Italia. Namun, harapan itu pupus ketika ia terjatuh pada lap ke-8 dan gagal menyelesaikan lomba.

Sehari sebelumnya, pada sprint race, hasilnya juga tidak menggembirakan. Bagnaia hanya mampu finis di posisi ke-13, jauh dari ekspektasi tim maupun pendukungnya. Rangkaian hasil buruk ini membuat kesabaran Bagnaia mulai terkikis. Dalam wawancara setelah balapan, ia mengakui dirinya mulai kehilangan rasa sabar situasi yang dihadapi (sport.detik.com, 16 September 2025).

Frustrasi Bagnaia dan Pengakuan Terbuka

“Kesabaran saya mulai habis. Ini sulit, sangat sulit. Saya merasa sudah berusaha keras, tapi hasilnya tidak seperti yang saya harapkan,” ungkap Bagnaia usai balapan di Misano. Komentar ini menunjukkan bahwa tekanan mental juga semakin besar.

Bagnaia dikenal sebagai pebalap yang tenang dan jarang memperlihatkan emosi berlebihan di depan media. Namun, kali ini ia tidak bisa menyembunyikan rasa frustrasinya. Baginya, balapan demi balapan berjalan tanpa ada titik terang, meski ia terus berusaha melakukan adaptasi terhadap motor.

Ducati Ikut Kehilangan Kesabaran

Jika sang pebalap sudah merasa frustrasi, ternyata pihak tim pun mulai merasakan hal yang sama. Gigi Dall’Igna, General Manager Ducati Corse, secara terbuka mengakui bahwa ia juga mulai kehilangan kesabaran.

“Saya sudah kehilangan kesabaran, bahkan para penggemar juga merasakan hal yang sama. Kami harus segera mencari solusi,” ujarnya (motorsport.com, 16 September 2025).

Pernyataan Dall’Igna tersebut menggambarkan situasi internal Ducati yang semakin rumit. Sebagai tim pabrikan dengan standar tinggi, kegagalan mempertahankan konsistensi dari pebalap utama tentu menjadi persoalan besar. Ducati telah bekerja keras mengembangkan motor, namun hasil yang ditunjukkan Bagnaia justru tidak sejalan dengan usaha tim.

Gigi Dall’Igna ungkap kekecewaan terhadap Francesco Bagnaia di MotoGP 2025

Analisis Masalah: Faktor Teknis atau Mental?

Permasalahan yang dialami Francesco Bagnaia tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Dari segi teknis, Desmosedici GP25 dikenal sebagai motor yang sangat kompetitif. Namun, setiap motor memiliki karakteristik berbeda, dan terkadang penyesuaian membutuhkan waktu lebih lama. Bagnaia tampaknya belum benar-benar menyatu dengan setting terbaru motor musim ini.

Selain faktor teknis, aspek mental juga menjadi sorotan. Sebagai juara bertahan, Bagnaia mendapat tekanan besar untuk selalu tampil di depan. Kehadiran rival tangguh seperti Marc Márquez, Jorge Martín, hingga Pedro Acosta menambah beban. Tekanan ini perlahan-lahan bisa menggerus rasa percaya diri seorang pebalap, dan hal itu mulai terlihat pada performa Bagnaia musim ini (bola.com, 17 September 2025).

Dampak terhadap Klasemen Juara Dunia

Serangkaian hasil buruk membuat Francesco Bagnaia kini tertinggal dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP 2025. Poin yang semula masih bisa dikontrol kini semakin jauh dari jangkauan. Posisi Francesco Bagnaia di klasemen kedua bahkan mulai terancam oleh pebalap lain yang konsisten meraih poin, seperti Martín dan Acosta.

Jika situasi ini tidak segera diperbaiki, bukan hanya gelar juara dunia yang melayang, tetapi status Bagnaia sebagai pebalap utama Ducati juga bisa dipertanyakan. Ducati tentu membutuhkan pebalap yang bisa membawa motor mereka tetap kompetitif dalam jangka panjang.

Upaya Pencarian Solusi

Ducati tidak tinggal diam menghadapi situasi ini. Setelah MotoGP San Marino, tim langsung mengadakan tes di Misano untuk mencari solusi. Fokus utama adalah mencari setting motor yang bisa mengembalikan kenyamanan Bagnaia di lintasan.

Tes ini dianggap krusial, karena hasilnya akan menentukan strategi Ducati untuk balapan-balapan berikutnya. Jika perbaikan signifikan tidak ditemukan, tekanan terhadap Bagnaia bisa semakin berat, dan hubungan antara pebalap dengan tim bisa terganggu (motorsport.com, 17 September 2025).

Tekanan dari Publik dan Media

Selain tekanan dari dalam tim, publik dan media Italia juga mulai mempertanyakan performa Francesco Bagnaia. Sebagai juara dunia dari Italia yang membela tim pabrikan Ducati, ekspektasi publik selalu tinggi. Ketika hasil yang ditunjukkan jauh dari harapan, kritik pun bermunculan.

Francesco Bagnaia harus menghadapi kenyataan bahwa setiap langkahnya kini menjadi sorotan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan menjaga fokus dan mentalitas menjadi kunci untuk keluar dari tekanan.

Peluang ke Depan

Meski situasi terlihat berat, peluang Francesco Bagnaia untuk bangkit masih terbuka. MotoGP adalah ajang yang penuh dinamika, di mana hasil bisa berubah drastis dari satu seri ke seri berikutnya. Jika Ducati berhasil menemukan setting motor yang tepat dan Francesco Bagnaia bisa kembali percaya diri, bukan tidak mungkin ia mampu mengejar ketertinggalan.

Namun, waktu semakin menipis. Dengan sisa balapan yang semakin sedikit, Bagnaia harus segera menunjukkan perubahan. Setiap poin sangat berharga, dan setiap kesalahan bisa berakibat fatal terhadap peluang juara.

Kondisi Pecco Bagnaia dan Ducati saat ini adalah cerminan dari betapa tipisnya batas antara kesuksesan dan kegagalan di MotoGP. Setelah meraih kejayaan dua musim sebelumnya, kini mereka harus menghadapi kenyataan pahit berupa hasil buruk yang beruntun.

Baik Bagnaia maupun Ducati sama-sama mulai kehilangan kesabaran. Namun, justru dalam momen inilah kerja sama dan mentalitas keduanya akan diuji. Jika mampu bangkit, situasi ini bisa menjadi titik balik yang memperkuat ikatan antara pebalap dan tim. Sebaliknya, jika hasil buruk berlanjut, masa depan Bagnaia bersama Ducati bisa berada di ujung tanduk.

MotoGP bukan hanya soal kecepatan di lintasan, tetapi juga soal ketangguhan mental dan kemampuan beradaptasi. Bagnaia kini berada di persimpangan jalan, dan dunia sedang menunggu apakah ia mampu bangkit kembali sebagai juara, atau tenggelam dalam tekanan yang semakin menyesakkan.